Letak negara Guinea Khatulistiwa di teluk Guinea, pesisir barat benua Afrika. |
Dimanakah
Guinea Khatulistiwa
Guinea
Khatulistiwa atau dalam literasi bahasa Indonesia juga seringkali disebut
dengan Guyana Khatulistiwa, nama resminya adalah the Republic of Equatorial
Guinea adalah negara yang berada di teluk Guinea di pantai barat benua Afrika bagian
tengah, bertetangga dengan Gabon dan Kamerun. Nama “Guinea” merujuk kepada
lokasinya yang berada di Teluk Guinea, sedangkan kata “Khatulistiwa” pada namanya, karena
memang wilayah daratannya yang berada di dekat garis Khatulistiwa dan juga
untuk membedakannya dengan dua negara Afrika lainnya yang juga bernama Guinea
yakni Republik Guinea dan Guinea Bissau.
Secara
geografis, wilayah negara ini terbagi dua yakni wilayah daratan utama yang
berada di benua Afrika yang juga disebut Rio Muni dan wilayah kepulauan,
karenanya secara geografis negara ini memang cukup unik, meskipun sebagian
besar wilayahnya berada di daratan benua Afrika namun demikian, kota Malabo
sebagai ibukota negaranya justru terpisah begitu jauh di utara di pulau Bioko
yang berada ditengah Teluk Guinea di lepas pantai Republik Kamerun.
Selain pulau
Bioko (d/h Fernando Pó), Guinea Khatulistiwa juga memiliki wilayah daratan di
pulau Annobon yang merupakan sebuah pulau Vulkanis dan lokasinya terpisah
sejauh 500 km dari garis pantai Rio Muni, uniknya lagi, wilayah laut pulau
Bioko dan pulau Annobon ini terpisah oleh wilayah negara Kepulauan Republik Sao
Tome & Principe dan lokasinya berada di Samudera Atlantik Selatan, jauh di
lepas pantai Republik Gabon.
Rio Muni sebagai
wilayah daratan utama Guinea Khatulistiwa di daratan benua Afrika juga memiliki
wilayah daratan lainnya di beberapa pulau kecil di lepas pantainya yakni pulau
Corisco, Elobey Grande, dan Elobey Chico, dan pulau pulau tersebut justru lebih
dekat ke daratan Republik Gabon. Kota terbesar di Rio Muni adalah kota Bata dan
kota Oyala yang dipersiapkan untuk menjadi Ibukota masa depan negara tersebut.
Rio Muni atau
wilayah daratan utama Guinea Khatulistiwa, berbatasan dengan Gabon di sebelah
selatan dan timur, serta Kamerun di sebelah utaranya. Sedangkan wilayahnya di
pulau Bioko berbatasan laut dengan Kamerun, Sao Tome & Principe dan Nigeria.
Padahal Nigeria sendiri lokasinya cukup jauh dari daratan Utama Guinea
Khatulistiwa, terpisah oleh Negara Kamerun. Keunikan lain dari negara ini
adalah satu satunya negara di benua Afrika yang menggunakan bahasa Spanyol
sebagai bahasa resmi negaranya, maklumlah karena memang bekas jajahan Spanyol.
Masjid di kota Bata, kota terbesar di Rio Muni. |
Keseluruhan luas
wilayah negara Guinea Khatulistiwa mencapai 28.000 km2 (sedikit
lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah provinsi Maluku Utara 31.982,5 km2).
Jumlah penduduknya diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta jiwa pada tahun
2015. Guinea Khatulistiwa termasuk negara kaya di Afrika sejak sumber minyak
mulai dikelola sebagai penghasil devisa negara di tahun 1990-an, dan tak
tanggung tanggung sumber penghasilan itu telah mengangkat derajat negara ini
sebagai negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di benua Afrika.
Sejarah
Singkat Guinea Khatulistiwa
Guinea
Khatulistiwa merdeka dari jajahan Spanyol pada tanggal 12 Oktober 1968 dan
Francisco Macías Nguema menjadi presiden pertama. Namun kemerdekaan tidak serta
merta membuat negara itu sejahtera. Sejarah negara ini setelah merdeka cukup
berdarah darah dan cukup mengerikan. Di bulan juli 1970 Francisco Macías Nguema
menjadikan negara itu sebagai negara dengan partai politik tunggal menyusul
kemudian mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup di tahun 1972.
Ia juga mengubah
haluan politik negara dengan memutus hubungan dengan Spanyol dan negara negara
barat untuk kemudian menjalin hubungan khusus dengan negara negara beraliran
sosialis terutama dengan China, Cuba dan Uni Soviet, termasuk mengizinkan Uni
Soviet membangun pangkalan militer di Luba serta akses ke Bandara Internasional
di Malabo.
Di pertengahan
1970-an Rezim Presiden Macias dituduh telah melakukan pembunuhan masal,
menyusul kemudian di tahun 1974 Konsul Gereja Dunia mengafirmasi hal tersebut. Diperkirakan
80 ribu jiwa terbunuh sebagian besar dari etnis minoritas Bubi, rezim ini juga
dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap lawan lawan politiknya,
menutup sejumlah tempat ibadah dan tindakan lainnya yang berujung kepada
keruntuhan ekonomi negara itu.
Kekuasaan Macías
Nguema berahir melalui kudeta berdarah oleh Teodoro Obiang pada tanggal 3 Agustus
1979, Macias Nguema ditangkap, diadili dan kemudian di-eksekusi. Naiknya
Teodore Obiang ke tampuk pimpinan negara membawa angin perubahan, negara ini
mulai terbuka dan hubungan dengan dunia barat terjalin kembali.
Kota Ebebiyin (lingkaran merah) di timur laut Guinea Khatulistiwa merupakan kota yang berada di perlintasan perbatasan tiga negara, antara Guinea Khatulistiwa dengan tetangganya, Kamerun dan Gabon. |
Di tahun 1995
perusahaan explorasi minyak Amerika menemukan kandungan minyak di perairan
negara itu dan ekplorasi minyak mulai dilakukan dan perekonomian negara mulai
membaik, namun tidak terlalu berdampak langsung kepada kondisi masyarakatnya.
Menurut berbagai laporan, rakyat negara ini bahkan masih sulit mendapatkan
kebutuhan mendasar mereka termasuk kebutuhan air bersih.
Berbagai media
internasional melaporkan tindakan memperkaya diri sendiri telah dilakukan oleh
Obiang dan kroni-kroninya, sehingga kekayaan alam yang berlimpah tidak
berdampak baik baik kemakmuran rakyat. Meskipun dari sisi pendapatan negara,
Guinea Khatulistiwa merupakan negara terkaya di Afrika, dibawah pimpinan
Obiang, pemerintah setempat di tahun 2011 bahkan mengumumkan akan membangun
kota Oyala sebagai ibukota baru negara-nya di masa depan.
Dibulan februari
2016 presiden Obiang dicap oleh berbagai kalangan dan media sebagai diktator
Afrika terlama. Bagaimana tidak, dia sudah menjabat sebagai presiden selama 36
tahun dan enggan untuk mundur dari jabatannya meskipun konstitusi baru telah
disyahkan dan salah satunya mengatur masa jabatan presiden yang hanya boleh
menjabat dua periode, satu periode selama 7 tahun.
Obiang sendiri
enggan untuk mundur dari jabatannya meskipun telah terpilih kembali sebagai
presiden setidaknya empat kali dengan alasan bahwa; konstitusi baru tersebut
tidak berlaku surut sehingga tidak berpengaruh kepada masa jabatannya sebelum
itu diberlakukan, dan dengan sendirinya dia merasa berhak untuk kembali
mengikuti pemihan presiden di tahun 2016 untuk kembali berkuasa di dua periode
berikutnya sebagaimana diatur konstitusi yang baru tersebut.
Islam
di Guinea Khatulistiwa
Muslim merupakan
minoritas di Guinea Khatulistiwa. Situs guineaecuatorialpress.com
menyebutkan bahwa muslim di negara itu ada sekitar 3,5% dari seluruh populasi
penduduk. Namun demikian kementrian luar negeri Amerika Serikat memperkirakan
penduduk muslim di Guinea Khatulistiwa kurang dari 1% dari total penduduknya,
demikian juga dengan adheren.com yang menyebutkan angka sekitar 1% saja. Sulit
untuk mendapatkan data akurat tentang pemeluk Islam di negara tersebut karena
sedikitnya sumber informasi yang bisa di dapatkan.
Islam
diperkirakan masuk ke wilayah Guinea Khatulistiwa melalui para pedagang suku
Hausa yang masuk ke wilayah Guinea Khatulistiwa dari Nigeria dan Kamerun.
Mereka melakukan perdagangan di Malabo, pulau Bioko. Jejak suku Hausa ini masih
bisa ditemukan di Malabo hingga kini yang aktif dalam berbagai bidang
perdagangan. Di masa lampau para pedagang Hausa ini telah berinteraksi dengan
para penjelajah Eropa untuk berdagang berbagai hasil bumi termasuk Kakao hingga
bahan obat obatan yang mereka bawa dari Nigeria.
Suku Hausa ini
masuk ke Guinea Khatulistiwa terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama
adalah para buruh dan pekerja perkebunan dimasa kolonial. Kemudian kelompok
Hausa yang bergabung dalam dinas ketentaraan dimasa perang dunia pertama dan
kelompok Hausa pedagang seperti yang telah disebutkan tadi.
Sekelompok besar
suku Hausa masuk ke Guinea Khatulistiwa di pulau Bioko ditahun 1915, sekitar
40.000 orang Hausa masuk ke Guinea bersama dengan sekitar 3000 tentara
ekspedisi kekaisaran Jerman di tahun 1915. Mereka menjual kuda kepada pasukan
Jerman termasuk juga menyediakan jasa untuk merawat dan mengurus kuda kuda
tersebut.
Tidak hanya
diwilayah kepulauan, Hausa juga aktif di wilayah daratan utama Guinea
Khatulistiwa, kota Ebebiyin yang berada di perlintasan perbatasan Guinea Khatulistiwa
dengan Gabon dan Kamerun telah lama dikenal sebagai kotanya orang orang Hausa.
Disana mereka berdagang mata uang asing dan juga berbagai komoditi perkebunan
seperti kopi dan kakao kepada orang orang Jerman dan Inggris. Bisnis yang
serupa masih mereka lakukan hingga kini baik di daratan maupun di wilayah
kepulauan Guinea Khatulistiwa.
Suku Hausa
lainnya yang berasal dari Kamerun dikenal sebagai para pedagang kaya yang
berdagang di Guinea Khatulistiwa dengan modal besar. Kelompok Hausa ini juga
dikenal taat beragama, mereka juga yang menjadi kelompok penyokong berdirinya
masjid agung di kota Yaonde, ibukota Kamerun di sekitar tahun 1970-an.
Suku Hausa di
Guinea Khatulistiwa terutama Hausa dari Nigeria mengalami kemerosotan jumlah
cukup tajam paska eksodus masal di tahun 1975, dimasa kekuasaan Presiden Francisco
Macías Nguema. Kala itu hubungan antara kedua negara memanas akibat tindakan
presiden Francisco Macías Nguema terdahap kelompok minoritas termasuk terhadap
para pekerja dari Nigeria.
Akibatnya
pemerintah Nigeria dibawah pimpinan presiden Murtalla Mohammed pun berang,
pesawat tempur Nigeria sempat berseliweran di atas kota Malabo ibukota negara
Guinea Khatulistiwa di pulau Bioko, dan presiden Francisco Macías Nguema
melarikan diri ke kampung halamannya di kota Mongomo di wilayah perbatasan
wilayah daratan Guinea Khatulistiwa dengan Gabon.
Pemerintah
Nigeria kala itu mengambil keputusan sepihak secara cepat dengan memanggil
pulang seluruh orang Nigeria dari Guinea Khatulistiwa. Semua proses itu
dilakukan mendadak. Akibatnya sekitar 25.000 orang Nigeria di Guinea
Khatulistiwa berbondog bondong memadati pelabuhan dan bandara di Guinea
Khatulistiwa untuk ikut serta dalam penjemputan yang semua biayanya ditanggung
oleh pemerintah Nigeria termasuk biaya penempatan dan menata kembali kehidupan
baru mereka di Nigeria.
Empat tahun
setelah peristiwa eksodus itu, Presiden Francisco Macías Nguema sendiri
dikudeta oleh Teodoro Obiang pada 3 Agustus 1979 dalam sebuah kudeta berdarah,
dan kemudian di eksekusi. Beberapa dari suku Hausa Nigeria yang tadinya sudah
ditarik pulang ke Nigeria, kemudian kembali lagi melanjutkan hidup mereka di
Guinea Khatulistiwa.
Masjid
di Guinea Khatulistiwa
Masjid berukuran
besar dapat ditemukan di kota Bata, kota terbesar di Rio Muni (wilayah daratan
utama Guinea Khatulistiwa). Kota Bata memang merupakan kota terbesar di wilayah
Rio Muni. Masjid besar lainnya ada di Malabo, ibukota negara Guinea
Khatulistiwa dan merupakan masjid terbesar di negara itu.
Masjid baru di Malabo, Ibukota Guinea Khatulistiwa. |
Masjid di Malabo
diresmikan pada tanggal 21 Juli 2015. Peresmian masjid di ibukota negara ini
dihadiri oleh presiden Obiang Nguema Mbasogo dan istrinya Constancia Mangue de
Obiang. Upacara peresmian masjid ini ditandai dengan sambutan dari Pedro Benigno
Matute Tang selaku Imam dan pimpinan spiritual muslim sekaligus pimpinan
komunitas muslim Guinea Khatulistiwa dan dilanjutkan dengan pengguntingan pita
oleh ibu negara Constancia Mangue de Obiang, menandai dibukanya masjid tersebut
secara resmi.
Upacara
peresmian tersebut juga dihadiri oleh beberapa kepala negara yang sedang berada
di Guinea Khatulistiwa untuk menghadiri konfrensi internasional perang melawan
penyakit Ebola. Diantara mereka hadir
Presiden Republik Persatuan Kepulauan Komoro, Ikililou Dhoinine, dan perdana
menteri Mesir Ibrahim Mahlab, dan dua wakil presiden Guinea Khatulistiwa yakni
Ignacio Milam Tang dan Teodoro Nguema Obiang Mangue, para tokoh masyarakat dan
ribuan muslim yang hadir dari berbagai daerah di Guinea Khatulistiwa.
Pembangunan
Masjid Malabo tersebut dibiayai oleh ibu negara (istri presiden) Guinea
Khatulistiwa Constancia Mangue de Obiang, wajar bila kemudian beliau juga yang
meresmikan penggunaan masjid tersebut. Dana pembangunannya diperkirakan sebesar
2 Milyar CFA francs atau setara dengan 3 jura Euro, dan diperkirakan mampu
menampung hingga 2000 jemaah. Lokasinya berada diwilayah Sacriba Fang, di
pinggiran kota Malabo, ditepian ruas jalan menuju distrik Luba.
Bangunan masjid
Baru Malabo ini berdiri di atas lahan seluas 2500 meter persegi, dan merupakan
kontribusi dari pemerintah Guinea Khatulistiwa. Sementara pemerintah Mesir,
sebagaimana disampaikan oleh perdana mentri Ibrahim Mahlab, berjanji akan
mengirimkan para ulama dan imam ke masjid tersebut melalui kementrian wakaf
Mesir, sebagai bagian dari upaya pemerintah mesir untuk da’wah Islam.***
--------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga artikel Islam di negara Afrika lainnya
We are a gaggle of volunteers and opening a brand new scheme in our community.
BalasHapusYour website offered us with useful information to work on. You've done an impressive activity and our entire community will probably be thankful to
you.
Thank you for your appreciation
Hapus