Masjid Eyup Sultan Bamako, masjid pertama dan satu satunya dibangun dengan sentuhan arsitektur Usmani di Republik Mali dan Afrika Barat. |
Mali
adalah sebuah Negara republic di benua Afrika bagian barat, wilayahnya
terkurung di daratan tak memiliki akses ke laut. Ibukotanya berada di Bamako
dan memiliki berbagai macam bahasa dari beberapa suku bangsa besar di Negara
itu, mereka tidak menjadikan bahasa Prancis sebagai bahasa nasional meskipun
pernah dijajah Prancis hingga tahun 1960.
Mali
merupakan Negara dengan wilayah terluas kedua di Afrika Barat, berbatasan
dengan Aljazair di sebelah utara, Niger di timur, Burkina Faso dan Pantai
Gading di selatan, Guinea di barat daya, serta Mauritania di barat.
Perbatasannya di sebelah utara memanjang ke tengah gurun Sahara. Mayoritas
penduduknya tinggal di wilayah selatan, di mana terdapat Sungai Niger dan
Senegal. Negara yang dahulunya bernama Sudan Prancis ini mengambil namanya dari
Kekaisaran Mali yang pernah Berjaya di wilayah itu hingga ke wilayah Negara
Negara tetangganya saat ini.
Mali
juga begitu terkenal dalam sejarah dunia dan sejarah Islam. Suku Tuareg dan
suku suku besar lainnya di Mali terkenal dalam sejarah sebagai para penguasa
gurun yang tangguh, mereka juga dikenal sebagai para penyebar Islam di wilayah
Afrika Barat. Kekaisaran Islam Mali dicatat dalam sejarah sebagai kerajaan
dengan raja yang terkenal “Mansa Musa” dicatat dalam sejarah sebagai raja
terkaya di dunia.
Timbuktu
yang merupakan wilayah provinsi terluas di sebelah utara Mali sangat terkenal
dalam sejarah dunia sebagai wilayah yang memiliki “masjid dan madrasah
Sanakore” yang terkenal sebagai “bangunan madrasah tertua di dunia” dan masih
berdiri dan berfungsi hingga saat ini. Negara ini juga terkenal dengan
keindahan bangunan bangunan masjidnya yang dibangun dari lumpur, salah satunya
adalah “Masjid Agung Djene” salah satu masjid agung yang dibangun dari lumpur
terbesar di dunia.
Jemaah yang membludak hingga ke pekarangan masjid pada saat upacara peresmian masjid Eyup Sultan di Bamako. |
Namun,
seiring perjalanan sejarah, Mali tak semegah masa lalunya sebagai sebuah
kekaisaran besar. Pemerintah Republik Mali sempat kewalahan menghadapi
pemberontakan di wilayah utara di Propinsi Timbuktu. Pada 20 Desember 2012,
untuk membantu Mali merebut kembali wilayah utara negeri itu yang kini dikuasai
kelompok pemberontak Islam, Dewan Keamanan PBB, menyetujui pengiriman pasukan
militer Afrika.
Turki
adalah salah satu Negara Eropa yang turut mengirimkan kontingen pasukan
perdamaiannya ke Mali untuk menjaga perdamaian di wilayah utara Negara itu. Tak
hanya mengirimkan pasukan perdamaian, Turki juga menjalin kerjasama yang
intensif dengan pemerintah Mali termasuk diantaranya adalah pembangunan Masjid
di ibukota Negara Mali, Bamako sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan rakyat
Turki kepada saudara sesama muslim di Mali.
Masjid Eyup Sultan dari arah depan. |
Pembangunan Masjid Eyup Sultan Bamako.
Masjid
Eyup Sultan yang satu ini adalah Masjid yang berada di distrik Hamdalaye Aci, kota
Bamako, ibukota Republik Mali, di Benua Afrika Bagian Barat. Di google map
ditandai dengan nama Centre Islamique de Hamdallaye. Masjid ini dibangun oleh
pemerintah Turki dan dinamai dengan nama Masjid Eyup Sultan sama dengan nama
salah satu masjid megah di Instanbul. Pembangunannya dilaksanakan melalui direktorat
urusan agama Turki (Diyanet) yang menangani secara langsung pembangunan masjid
di ibukota Mali tersebut.
Upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid ini
dilakukan pada tanggal 8 Desember 2012, dihadiri oleh Direktorat Urusan Agama
Turki, kepala proyek sister city project Bamako-Istanbul, mufti Istanbul, Imam
masjid Eyup Sultan Istanbul dan perwakilan dari pemerintahan kedua Negara. Pembangunan
masjid ini seleasi dalam waktu 10 bulan sebagaimana direncanakan, dan
diresmikan setahun setelah peletakan batu pertama.
Majid Eyup Sultan saat dalam proses pembagunan. |
Masjid
megah ini diresmikan oleh Mehmet Gormez, Kepala Direktorat Urusan Agama Turki
bersama dengan Oumar
Tatam Ly,
Perdana Menteri Mali, pada hari Jum’at tanggal 6 Desember 2013. Peresmian
tersebut turut dihadiri oleh Mamoud
Dicko
selku pimpinan Majelis Tinggi Islam Mali, Rahmi Yaran selaku Mufti Distrik Eyup provinsi
Istambul, Kemal
Kaygisiz, Duta
besar Turki di Mali dan Ahmet Kavas, Duta Besar Turki di Chad. Kedatangan para pejabat Turki ini disambut dengan karangan
bunga dan sajian buah kakao sebagai bentuk keramahan rakyat Mali.
Dalam
upacara peresmian masjid ini, mufti distrik Eyup, provinsi Istanbul sempat
menuliskan kalimat “Sangat berarti untuk membangun masjid di Negara yang lebih
dari 70% penduduknya hanya punya mimpi mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu
di rumah rumah orang kaya. . . mereka, melalui masjid ini, akan bebas dari
keterbaian dan perbudakan dan akan mendapatkan semangat religi mereka yang
sudah hancur . . . mereka datang ke kehidupan, berdiri diatas kaki mereka
sendiri dan Mali akan menjadi Negara yang benar benar merdeka . . . “
Peresmian
masjid yang bertepatan di hari Jum’at itu juga ditandai dengan pelaksanaan
sholat jum’at berjamaah yang diikuti oleh seluruh pejabat dari kedua Negara
yang hadir dan Jemaah muslim yang memadati masjid tersebut mengikuti upacara
peresmian yang bersejarah tersebut.
Pembangunan
masjid bergaya Turki di ibukota Mali dan sepenuhnya di danai oleh pemerintah
Turki sebagai bagian dari upaya mempererat hubungan kerjasama antara kedua
negara di berbagai bidang termasuk di bidang politik, budaya dan pendidikan.
Dimulai dari kerjasama dari lembaga Islam kedua negara. Upaya mempererat
hubungan antara kedua Negara juga ditandai dengan kerjasama Istanbul dan kota
Bamako sebagai sisters city (kota kembar).
Masjid Berarsitektur Usmani Pertama di Afrika Barat
Masjid
Eyup Sultan Bamako menjadi masjid Turki pertama di Mali sekaligus juga masjid
pertama di Afrika Barat dengan rancangan khas Turki Usmani. Masjid ini dibangun
dengan gaya turki usmani yang sangat kental lengkap dengan kubah besar berlapis
tembaga di atap masjid dan menara lancip yang menjulang setinggi 33 meter, juga
dilengkapi dengan kubah tembaga.
Interior masjid Eyup Sultan Bamako, Mali. |
Pembangunan
masjid ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar 1,9 juta Euro, seluruhnya
ditanggung oleh pemerintah Turki melalui Diyanet. Dibangun diatas lahan seluas
setengah hektar masjid ini mampu menampung 750 orang. Pembangunannya melibatkan
sekitar 50 orang pekerja professional dari Turki dan Mali.
Bangunan
masjid dibalut dengan batu pualam, carpet tebal menghampar di dalam masjid
lengkap dengan dekorasi keramik Iznik dan pancuran khas Turki, material
material tersebut langsung didatangkan dari Turki. Sejak selesai dibangun,
masjid Eyup Sultan Bamako ini disebut sebut sebagai masjid paling indah di
Mali.
Sepanjang
sejarahnya, Mali tidak pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Ke-Khalifahan
Usmaniyah Turki (Turki Usmani / Ottoman). Di masa ke-emasannya sekalipun
wilayah ke-khalifahan hanya sampai di wilayah utara benua Afrika. Wajar bila
tidak ditemukan bekas peninggalannya di wilayah Mali. Dan wajar pula bila
pembangunan masjid ini oleh pemerintah Turki selaku penerus kekuasaan Turki
Usmani, termat bermakna bagi kedua Negara.***
------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang
informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA