Halaman

Minggu, 04 Februari 2018

Islam di Guinea Khatulistiwa

Letak negara Guinea Khatulistiwa di teluk Guinea, pesisir barat benua Afrika.

Dimanakah Guinea Khatulistiwa

Guinea Khatulistiwa atau dalam literasi bahasa Indonesia juga seringkali disebut dengan Guyana Khatulistiwa, nama resminya adalah the Republic of Equatorial Guinea adalah negara yang berada di teluk Guinea di pantai barat benua Afrika bagian tengah, bertetangga dengan Gabon dan Kamerun. Nama “Guinea” merujuk kepada lokasinya yang berada di Teluk Guinea, sedangkan  kata “Khatulistiwa” pada namanya, karena memang wilayah daratannya yang berada di dekat garis Khatulistiwa dan juga untuk membedakannya dengan dua negara Afrika lainnya yang juga bernama Guinea yakni Republik Guinea dan Guinea Bissau.

Secara geografis, wilayah negara ini terbagi dua yakni wilayah daratan utama yang berada di benua Afrika yang juga disebut Rio Muni dan wilayah kepulauan, karenanya secara geografis negara ini memang cukup unik, meskipun sebagian besar wilayahnya berada di daratan benua Afrika namun demikian, kota Malabo sebagai ibukota negaranya justru terpisah begitu jauh di utara di pulau Bioko yang berada ditengah Teluk Guinea di lepas pantai Republik Kamerun.

Selain pulau Bioko (d/h Fernando Pó), Guinea Khatulistiwa juga memiliki wilayah daratan di pulau Annobon yang merupakan sebuah pulau Vulkanis dan lokasinya terpisah sejauh 500 km dari garis pantai Rio Muni, uniknya lagi, wilayah laut pulau Bioko dan pulau Annobon ini terpisah oleh wilayah negara Kepulauan Republik Sao Tome & Principe dan lokasinya berada di Samudera Atlantik Selatan, jauh di lepas pantai Republik Gabon.

Rio Muni sebagai wilayah daratan utama Guinea Khatulistiwa di daratan benua Afrika juga memiliki wilayah daratan lainnya di beberapa pulau kecil di lepas pantainya yakni pulau Corisco, Elobey Grande, dan Elobey Chico, dan pulau pulau tersebut justru lebih dekat ke daratan Republik Gabon. Kota terbesar di Rio Muni adalah kota Bata dan kota Oyala yang dipersiapkan untuk menjadi Ibukota masa depan negara tersebut. 

Rio Muni atau wilayah daratan utama Guinea Khatulistiwa, berbatasan dengan Gabon di sebelah selatan dan timur, serta Kamerun di sebelah utaranya. Sedangkan wilayahnya di pulau Bioko berbatasan laut dengan Kamerun, Sao Tome & Principe dan Nigeria. Padahal Nigeria sendiri lokasinya cukup jauh dari daratan Utama Guinea Khatulistiwa, terpisah oleh Negara Kamerun. Keunikan lain dari negara ini adalah satu satunya negara di benua Afrika yang menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa resmi negaranya, maklumlah karena memang bekas jajahan Spanyol.

Masjid di kota Bata, kota terbesar di Rio Muni.

Keseluruhan luas wilayah negara Guinea Khatulistiwa mencapai 28.000 km2 (sedikit lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah provinsi Maluku Utara 31.982,5 km2). Jumlah penduduknya diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta jiwa pada tahun 2015. Guinea Khatulistiwa termasuk negara kaya di Afrika sejak sumber minyak mulai dikelola sebagai penghasil devisa negara di tahun 1990-an, dan tak tanggung tanggung sumber penghasilan itu telah mengangkat derajat negara ini sebagai negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di benua Afrika.

Sejarah Singkat Guinea Khatulistiwa

Guinea Khatulistiwa merdeka dari jajahan Spanyol pada tanggal 12 Oktober 1968 dan Francisco Macías Nguema menjadi presiden pertama. Namun kemerdekaan tidak serta merta membuat negara itu sejahtera. Sejarah negara ini setelah merdeka cukup berdarah darah dan cukup mengerikan. Di bulan juli 1970 Francisco Macías Nguema menjadikan negara itu sebagai negara dengan partai politik tunggal menyusul kemudian mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup di tahun 1972.

Ia juga mengubah haluan politik negara dengan memutus hubungan dengan Spanyol dan negara negara barat untuk kemudian menjalin hubungan khusus dengan negara negara beraliran sosialis terutama dengan China, Cuba dan Uni Soviet, termasuk mengizinkan Uni Soviet membangun pangkalan militer di Luba serta akses ke Bandara Internasional di Malabo. 

Di pertengahan 1970-an Rezim Presiden Macias dituduh telah melakukan pembunuhan masal, menyusul kemudian di tahun 1974 Konsul Gereja Dunia mengafirmasi hal tersebut. Diperkirakan 80 ribu jiwa terbunuh sebagian besar dari etnis minoritas Bubi, rezim ini juga dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap lawan lawan politiknya, menutup sejumlah tempat ibadah dan tindakan lainnya yang berujung kepada keruntuhan ekonomi negara itu.

Kekuasaan Macías Nguema berahir melalui kudeta berdarah oleh Teodoro Obiang pada tanggal 3 Agustus 1979, Macias Nguema ditangkap, diadili dan kemudian di-eksekusi. Naiknya Teodore Obiang ke tampuk pimpinan negara membawa angin perubahan, negara ini mulai terbuka dan hubungan dengan dunia barat terjalin kembali.

Kota Ebebiyin (lingkaran merah) di timur laut Guinea Khatulistiwa merupakan kota yang berada di perlintasan perbatasan tiga negara, antara Guinea Khatulistiwa dengan tetangganya, Kamerun dan Gabon. 

Di tahun 1995 perusahaan explorasi minyak Amerika menemukan kandungan minyak di perairan negara itu dan ekplorasi minyak mulai dilakukan dan perekonomian negara mulai membaik, namun tidak terlalu berdampak langsung kepada kondisi masyarakatnya. Menurut berbagai laporan, rakyat negara ini bahkan masih sulit mendapatkan kebutuhan mendasar mereka termasuk kebutuhan air bersih.

Berbagai media internasional melaporkan tindakan memperkaya diri sendiri telah dilakukan oleh Obiang dan kroni-kroninya, sehingga kekayaan alam yang berlimpah tidak berdampak baik baik kemakmuran rakyat. Meskipun dari sisi pendapatan negara, Guinea Khatulistiwa merupakan negara terkaya di Afrika, dibawah pimpinan Obiang, pemerintah setempat di tahun 2011 bahkan mengumumkan akan membangun kota Oyala sebagai ibukota baru negara-nya di masa depan.

Dibulan februari 2016 presiden Obiang dicap oleh berbagai kalangan dan media sebagai diktator Afrika terlama. Bagaimana tidak, dia sudah menjabat sebagai presiden selama 36 tahun dan enggan untuk mundur dari jabatannya meskipun konstitusi baru telah disyahkan dan salah satunya mengatur masa jabatan presiden yang hanya boleh menjabat dua periode, satu periode selama 7 tahun.

Obiang sendiri enggan untuk mundur dari jabatannya meskipun telah terpilih kembali sebagai presiden setidaknya empat kali dengan alasan bahwa; konstitusi baru tersebut tidak berlaku surut sehingga tidak berpengaruh kepada masa jabatannya sebelum itu diberlakukan, dan dengan sendirinya dia merasa berhak untuk kembali mengikuti pemihan presiden di tahun 2016 untuk kembali berkuasa di dua periode berikutnya sebagaimana diatur konstitusi yang baru tersebut.

Islam di Guinea Khatulistiwa

Muslim merupakan minoritas di Guinea Khatulistiwa. Situs guineaecuatorialpress.com menyebutkan bahwa muslim di negara itu ada sekitar 3,5% dari seluruh populasi penduduk. Namun demikian kementrian luar negeri Amerika Serikat memperkirakan penduduk muslim di Guinea Khatulistiwa kurang dari 1% dari total penduduknya, demikian juga dengan adheren.com yang menyebutkan angka sekitar 1% saja. Sulit untuk mendapatkan data akurat tentang pemeluk Islam di negara tersebut karena sedikitnya sumber informasi yang bisa di dapatkan.

Islam diperkirakan masuk ke wilayah Guinea Khatulistiwa melalui para pedagang suku Hausa yang masuk ke wilayah Guinea Khatulistiwa dari Nigeria dan Kamerun. Mereka melakukan perdagangan di Malabo, pulau Bioko. Jejak suku Hausa ini masih bisa ditemukan di Malabo hingga kini yang aktif dalam berbagai bidang perdagangan. Di masa lampau para pedagang Hausa ini telah berinteraksi dengan para penjelajah Eropa untuk berdagang berbagai hasil bumi termasuk Kakao hingga bahan obat obatan yang mereka bawa dari Nigeria.

Suku Hausa ini masuk ke Guinea Khatulistiwa terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah para buruh dan pekerja perkebunan dimasa kolonial. Kemudian kelompok Hausa yang bergabung dalam dinas ketentaraan dimasa perang dunia pertama dan kelompok Hausa pedagang seperti yang telah disebutkan tadi.

Sekelompok besar suku Hausa masuk ke Guinea Khatulistiwa di pulau Bioko ditahun 1915, sekitar 40.000 orang Hausa masuk ke Guinea bersama dengan sekitar 3000 tentara ekspedisi kekaisaran Jerman di tahun 1915. Mereka menjual kuda kepada pasukan Jerman termasuk juga menyediakan jasa untuk merawat dan mengurus kuda kuda tersebut.

Tidak hanya diwilayah kepulauan, Hausa juga aktif di wilayah daratan utama Guinea Khatulistiwa, kota Ebebiyin yang berada di perlintasan perbatasan Guinea Khatulistiwa dengan Gabon dan Kamerun telah lama dikenal sebagai kotanya orang orang Hausa. Disana mereka berdagang mata uang asing dan juga berbagai komoditi perkebunan seperti kopi dan kakao kepada orang orang Jerman dan Inggris. Bisnis yang serupa masih mereka lakukan hingga kini baik di daratan maupun di wilayah kepulauan Guinea Khatulistiwa.

Suku Hausa lainnya yang berasal dari Kamerun dikenal sebagai para pedagang kaya yang berdagang di Guinea Khatulistiwa dengan modal besar. Kelompok Hausa ini juga dikenal taat beragama, mereka juga yang menjadi kelompok penyokong berdirinya masjid agung di kota Yaonde, ibukota Kamerun di sekitar tahun 1970-an.

Suku Hausa di Guinea Khatulistiwa terutama Hausa dari Nigeria mengalami kemerosotan jumlah cukup tajam paska eksodus masal di tahun 1975, dimasa kekuasaan Presiden Francisco Macías Nguema. Kala itu hubungan antara kedua negara memanas akibat tindakan presiden Francisco Macías Nguema terdahap kelompok minoritas termasuk terhadap para pekerja dari Nigeria.

Akibatnya pemerintah Nigeria dibawah pimpinan presiden Murtalla Mohammed pun berang, pesawat tempur Nigeria sempat berseliweran di atas kota Malabo ibukota negara Guinea Khatulistiwa di pulau Bioko, dan presiden Francisco Macías Nguema melarikan diri ke kampung halamannya di kota Mongomo di wilayah perbatasan wilayah daratan Guinea Khatulistiwa dengan Gabon.

Pemerintah Nigeria kala itu mengambil keputusan sepihak secara cepat dengan memanggil pulang seluruh orang Nigeria dari Guinea Khatulistiwa. Semua proses itu dilakukan mendadak. Akibatnya sekitar 25.000 orang Nigeria di Guinea Khatulistiwa berbondog bondong memadati pelabuhan dan bandara di Guinea Khatulistiwa untuk ikut serta dalam penjemputan yang semua biayanya ditanggung oleh pemerintah Nigeria termasuk biaya penempatan dan menata kembali kehidupan baru mereka di Nigeria.

Empat tahun setelah peristiwa eksodus itu, Presiden Francisco Macías Nguema sendiri dikudeta oleh Teodoro Obiang pada 3 Agustus 1979 dalam sebuah kudeta berdarah, dan kemudian di eksekusi. Beberapa dari suku Hausa Nigeria yang tadinya sudah ditarik pulang ke Nigeria, kemudian kembali lagi melanjutkan hidup mereka di Guinea Khatulistiwa.

Masjid di Guinea Khatulistiwa

Masjid berukuran besar dapat ditemukan di kota Bata, kota terbesar di Rio Muni (wilayah daratan utama Guinea Khatulistiwa). Kota Bata memang merupakan kota terbesar di wilayah Rio Muni. Masjid besar lainnya ada di Malabo, ibukota negara Guinea Khatulistiwa dan merupakan masjid terbesar di negara itu.

Masjid baru di Malabo, Ibukota Guinea Khatulistiwa.

Masjid di Malabo diresmikan pada tanggal 21 Juli 2015. Peresmian masjid di ibukota negara ini dihadiri oleh presiden Obiang Nguema Mbasogo dan istrinya Constancia Mangue de Obiang. Upacara peresmian masjid ini ditandai dengan sambutan dari Pedro Benigno Matute Tang selaku Imam dan pimpinan spiritual muslim sekaligus pimpinan komunitas muslim Guinea Khatulistiwa dan dilanjutkan dengan pengguntingan pita oleh ibu negara Constancia Mangue de Obiang, menandai dibukanya masjid tersebut secara resmi.

Upacara peresmian tersebut juga dihadiri oleh beberapa kepala negara yang sedang berada di Guinea Khatulistiwa untuk menghadiri konfrensi internasional perang melawan penyakit Ebola.  Diantara mereka hadir Presiden Republik Persatuan Kepulauan Komoro, Ikililou Dhoinine, dan perdana menteri Mesir Ibrahim Mahlab, dan dua wakil presiden Guinea Khatulistiwa yakni Ignacio Milam Tang dan Teodoro Nguema Obiang Mangue, para tokoh masyarakat dan ribuan muslim yang hadir dari berbagai daerah di Guinea Khatulistiwa.

Pembangunan Masjid Malabo tersebut dibiayai oleh ibu negara (istri presiden) Guinea Khatulistiwa Constancia Mangue de Obiang, wajar bila kemudian beliau juga yang meresmikan penggunaan masjid tersebut. Dana pembangunannya diperkirakan sebesar 2 Milyar CFA francs atau setara dengan 3 jura Euro, dan diperkirakan mampu menampung hingga 2000 jemaah. Lokasinya berada diwilayah Sacriba Fang, di pinggiran kota Malabo, ditepian ruas jalan menuju distrik Luba.

Bangunan masjid Baru Malabo ini berdiri di atas lahan seluas 2500 meter persegi, dan merupakan kontribusi dari pemerintah Guinea Khatulistiwa. Sementara pemerintah Mesir, sebagaimana disampaikan oleh perdana mentri Ibrahim Mahlab, berjanji akan mengirimkan para ulama dan imam ke masjid tersebut melalui kementrian wakaf Mesir, sebagai bagian dari upaya pemerintah mesir untuk da’wah Islam.***

--------------------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo.id
--------------------------------------------------------------------------------

Baca Juga artikel Islam di negara Afrika lainnya



2 komentar:

  1. We are a gaggle of volunteers and opening a brand new scheme in our community.

    Your website offered us with useful information to work on. You've done an impressive activity and our entire community will probably be thankful to
    you.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA