Halaman

Minggu, 04 Juni 2023

Islam di Georgia [bagian 2]

MASJID TUA DUISI salah satu masjid tua di Georgia, pertama kali dibangun tahun 1901, direstorasi oleh pemerintah Turki tahun 2021 yang lalu. [foto: tika.gov.tr].


Sejarah Islam di Georgia
 
Masa Emirat Tbilisi
 
Islam telah sampai ke Georgia bagian timur pada tahun 645 dimasa kekuasan Khalifah Usman Bin Affan. Pada tahun 735, Marwan bin Muhammad (744 – 750) mengadakan penyerangan dan berhasil menaklukkan sebagian besar daerah Georgia. Marwan mengendalikan kota Tbilisi dan menetapkan emir Arab yang dikonfirmasi oleh Khalifah di Baghdad atau Ostikan Arminīya.
 
Pada masa emirat Tbilisi, wilayah tersebut berkembang menjadi pusat perdagangan antara dunia Islam diselatan dan Eropa di Utara. Tbilisi juga berfungsi sebagai daerah penyangga berhadapan dengan kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur dan Bangsa Khazar. Dari waktu ke waktu, penduduk Tbilisi mulai berganti agama menjadi Islam.
 
Masa Dinasti Timuriyah
 
Antara tahun 1386 dan 1404, Timur Lenk dari Mongolia menyerbu Georgia. Timur Lenk (nama aslinya Timur namun dibaca Taimur) berhasil menaklukkan wilayah yang begitu luas dari dari Asia Tengah hingga Anatolia. Pada penyerangan pertama dari setidaknya tujuh kali penyerangan ke Tbilisi, balatentara Timur Lenk Menjarah Tbilisi dan menangkap raja Bagrat V pada tahun 1386.
 
Pada akhir 1401, Timur Lenk menginvasi Kaukasus sekali lagi. Raja Georgia mengutus saudaranya untuk untuk bernegosiasi dengan Timur Lenk dengan beberapa penawaran bagi penghentian serangan. Timur Lenk menerima tawaran raja Georgia, menghentikan penyerangan dengan imbalan sejumlah balatentara Georgia yang bergabung ke Timur Lenk. Timur Lenk memanfaatkan situasi itu untuk peluang lebih leluasa mempersiapkan diri menghadapi dinasti Usmaniyah dilain waktu dengan kekuatan yang lebih besar. 

Masjid Agung Batumi ibukota wilayah otonom Ajaria, sudah berdiri sejak 1866. Dibangun oleh keluarga Aslan Beg, terkenal sebagai "Masjid Jami' ditengah" karena dulunya lokasi masjid ini berada diantara dua masjid lainnya di kota tersebut.  Dua masjid lainnya yang dimaksud kini sudah tidak ada.[foto; iosminaret]


Dinasti Safawiyah dan Kesultanan Utsmaniyah
 
Dinasti Islam Safawiyah (Persia) dan Dinasti Islam Utsmaniyah (Turki) telah terlibat dalam konflik berkepanjangan terkait kendali dan pengaruh atas daerah Kaukasus. Dari awal abad ke-16 hingga paruh kedua abad ke 18, dinasti Safawiyah harus menghadapi beberapa kerajaan dan kepangeranan independen di Georgia karena status Georgia yang belum disatukan.
 
Safawiyah sebagian besar mengendalikan daerah timur (kerajaan Kartli dan Kakheti) dan selatan (kerajaan Samtskhe-Saatabago), sementara Georgia Barat dikendalikan oleh Utsmaniyah. Kerajaan-kerajaan independen ini menjadi negara bawahan Persia setelah tahun 1503.
 
Pada 29 Mei 1555, Safawiyah dan Utsmaniyah menandatangani perjanjian Amsya setelah perang Usmaniyah-Safawiyah (1532-1555) yang membagi Kaukasus Selatan menjadi dua: Georgia bagian Barat dan daerah barat Georgia bagian Selatan jatuh pada tangan Utsmaniyah. Sementara Georgia bagian Timur (terdiri dari kerajaan Kartli & Kakheti) dan sebagian besar wilayah timur Georgia bagian Selatan dikendalikan oleh Safawiyah.
 
Pada tahun 1703, raja Vakhtang VI menjadi penguasa kerajaan Kartli. Ia kemudian memeluk agama Islam pada tahun 1716 dan ditetapkan sebagai raja Kartli oleh penguasa Safawiyah, namun setelah raja Vakhtang kemudian diperintahkan untuk menghentikan semua operasi militer, raja Vakhtang berubah sikap merapat ke Kekaisaran Rusia. Walau begitu, Rusia gagal untuk mengirimkan bantuan militer yang dijanjikan kepada raja Vakhtang. Selama beberapa abad, raja-raja dan aristokrat Georgia masuk Islam dan menjabat sebagai abdi dalem Dinasti Safawi, Afsharid, dan Khajar Persia, yang memerintah mereka.

Muslim di Batumi sedang melaksanakan sholat berjamaah di masjid darurat berupa bangunan besar beratap tanpa dinding, hal ini terjadi karena kapasitas masjid yang ada sudah lama tidak memadai untuk menampung jemaah. Pembangunan masjid baru di Batumi masih menemui berbagai kendala perizinan. [foto: Aljazeera].
 
Demografi
 
Ada dua kelompok besar Muslim di Georgia. Etnis Muslim Sunni Hanafi terkonsentrasi di Republik Otonom Ajaria ditepian laut hitam berbatasan dengan Turki. Kelompok ini merupakan etnis asli Georgia, dengan jumlah muslim diwilayah ini mencapai 115 ribu jiwa atau sekitar 30% dari muslim Georgia.
 
Sedangkan etnis Muslim Azerbaijan didominasi oleh Muslim Syi'ah Ithna Ashariyah (Imam Dua Belas) yang terkonsentrasi di perbatasan dengan Armenia dan Azerbaijan. Sementara itu muslim Chechen tinggal di Pankisi Gorge merupakan muslim suni namun sebagaian beraliran sufi Naqsabandiah.
 
Selain dari itu, ada pula minoritas penganut Islam yang termasuk dalam kelompok etnis Kaukasus Selatan lain-nya, seperti muslim Ossetia, Armenia, dan Yunani Pontus (dibagi antara Kaukasus Yunani dan Urum berbahasa Turki), semuanya keturunan penganut Kristen Ortodoks yang memeuk Islam pada masa Usmaniyah.
 
Banyak Muslim Georgia yang kemudian disebut sebagai 'orang oran Usmani' setelah Ekspedisi Kaukasus dipimpin oleh Lala Mustafa Pasha yang berakhir pada penaklukan wilayah Georgia oleh Usmaniyah pada tahun 1570-an, yang sebenarnya mempunyai leluhur dari etnis Armenia dan Yunani Pontus dari daerah Anatolia timur laut yang menjadi mualaf, salah satu contoh yang paling terkenal adalah Reşid Mehmed Pasha yang memainkan peran penting dalam Perang Kemerdekaan Yunani 1822-1833.

Masjid Abu Bakar di Duisi ditengah musim salju yang membeku [foto dari google user Yusuf Khangoshvili]
 
Deportasi Muslim Geogia dimasa Uni Soviet
 
Muslim etnis Turki Meskhetia juga merupakan kelompok sufi, mereka tadinya adalah penduduk asli wilayah Meskheti yang berbatasan dengan Turki. Mereka dideportasi ke Asia tengah antara 15-25 November 1944 oleh penguasa Uni Soviet Joseph Stalin lalu menetap di Kazakhstan, Kyrgistan dan Uzbekistan.
 
Dari 120.000 jiwa yang dideportasi paksa menggunakan truk truk pengangkut ternak, 10.000 diantaranya meninggal selama deportasi. Dimasa kini mereka tersebar diberbagai negara negara pecahan Uni Soviet, setidaknya saat ini ada sekitar 500.000 hingga 700.000 jiwa keturunan mereka hidup di wilayah Azerbaijan dan Asia tengah lainnya.
 
Pada bulan April 2013 pemerintah Turki kemudian menawarkan bantuan kepada pemerintah Georgia untuk pemulangan diaspora etnis Meskhetia tersebut dari berbagai negara untuk Kembali ke kampung halaman mereka di Georgia. [tamat]***
 
Referensi
 
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Georgia
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Georgia
https://khazanah.republika.co.id/berita/qdxyic320/islam-di-georgia-minoritas-yang-dituntut-loyal-taati-negara
https://en.wikipedia.org/wiki/Georgian%E2%80%93Ossetian_conflict
https://khazanah.republika.co.id/berita/ps9ket313/georgia-akui-islam-sebagai-agama-resmi
https://islam.ru/en/content/news/turkey-will-assist-georgia-process-repatriation-meskhetians-muslims
https://islam.ru/en/content/news/turkey-restore-ottoman-mosque-georgia
https://www.tika.gov.tr/en/news/tika_renovated_the_duisi_mosque_in_georgia-64973

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA