Halaman

Minggu, 28 Januari 2018

Islam di Nepal

Lokasi Nepal diantara India dan China.

Merujuk kepada hasil sensus penduduk Nepal tahun 1991 penduduk muslim di Nepal menempati urutan ke 3 dengan jumlah populasi sebesar 591,340 jiwa dibawah pemeluk agama Hindu dan Budha. Setara dengan 3.8% dari keseluruhan penduduk Nepal. Angka tersebut ditengarai jauh lebih kecil dari angka sebenarnya.

Secara garis besar muslim Nepal dibagi ke dalam 4 etnis besar masing masing adalah Muslim India, Khasmir (Khasmiri), Tibet (Tibetan) dan Muslim asli Nepal (Nepali). Selain itu masih ada lagi muslim Nepal gunung yang memang tinggal di kawasan pegunungan, mereka merupakan keturunan dari orang tua campuran dan rata rata merupakan keturunan dari ibu yang merupakan orang Nepal gunung. Perbedaan etnis tersebut secara kasar dapat terlihat dari penampilan fisik mereka, bahasa sehari hari yang digunakan, budaya dan juga mereka memang tidak berbaur satu dengan yang lainnya.

Islam pertama kali diperkenalkan di Nepal oleh para saudagar Arab di abad ke 5 Hijriah/11 Masehi yang datang ke lembah Kathmandu untuk berniaga. Setelah itu sebagian tentara muslim dari pasukan Ikhtiyar Uddin Muhammad bin Bakhtiyar Khilji yang menginvasi Tibet di tahun 1206 pernah menjejakkan kaki di Nepal untuk beberapa waktu, Ikhtiyar Uddin adalah panglima pasukan Sultan Qutb uddin Aybak dari Kesultanan Delhi, yang menguasai kawasan barat laut India berpusat di Delhi.

Sedangkan muslim Kashmir (India) dipercaya sebagai muslim pertama yang bedomisili di Nepal. Gelombang pertama muslim Khasmir masuk dan menetap di Nepal pada masa kekuasaan Raja Ratna Malla (1482-1520) dari dinasti Malla.  Mereka merupakan para saudagar yang melakukan perdagangan dengan Tibet lalu juga berdagang di Nepal. Barang dagangan mereka berupa karpet, bahan bahan kulit binatang dan bahan bahan yang terbuat dari woll.

Jemaah sholat Ied di Masjid Kashmiri Takiya.

Kini muslim Khasmir di Nepal dikenal sebagai kalangan muslim terpelajar dan masuk dalam kelasnya para pebisnis sukses. Beberapa dari mereka bahkan sudah masuk ke dalam jajaran birokrasi dan politik. Muslim khasmir bahkan memiliki lahan pemakaman yang khusus diperuntukkan bagi muslim Khasmir (khasmiri) di daerah Shayambhu.

Kasta Masyarakat Nepal Paling Bawah

Gelombang kedua muslim India masuk ke Nepal dan tinggal di di wilayah Terai (perbatasan India dan Nepal) pada abad ke 19 tepatnya di tahun 1857M. Tahun 1857 wilayah Terai diakuisisi oleh Nepal di bawah Perdana Menteri Jung Bahadur bersama kerajaan Inggris. Hal tersebut sebenarnya upaya Inggris agar muslim tidak terkonsentrasi di India yang semakin membahayakan penjajahan Inggris atas India. Di bawah tekanan penjajah Inggris, Muslim di daerah perbatasan mengungsi ke wilayah Terai yang dijadikan wilayah Nepal. Sejak saat itu Muslim tunduk pada undang-undang Kerajaan Nepal tahun 1853 sebagai warga Negara dengan kasta terendah.

Sebagian besar muslim di wilayah Terai tersebut bukanlah pendatang namun menjadi bagian muslim Nepal karena 4 distrik territorial mereka yang tadinya merupakan wilayah India utara dimasukkan ke dalam teritori Nepal oleh Inggris sebagai hadiah untuk raja Nepal yang membantu Inggris dalam perang terhadap kerajaan Nawab dari Oudh yang ingin merdeka.

Muslim dari Tibet masuk ke Nepal awalnya juga untuk berdagang dan kemudian menetap di Nepal. Dalam sebuah kunjungan kenegaraan Raja Ratna Malla ke Lhasa, beliau juga mengundang para pengusaha muslim Tibet untuk membuka usaha di Kathmandu. Dan muslim pendatang dari Tibet bertambah di era 1960-an sebagai akibat gejolak politik di Tibet. Kini muslim Tibet yang ada di Nepal sudah berbaur dengan warga setempat baik bahasa, budaya hingga cara berpakaian merekapun sudah seperti orang Nepal. Muslim keturunan Tibet rata rata sukses, mereka masih melanjutkan bisnis dengan Tibet tanah leluhur mereka dan tentunya dengan China yang kini berkuasa di Tibet.

Masjid Jami Nepal.

Ketika Angin perubahan berhembus

Selama berabad abad lamanya muslim Nepal hidup dalam ketertindasan penguasa dan mengalami ketertinggalan hampir disegala bidang salah satu sebabnya adalah status sosial mereka yang berada di kasta paling bawah menyebabkan mereka tak memiliki akses ke dunia pendidikan hingga politik. Tahun 1951 kekuasaan rezim dinasti Rana Berahir. Raja baru kurang bersimpatik dengan Muslim karena dianggap orang orang dekatnya dinasti sebelumnya. Perubahan kondisi politik mulai terjadi di tahun 1959 dengan keluarnya konsitusi baru dan pembentukan pemerintahan yang dipilih secara demokratis dengan B.P. Koirala sebagai perdana menteri, namun kemudian sistim pemerintahan yang baru terbentuk ini dibubarkan oleh raja Mahendra setahun kemudian Dan menggantinya dengan sistim monarki terpimpin yang baru.

Namun sejak tahun 1960 itu pula tersebut raja Mahendra menghapus Undang undang tahun 1853 dengan menerbitkan undang undang baru yang mengangkat status kewarganegaraan muslim setara dengan warga negara lainnya. Meskipun UU tahun 1963 ini memberikan kebebasan beragama namun tetap melarang perpindahan agama (dari Hindu ke Islam) dan tetap melarang perceraian sebagaimana diatur dalam UU tahun 1853. Pelanggaran terhadap aturan tersebut akan dikenakan penjara selama 3 tahun. Raja Mahendra juga mengangkat satu orang wakil dari muslim untuk duduk di Dewan Perwakilan Nasional (Panchayat) dan tidak ada larangan bagi pendirian madrasah.

Perubahan politik Nepal terjadi lagi ketika Nepal bertransformasi dari system monarki Hindu kepada system demokrasi multi partai di tahun 1990 Perubahan tersebut juga memberi perubahan signifikan bagi muslim Nepal. Dengan keluarnya undang undang kesetaraan tanpa diskriminasi agama, ras, jenis kelamin, kasta, suku ataupun ideologi. Dan dengan sendirinya mengahapus superioritas Hindu selama berabad abad di negeri itu.

Hasilnya adalah 31 pemimpin muslim dapat ikut serta untuk pertama kali dalam kancah politik Nepal dengan ambil bagian dalam pemilu tahun 1991 dan lima dari mereka berhasil terpilih. Tiga dari mereka masuk dalam jajaran anggota kongres Nepal (dari partai komunis dan partai Sadbhavana) sedangkan Sheikh Idris yang menjadi anggota kongres juga masuk ke dalam jajaran kabinet.

Kashmiri Takiya.

Muslim Nepal kini sedang berjuang mendapatkan hak atas 10% jatah kursi di dewan perwakilan, kursi di parlemen dan meminta pengesahan hari besar Islam sebagai hari libur nasional. Lebih radikal lagi sekelompok muslim disana berjuang untuk mendapatkan identitas tersendiri bagi muslim Nepal. Segera setelah terjadi perubahan konstitusi tersebut, imam Masjid Jami Kathmandu memimpin satu delegasi menghadap Perdana Menteri K.P. Bhattarai mengajukan 14 poin permintaan.

18 Mei 2006 Parlemen Sementara Nepal mengesahkan undang undang baru yang secara tegas menyebutkan bahwa Nepal merupakan sebuah Negara merdeka, berdaulat dan Sekuler. Undang undang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Konstitusi Sementara di bulan Mei tahun 2007 yang menyatakan bahwa Nepal adalah sebuah negara yang Independen, invisible, berdaulat, sekuler dan inklusif serta Negara yang berdemokrasi secara penuh. Dewan perwakilan yang terpilih dalam pemilu di tahun tersebut harus mengesahkan hal teresebut.

Ancaman Terhadap Pimpinan Organisasi Islam Nepal

Salah satu organisai Islam di Nepal yang berupaya meningkatkan pendidikan ummat Islam Nepal adalah Persatuan Islam (islami Sangh), Sekretaris Jendral organisasi ini bernama Faizan Ahmad Ansari pada tanggal 26 September 2011 silam menjadi korban penembakan oleh dua orang pria bersenjata tak dikenal dan nyawanya tak tertolong. Kala itu beliau baru saja selesai menunaikan sholat di masjid yang lokasinya justru di depan pos polisi di kawasan metropolitan Kathmandu. Di bawah guyuran hujan deras dua pria berjas hujan memberondong beliau dengan peluru hingga tewas. Pembunuhan itu memicu protes dan kemarahan dari pendukung dan keluarga beliau. Beliau bukan satu satunya pemimpin muslim yang menjadi korban pembunuhan di Nepal, sebelumnya seorang pengusaha media muslim setempat, Jamin Sahah juga mengalami nasib serupa dalam waktu yang tak berselang terlalu lama.

Serangkaian pembunuhan dan percobaan pembunuhan terhadap tokoh tokoh muslim di Nepal mengundang kecaman dari berbagai pihak termasuk dari tokoh tokoh agama selain Islam di Nepal. Peristiwa tersebut berujung kepada pencopotan kepala kepolian Kathmandu dan pembentukan komisi penyidik kasus pembunuhan tersebut namun tak membuahkan hasil. Lebih jauh ummat Islam Nepal kini menuntut pengunduran diri wakil Perdana Meteri dan Menteri dalam Negeri Nepal sebagai bentuk tanggung jawab atas serangkaian pembunuhan terhadap tokoh tokoh Islam di negeri tersebut.

Al Qur’an berbahasa Nepal

Muslim Nepal kini bisa memiliki kitab suci Al Qur’an terjemahan bahasa Nepal sebagai upaya penyebaran dakwah di kalangan umat Islam di sana. Terjemahan Al-Quran berbahasa Nepal mencakup 1.168 halaman, ditulis dengan tulisan Nepal dengan menyertakan ayat-ayat Al-Quran yang diterjemahkan dalam tulisan Arab. Untuk tahap pertama, terjemahan Al-Quran berbahasa Nepal dicetak lebih dari 5.000 eksemplar, 2.500 diantaranya dikirim ke New Delhi (India), Buthan, dan Myanmar hingga kemudian semakin banyaklah Muslim Nepal yang mengenal kembali Islam lewat ayat-ayat Al Qur’an dalam bahasa yang mereka pahami.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 27 Januari 2018

Islam di Portugal

Portugal.

Islam Pernah 'Menguasai' Portugal Bila ditarik lebih ke belakang, Islam dan Portugal sebenarnya memiliki sejarah yang panjang. Dan, sejarah itu berkaitan erat dengan penguasaan kaum Muslimin di Andalusia antara abad 7 dan 8 M. Situs wikipedia menyebutkan, tentara Islam pernah menaklukkan Portugal di bawah pimpinan panglima Musa bin Nashir. Kaum Muslim kemudian menyebut wilayah itu al Garb al Andalus (Andalusia Barat).

Penguasaan ini diteruskan oleh Abdul Aziz, putra Musa bin Nashir. Di bawah kendalinya, tentara Islam secara bertahap menaklukkan kawasan yang lebih luas sehingga Portugal takluk. Menurut situs historymedren, wilayah itu lantas dibagi dua oleh tentara Islam, yakni yang berada di sepanjang Sungai Duoro dan Sungai Tagus. Kawasan di Sungai Duoro beriklim dingin serta sulit membuka lahan perkebunan, dan ini tidak disukai kaum Muslim. Ini berbeda dengan wilayah Sungai Targus yang suhunya lebih hangat serta tanahnya subur.

Kaum Muslim kemudian mengonsentrasikan keberadaan mereka di sini dan selanjutnya 'menghidupkan' kota-kota yang ada. Sebagian penduduk setempat pun beralih ke agama Islam. Dan, oleh pemerintah kekhalifahan, beberapa tokoh masyarakat (yang menjadi mualaf) diangkat menduduki jabatan di tingkat lokal. Meski demikian, kaum Muslimin tetap memberikan kebebasan bagi penduduk yang beragama non-Muslim. Orang-orang Yahudi tidak diusik, bahkan diberikan peranan penting pada sektor perdagangan dan ekonomi.

Berangsur, wilayah al Garb al Andalus tumbuh dengan pesat di berbagai bidang. Sekolah-sekolah yang mempelajari ilmu pengetahuan umum dan agama banyak didirikan, ladang pertanian memberikan panen memuaskan, irigasi dibangun di banyak tempat dan sebagainya. Pendek kata, kemakmuran tercipta. Tak hanya itu, umat Islam juga mengenalkan seni arsitektur dan kaligrafi yang bernilai tinggi, dan hal tersebut diterapkan pada sejumlah bangunan.

Bahasa Arab digunakan dalam komunikasi sehari-hari, baik di kota maupun di desa. Sejarawan termuka, Al Idrisi, mengisahkan, ketika itu penduduk Kota Selpa yang non-Muslim sekalipun, berbicara dengan bahasa Arab. ''Pengaruh itu masih bisa dirasakan hingga kini, di mana terdapat sekitar 600 kosakata Arab yang diadopsi ke dalam bahasa Portugis,'' urai situs historymedren .

Selama 250 tahun situasi kondusif berlangsung. Sampai memasuki paruh abad ke-11, para penguasa lokal yang merasa sejahtera, tidak lagi setia kepada kekhalifahan. Mereka membentuk raja-raja kecil, seperti di Badajoz, Merida, Lisbon, dan Evora. Perpecahan terjadi. Situasi tersebut membuka peluang bagi kaum Visigoth Kristen yang selama ini hidup di kawasan pegunungan untuk berkonsolidasi. Mereka lantas melakukan ofensif dan berlanjut hingga lepasnya kekuasaan Islam di Andalusia.

Masuknya Kembali Islam ke Portugal

Portugal atau Portugis dikenal secara luas di buku buku sejarah Nasional Indonesia sebagai salah satu negara kolonial yang pernah menguasai sebagian dari wilayah Nusantara di masa lalu. Selain wilayah Nusantara, Portugal juga pernah menjajah beberapa negara di bagian bumi yang lain. Ketika masa kolonialisme berahir, Portugal memiliki kedekatan dengan negara-negara bekas jajahannya. Banyak penduduk negara jajahan yang bermigrasi ke Portugal, dengan membawa serta tradisi, identitas, maupun agama yang mereka anut. Portugal pun menjelma menjadi negara multietnis dan multiagama. Terdapat komunitas warga Afrika, Amerika Latin, hingga Asia di sana. Pun halnya dengan agama, ada pemeluk Hindu, Buddha, Sikh, Yahudi, serta Islam. 

Masjid Agung Lisabon di Ibukota Negara Portugal.

Jumlah umat Muslim diperkirakan mencapai 30 ribu jiwa. Mereka berasal dari berbagai etnis, terutama dari Mozambik, Kenya, Makao, Pulau Goa di India, bagian timur Indonesia, dan keturunan orang-orang Muslim India. Tak ketinggalan kaum Muslimin yang datang dari Afrika Barat dan Timur Tengah, seperti Mesir, Maroko, dan Aljazair. Ada pula para mualaf Portugal walaupun jumlahnya tidak terlampau banyak. Kedatangan imigran Muslim ke Portugal mulai berlangsung selepas Perang Dunia II.

Portugal merupakan negara sekuler. Seperti halnya di banyak negara Eropa, mereka memisahkan secara tegas aspek keagamaan dengan pemerintahan. Meski begitu, negara tetap memberikan perhatian terhadap kehidupan agama dan hubungan antarumat beragama. Ada dua aturan pokok yang berlaku: Pertama, perjanjian khusus ( concordata ) tahun 1940 dengan Keuskupan Roma. Hal itu terkait mayoritas penduduk (84,5 persen) menganut agama Katolik Roma. Kedua, undang-undang kebebasan beragama. Diterbitkan sejak 2001, peraturan itu bertujuan memberikan pengakuan serta hak-hak umat agama lain yang selama ini tinggal di Portugal.

Periode tahun 80 sampai 90-an bisa dikatakan menjadi masa-masa penuh harmoni dalam kehidupan masyarakat di Portugal. Umat Islam dan umat agama lain bisa melaksanakan peribadatan dengan leluasa. Masjid, mushala, dan sekolah Islam pun banyak didirikan.

Portugal lantas memiliki dua masjid jami dan 17 mushala, sebagian besar terletak di Lisabon, Coimbra, Filado, Evoradi, dan Porto. Sekolah Dar al-Ulum al-Islamiyyah melengkapi sarana pendidikan di Lisabon. Sekolah ini setingkat dengan sekolah menengah pertama dan menengah atas. Di samping itu, sejumlah masjid dan mushala turut membuka kelas halaqah tahfiz Alquran al-Karim, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu Islam. Kaum Muslim juga menerbitkan sejumlah jurnal berbahasa Portugal dan berbahasa Arab seperti majalah Islam.

Kondisi Muslim Portugal Paska 9/11

Pada milenium baru, kondisinya berubah 180 derajat. Peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS), berimbas terhadap umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Portugal. Harmonisasi terusik. Hal itu bukan disebabkan pembatasan-pembatasan dari pemerintah, melainkan dari sikap sebagian warga setempat yang mengaitkan Islam dengan kekerasan.

Sebuah kolom dalam surat kabar The Public agaknya bisa mewakili suasana Islamofobia yang sedang melanda. Tulisan Dr Miguel Sousa Tavares, cendekiawan setempat, misalnya, memuat judul yang dinilai provokatif; Islam, Terror and Lies. Islam yang sebenarnya Tokoh lainnya tak jarang mengeluarkan pernyataan yang mengarah pada intoleransi.

Awal tahun 2009, seorang pemimpin agama di Lisabon sempat memicu kontroversi baru atas komentarnya terkait perkawinan antara Muslim dan non-Muslim. Dia menyarankan agar wanita non-Muslim berpikir dua kali sebelum menikah dengan pria Muslim. ''Anda hanya dapat berdialog dengan orang yang bersedia berdialog. Dengan umat Muslim, dialog sulit dilakukan,'' kata pemimpin agama ini.

Sejumlah kelompok hak asasi manusia memberikan kecaman. Mereka menilai pernyataan itu tidak sejalan dengan semangat toleransi antarumat beragama yang sedang terus dibina. Demikian halnya, umat Islam mengaku terkejut dengan komentar itu. Namun, umat tidak lantas bereaksi berlebihan. Mereka justru memilih menanggapi tudingan, stigma, dan kekhawatiran seperti itu tanpa emosi.

Menggiatkan dialog lebih diutamakan. Forum intelektualitas tersebut akan sangat berperan dalam upaya memberikan penjelasan tentang nilai-nilai maupun ajaran Islam yang sebenarnya. Salah satunya seperti dilakukan majalah Al Furqan. Lewat tulisan Mohammed Youssuf Adamqy, pimpinan Al Furqan, misalnya, mereka menjadikannya surat terbuka untuk menjawab artikel The Public tadi.

Menurut Mohammed Youssuf, peristiwa pengeboman yang terjadi, haruslah dilihat secara orang per orang, dan jangan langsung digeneralisasi bahwa Islam adalah agama teror. Sebaliknya, dia mengungkapkan bahwa inti ajaran Islam justru menekankan cinta kasih. Dan, Muslim Portugal kini terus berjuang guna menepis citra negatif Islam. Pesan-pesan penuh kedamaian serta yang menjauhkan agama dari tindakan teror, bisa ditemui di masjid-masjid dan Islamic Center di Portugal.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca juga


Minggu, 21 Januari 2018

Sejarah Islam di Kanada

Lokasi Kanada di utara benua Amerika. 

Komunitas muslim di kanada hampir seumur dengan negara Kanadanya sendiri. Empat tahun setelah pembentukan negara Kanada tahun 1867, di tahun 1871 sensus di Kanada menyebutkan ada 13 muslim diantara populasinya saat itu. Sejumlah besar Muslim Kroasia (dari Bosnia) datang ke tanah amerika sebagaimana Kristen Kroasia, beberapa datang ke amerika akibat perang dunia pertama yang berkecamuk disana.

Masjid Kanada pertama dibangun di Edmunton di tahun 1938, saat itu diperkirakan sudah ada sekitar 700 muslim di negara tersebut. Bangunan masjid tersebut kini menjadi bagian dari musium di Fort Edmonton Park. Tahun tahun setelah perang dunia kedua tampak dalam jumlah kecil peningkatan jumlah muslim disana. Sebagian dari mereka merupakan Muslim Kroasia dari Bosnia, yang merupakan bagian dari Hadhschar Division serta muslim tawanan Kroasia dari Bosnia. Namun sampai saat itu muslim Kanada masih sangat sedikit. Hanya setelah pencabutan kebijakan preferensi imigrasi di Eropa di penghujung tahun 1960-an baru terjadi peningkatan signifikan jumlah muslim yang masuk ke Kanada.

Muslim Kroasia dari Bosnia yang merupakan pendahulu dan salah satu dari arus muslim utama dalam pendirian semua masjid pertama di Toronto. Masjid pertama selain tiga masjid tertua di Toronto dibangun oleh muslim Kroasia dari Bosnia dan Albania di tahun 1968. Masjid pertama diberi nama Jami Mosque (berada di 56 Boustead Ave. Toronto). Dikemudian hari dengan peran dari Dr Qadeer Baig r.a. (professor pada University of Toronto), masjid tersebut dibeli oleh Muslim Asia, sedangkan Muslim Albania dan Kroasia kemudian mendirikan masjid mereka sendiri : Albanian Muslim Society of Toronto, berlokasi di 564 Annette St. Serta Hrvatska džamija (Masjid Kroasia) di Croatian Islamic Centre, berlokasi di 75 Birmingham St., Etobicoke.

Masjid Edmunton Masjid pertama di Kanada. 

Merujuk kepada sensus penduduk tahun 1971 di Kanada terdapat 33 ribu muslim. Masjid tertua di Toronto dengan menara tertua di Ontario dibangun dalam gaya Usmani, salah satunya berada di Etobicoke, yang merupakan bagian dari Croatian Islamic Centre, bangunan yang sebelumnya merupakan sebuah gedung tua sekolah Katholik, yang pada tanggal 23 Juni 1973. Masjid (gedung tua sekolah Katholik dan dibeli seharga 75 ribu CAD) kemudian di atur ulang menjadi tempat ibadah muslim dengan dukungan penuh dari komunitas Katholik Kroasia setempat. Salah satu pendirinya adalah seorang ahli kedokteran nuklir dunia, dr Asaf Duraković.

Di tahun 1970-an sejumlah besar imigran non eropa mulai masuk ke Kanada. Hal ini terlihat dari membengkaknya komunitas muslim Kanada di tahun 1971, sensus mencatat disana bermukim 98 ribu muslim, sedangkan di tahun 1991 hasil sensus menunjukkan peningkatan jumlah muslim kanada mencapai 253,265 jiwa, dan perkiraan hasil sensus 2006 akan menunjuk angka sekitar 800 ribu jiwa.

Dibandingkan dengan muslim Eropa, muslim Kanada tidak menghadapi permasalahan yang sama. Muslim Kanada hanya salah satu dari sekian banyak etnis yang bermukim disana dari sekian banyak etnis, suku bangsa, budaya dan agama yang bersama sama menjadi bagian dari Kanada. Pejabat pemerintah Kanada mengelompokkan muslim Kanada dalam kelompok sendiri sebagai “kelompok muslim Kanada” untuk keperluan pengambilan kebijakan dan statistik. (singgahkemasjid).

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca juga




Sabtu, 20 Januari 2018

Masjid Dungan, Karakol, Kyrgyzstan


Kuno, Bersejarah dan antik, Masjid dari Kayu yang terkenal dengan nama Masjid Dungan atau masjid Ibrahim Haci, terkenal juga sebagai masjid Karakol adalah masjid tua di kota Karakol, Kyrgyztan.

Masjid Dungan atau kadangkala juga disebut Masjid Haji Ibrahim adalah sebuah bangunan masjid tua dari kayu yang sangat terkenal di kota Karakol, Republik Kyrgyztan. Masjid tua dari kayu ini terkenal dengan ukiran ukiran khas setempat dan menjadi begitu menarik perhatian para pelancong ke tempat ini karena salah satu fakta menarik bahwa pembangunan masjid ini tidak menggunakan sebatang pun paku besi dalam pembangunannya.

Sesuatu hal yang sama dengan pembangunan masjid masjid tua di Indonesia pada umumnya yang juga terbuat dari bahan kayu. Hanya saja masjid ini berada di wilayah yang begitu jauh dari Indonesia. Arsitektur masjid ini memang tidak seperti bangunan masjid seperti yang biasa kita kenal karena dibangun mirip dengan bangunan kuil Budha di Tibet ataupun gaya bangunan tradisional lainny di daratan China.

Dungan Mosque
Bektenova str., Karakol, Kirgistan




Bentuk bangunan yang demikian tak lepas dari pembangun masjid ini yang memang merupakan muslim pendatang dari daratan China yang kemudian menetap dan menjadi bagian dari muslim Karakol. Pada masa itu penduduk Kyrgyztan di daerah ini sudah memeluk agama Islam namun belum memiliki satupun bangunan masjid, mereka melakukan sholat berjamaan di rumah mereka masing masing ataupun di tenda tenda tradisional mereka.

Muslim China ini yang sudah membaur dengan masyarakat muslim setempat yang kemudian berinisiatif membangun masjid dengan gaya arsitektur China bersama dengan muslim Kyrgyztan di daerah tersebut. Muslim dari China ini yang dikemudian hari disebut sebagai Muslim Dungan dan nama itu juga yang kemudian melekat pada bangunan masjid ini.

Sejarah Masjid Dungan Karakol

Masjid Dungan dibangun sekitar awal abad ke 20. Bentuknya yang mirip dengan bangunan tradisional China karena memang masjid ini dirancang oleh arsitek Zhou Si, yang berasal dari Beijing dan datang ke Karakol atas undangan dari Haji Ibrahim untuk merancang dan membangun masjid ini.

Pelataran depan Masjid Dungan yang di tutup dengan hamparan batu alam juga menjadi area sholat luar ruang.

Merujuk kepada tulisan dalam aksara china yang ada di masjid ini disebutkan bahwa Masjid Dungan ini dibangun pada tanggal 4 September 1907 yang disebut sebut sebagai hari keberuntungan di dalam kalender Russia, nama arsitek yang merancangnya disebut dengan nama Ma Yu Tang. Dan pembangunnnya bertepatan dengan tanggal 4 bulan ke 9 tahun 1325 Hijriah.

Pembangunan masjid ini disebut sebut melibatkan 20 orang tukang dan pengukir yang di datangkan dari Beijing bersama dengan sang arsitek ditambah dengan para pekerja dari Karakol. Pembangunannya dimulai tahun 1904 dan selesai pada tahun 1910. Bangunan masjid ini ditopang oleh 42 pilar berukuran besar diseantero bangunan dengan rancangan atap beringkat.

Muslim Dungan

Nama Dungan pada nama Masjid ini merujuk kepada suku Dungan yang merupakan pendatang dari China yang kemudian tinggal di Kyrgyztan, Suku Dungan ini merupakan orang orang China dari suku Hui yang beragama Islam namun kemudian pergi meninggalkan kampung halaman mereka di China akibat perseteruan dengan suku Han yang mayoritas dipenghujung kekuasaan Dinasti Qing.

Mereka keluar dari China di antara tahun 1820-1880 dan memilih menetap di negara-negara Asia Tengah yang dulu menjadi bagian dari Uni Soviet. Percampuran etnis asal China dan Asia Tengah itulah yang kini menjadi identitas Muslim Dungan, dengan bahasa dan tulisan tidak lagi hanya Mandarin, namun juga menggunakan alfabet silirik khas Russia.Mereka dikenali dengan karakter pribadinya yang rata rata merupakan para pekerja keras yang handal.

Jemaah sholat Jum'at di Masjid Dungan yang meluber hingga ke halaman depan masjid.

Di Kyrgyztan terdapat tiga tempat yang menjadi kantung bagi musim Dungan ini yakni di Kota Karakol tempat Masjid tua ini berada, kemudian di wilayah selatan Danau Issyk Kul yang merupakan danau yang begitu terkenal sebagai objek wisata di Kyrgyztan dan satu komunitas lainnya di kota Bishkek, ibukota negara Kyrgyztan. 

Arsitektur Masjid Dungan

Konstruksi bangunannya menggunakan batu bata dan kayu. Proses penyambungan dan pengikat antara kayu dengan kayu lainnya menggunakan metoda interlocking, menghasilkan bangunan yang sangat stabil meskipun tanpa paku. Interior dan ekterior bangunannya kemudian diperindah dengan berbagai ukiran kayu.

Bangunan masjid ini hanya satu lantai saja dan dilengkapi dengan sebuah menara di halaman masjid yang juga terbuat dari kayu. Masing masing ujung atap bangunannya dihias dengan ukiran naga, sementara tembok bangunannya di hias dengan berbagai lukisan tanaman.

Interior masjid Dungan berdenah memanjang, di dominasi oleh sentuhan seni ukir Cina, termasuk pada ukiran ukiran atapnya. ada empat tiang besar di dalam masjid ini menopang struktur atapnya. Ruang paling depan masjid di area mihrab dan mimbar berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ruang di belakangnya. Material kayu sangat dominan terlihat terutama pada tiang tiang penopang dan seluruh struktur atapnya.

Interior Masjid Dungan di ruang utama.

Diding sisi kiblat terbuat dari susunan batu alam, mihrabnya berupa sebuah ceruk kecil menandai arah kiblat dan posis imam memimpin sholat berjamaah. Sebuah mimbar kecil dari kayu ditempatkan disisi kanan mihrab. Mimbar kayu yang sederhana dilengkapi dengan tiga undakan anak tangga.

Ditutup di Masa Uni Soviet

Seperti banyak bangunan keagamaan di era Uni Soviet, Masjid Karakol atau Masjid Dungan merupakan satu dari banyak masjid di Asia Tengah yang mengalami penutupan. Pada era komunis Uni Soviet saat itu masa kelam juga dirasakan Muslim Dungan. Masjid ini dipaksa ditutup oleh gerakan Bolshevik dari 1929 sampai 1943. Berbeda dengan beberapa masjid lain yang dibiarkan hingga mengalami rusak parah, sejak 1943 Masjid Karakol ini pun dialihfungsikan sebagai gudang penyimpanan.

Namun, hal tersebut justru memberi peluang kepada bangunan masjid ini untuk bertahan dari kehancuran total karena tetap di rawat oleh penguasa saat itu meski tidak berfungsi sebagai masjid. Walau demikian, masjid ini pernah mengalami kerusakan pada struktur atapnya hingga diperbaiki kembali.

Monumen Sejarah Kyrgyztan

Pada 1947, bangunan Masjid Karakol ini diserahkan kembali kepada komunitas Muslim Dungan dan sejak saat itu masjid kembali difungsikan sebagai tempat ibadah hingga hari ini. Kini setiap hari bukan hanya etnis Dungan yang menggunakan masjid ini, melainkan juga hampir seluruh masyarakat Muslim di Kota Karakol.

Taman bunga disamping masjid Dungan.

Bahkan pemerintah Kota Karakol kini menjadikan Masjid Dungan sebagai salah satu tujuan objek wisata. Masjid ini dapat dikunjungi oleh berbagai kalangan Muslim dan non-Muslim pada waktu tertentu dan juga terdaftar sebagai monumen sejarah penting bagi negara dan telah dilindungi oleh undang-undang.

Restorasi Masjid Dungan

Untuk melestarikan masjid tua, bersejarah dan antik di Karakol ini, Pemerintah Turki melalui lembaha Turkish Cooperation and Coordination Agency (TÄ°KA) bekerja sama dengan pemerintah kyrgyztan melakukan renovasi terhadap bangunan masjid Dungan di Karakol ini di bulan Nopember tahun 2016 yang lalu. Hadir dalam upacara peresmian kembali masjid tersebut pihak pihak terkait dari Turki dan Kyrgyztan.

Pemerintah Turki diwakili oleh Duta Besar Turki untuk Kyrgyztan, Metin Kılıç, sementara dari pemerintah Kyrgyztan dihadiri oleh Governor provinsi Issyk-Kul, Ashat Akibaev, dan walikota Karakol, Daniyar Arpaçıev. Upacara peresmian renovasi tersebut juga di hadiri mufti dan masyarakat muslim setempat. 

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 14 Januari 2018

Islam di Yunani

Secara geografis, Yunani berada di ujung paling selatan Semenanjung Balkan.

Yunani atau Greece adalah salah satu negara yang namanya di dalam kosa kata bahasa Indonesia sama sekali berubah dari nama resminya. Konon penyebutan nama Yunani untuk negara Greece ini terkait dengan penyebutan bangsa Arab terhadap negara itu merujuk kepada wilayah Ioaninna atau Janina yang merupakan wilayah Greece yang paling dekat dengan wilayah kekuasaan Islam yang sudah sampai di Anatolia (Turki) pada masa itu.

Yunani atau Greece dikenal sebagai negeri para Dewa, Beribukota di Athena yang juga merupakan nama salah satu Dewa Dewi nya bangsa Yunani. Negeri yang dulunya merupakan wilayah kekuasan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) dan kini menjadi sebuah Republik di benua Eropa satu satunya yang di ibukota negaranya tidak memiliki satupun masjid.

Dua tetangga yang tak pernah benar benar rukun tampaknya cukup cocok menggambarkan hubungan antara Turki dan Yunani, sejarah masa silam mau tidak mau terbawa bawa ke masa modern saat ini. Yunani yang notabene merupakan negara kelanjutan dari Byzantium di era modern sedangkan Turki tak lain adalah kelanjutan dari pusat Emperium Usmaniyah, terus saja menjadi sentimen hubungan diantara keduanya.

Bagaimanapun sejarah menceritakan bahwa Istanbul dulunya adalah Konstantinopel pusat kekuasaan Emperium Byzantium yang kemudian ditaklukkan oleh Emperium Usmaniyah menandainya berahirnya sejarah panjang Byzantium. Romantisme kejayaan masa lalu adalah hal yang lumrah bagi peradaban manapun.

Pemanadangan sebuah desa muslim di kawasan Hamlet kidaris yang dihuni muslim Pomak, salah satu kawasan tempat tinggalnya minoritas muslim di Yunani di pegunungan Radhopi dekat perbatasan dengan Bulgaria. 

Muslim di Yunani

Muslim memang merupakan minoritas di Yunani. Merujuk kepada hasil sensus di tahun 1991, jumlah muslim di negara itu tercatat sejumlah 97,605 jiwa atau sekitar 0.91% saja dari keseluruhan penduduknya. Sedangkan data kementrian luar negeri Amerika Serikat menunjukkan angka yang lebih besar, Muslim Yunani berjumlah sekitar 140.000 jiwa atau setara dengan 1,24% dari keseluruhan penduduk Yunani.

Muslim Yunani terkonsentrasi di wilayah Western Thrace (Thrace bagian barat) yang berada di wilayah utara Yunani berbatasan langsung dengan Turki, dan dulunya memang pernah menjadi bagian dari wilayah emperium Usmaniyah Turki. Seperti wilayah wilayah lain yang pernah menikmati masa jaya bersama emperium Usmaniyah, muslim di Western Thrace Yunani inipun terdiri dari berbagai suku bangsa berbaur menjadi satu.

Diantara mereka dari suku bangsa Turki, Bulgaria yang berbicara bahasa Pomaks dan sebagian kecil ada juga keturunan orang Yunani yang ber-Islam dimasa kekuasaan Usmaniyah. Identitas asli dari muslim di Western Thrace Yunani ini memang menjadi perdebatan antara pihak Turki dan Yunani.

Pihak Turki beranggapan bahwa Muslim di Western Thrace sebagian besar adalah orang orang Turki, sedangkan pihak Yunani berpendirian bahwa Muslim Western Thrace merupakan muslim dari etnis Pomak dan penduduk pribumi yang kemudian masuk Islam serta menggunakan bahasa dan budaya Turki di masa kekuasaan Usmaniyah.

Argumen diantara kedua pihak tersebut tampaknya beraroma kewilayahan, mengingat bahwa penyebutan identitas sendiri bagi muslim di Western Thrace Yunani ini berkaitan langsung dengan klaim wilayah tersebut oleh pihak Turki. Dari Pihak Yunani tentunya tidak mau mengakui bahwa muslim di Western Thrace sebagai orang Turki karena hal itu malah mendukung klaim dari pihak Turki atas wilayah tersebut.

Sebuah masjid di desa di kawasan Xanthi, Western Thrace, tempat tinggalnya minoritas muslim di Yunani.

Pertukaran Penduduk Tahun 1923

Minimnya muslim di Yunani tak bisa lepas dari sejarah masa lalu. Dua negara ini (Turki dan Yunani) menandatangani perjanjian Treaty of Lausanne di tahun 1923 tentang pertukaran penduduk diantara kedua negara tersebut paska perang Balkan.

Dalam kesepakatan itu, 1,5 juta orang orang Greek Anatolian atau orang Yunani yang tinggal di semenanjung Anatolia yang merupakan wilayah Turki harus meninggalkan wilayah itu ke wilayah territorial Yunani.

Perjanjian itu mengecualikan wilayah Western Thrace, 3000 orang Turki di Pulau Rhodes, dan 200 orang Turki di pulau Kos. Pulau Rhodes dan Kos dikecualikan dari perjanjian itu karena pada saat perjanjian itu ditandatangani kedua pulau itu sedang berada di bawah kekuasaan Italia.

Perjanjian itu juga mengatur perpindahan penduduk Turki yang beragama Kristen Ortodok Yunani dipindahkan ke wilayah Yunani terpisah dari wilayah Istanbul Yunani (Konstantinopel), Imbros ((Gökçeada) and Tenedos (Bozcaada), dan semua orangTurki yang tinggal di Yunani dipindahkan ke Turki terpisah dari Muslim Yunani di wilayah Thrace Yunani.

Konsekwensinya adalah bahwa muslim yang tinggal di wilayah Western Thrace dan Pulau Rhodes menjadi minoritas muslim yang tinggal di wilayah Yunani. Dan Western Thrace menjadi semacam kantung wilayah muslim di Yunani. Muslim di Western Thrace ini mencapai 28,88% dari keseluruhan populasi wilayah itu.

Western Thrace adalah wilayah di Yunani berbatasan langsung dengan Turki dan Bulgaria yang menjadi semacam wilayah kantung bagi komunitas muslim di Yunani, wilayah ini menjadi konsentrasi bagi muslim Yunani sejak perjanjian pertukaran penduduk antara Yunani dan Turki paska perang Balkan.

Western Thrace terbagi kedalam 5 daerah (regional unit) yakni; regional unit Kavala, Drama, Evros, Radopi dan Xanthy. Dari lima Regional unit tersebut tiga diantaranya dengan populasi muslim yang cukup tinggi. Muslim di Regional Unit Radopi mencapai 51,77% dari keseluruhan penduduknya, 41,19% di Xanthy dan 4,65% di regional unit Evros.

Penduduk yang tak Homogen

Pertukaran penduduk yang dilakukan diantara kedua negara itu tidak menghadirkan komposisi penduduk yang tidak homogeny dalam etnis. Baik Muslim yang dipindahkan ke wilayah Turki dari Yunani, begitupun sebaliknya, penduduk Kristen yang dipindahkan dari wilayah Turki ke wilayah Yunani.

Umat Kristen yang dipindahkan ke Yunani dari Turki terdiri dari beragam etnis tidak saja dari ernis Yunani termasuk yang mereka yang berbicara dalam bahasa Georgia, Arab bahkan berbahasa Turki. Begitupun muslim yang dipindahkan ke Turki dari wilayah Yunani tidak semuanya meruapakan orang Turki, diantara mereka ada etnis Albania, Bulgaria, Vlach, termasuk juga orang Yunani dari etnis Vallahades dari daerah western Greek Macedonia.

Hal tersebut terjadi dalam kaitannya dengan system Millet yang dipakai di masa kekuasaan Usmaniyah Turki, dimana kesetiaan kepada agama dan negara sulit untuk dibedakan karena agama yang menjadi hukum negara, dan dalam hal ini Turki dan Yunani merupakan Bapak dari berbagai suku bangsa yang ada di wilayah ini dalam pertaliannya dengan agama.

Di tahun 1922, minoritas muslim yang tinggal di Western Thrace, bagian utara Yunani, ada sekitar 86,000 jiwa. Terdiri dari empat kelompok etnis yakni, Turki (biasa disebut dengan Western Thrace Turks), Pomaks (Muslim Slavia yang berbahasa Bulgaria), Muslim Roma, dan Muslim Yunani. Masing masing kelompok ini memiliki budaya dan bahasa mereka sendiri. 

B
Salah satu potret desa muslim di wilayah Xanthi, Western Thrace, Yunani.

Bila merujuk kepada perjanjian Lausanne pasal 45, muslim di western Thrace ini secara resmi disebut dengan “kelompok minoritas muslim” namun kemudian secara tidak resmi disebut dengan “minoritas muslim” saja sebagai satu kesatuan. Merujuk kepada pemerintah Yunani, Muslim yang berbicara bahasa Turki di wilayah ini mencapai 50% disusul kemudian oleh Muslim berbahasa Pomaks 35% dan Muslim Roma 15%.

Pemerintah Yunani enggan menyebut 50% tersebut dengan sebutan “Muslim Turki” namun menyebutnya dengan “Muslim berbahasa Turki” dengan anggapan bahwa tidak semua kelompok muslim ini adalah orang Turki namun juga terdapat ernis lain termasuk ernis Yunani yang kemudian memeluk Islam dan menggunakan tradisi dan bahasa Turki.

Muslim Yunani Saat ini

Minoritas muslim di Yunani mendapatkan hak yang sama dengan mayoritas penduduk Yunani lainnya, termasuk hak terhadap pelindungan dari tindakan diskriminasi dan kebebasan menjalankan agama yang diatur dalam pasal 5 dan pasal 13 konstitusi Yunani. Di Wilayah Thrace sendiri kini ada tiga kemuftian, sekitar 270 orang imam dan sekitar 300 masjid.

Di bidang politik, muslim minoritas di Yunani terwakili di parlement, saat ini diwakili oleh anggota PASOK Çetin Mandacı dan Ahmet Hacıosman. Dalam pilkada tahun 2002 yang lalu terpilih sekitar 250 orang muslim duduk di bangku konsul di tingkat kota dan prefectural, bahkan wakil prefect (semacam wakil gubernur) di Unit Regional Rhadopi adalah seorang muslim. Organisasi activist hak azazi terbesar di antara minoritas muslim Turki di Yunani adalah "Turkish Minority Movement for Human and Minority Rights"

Pendidikan

Di wilayah Thrace terdapat 235 sekolah dasar bagi kelompok minoritas, yang menggunakan bahasa pengantar Yunani dan bahasa Turki. Disana juga terdapat dua SMP masing masing di Xanthi dan di Komotini, tempat dimana penduduk minoritas ini terkonsentrasi. Untuk daerah daerah terpencil di pegunungan daerah Xanthi dimana sebagian besar etnis Pomak tinggal, pemerintah Yunani menyediakan sekolah menengah pertama dengan bahasa Yunani, namun pendidikan agama disampaikan dalam bahasa Turki dan pelajaran AlQur’an disampaikan dengan bahasa Arab.

Bangunan Masjid Hasan Pasha atau dikenal dengan nama Masjid Chania di pulau Crete, Yunani. bangunannya masih terawatt karena memang di konservasi oleh pemerintah Yunani namun sudah tidak difungsikan sebagai masjid melainkan sebagai sebuah galeri seni.

Bahasa Pomak yang secara esensial dianggap sebagai dialek Bulgaria, tidak digunakan dalam system pendidikan di Yunani. Pemerintah  membiayai ongkos transport dari dan ke sekolah bagi murid sekolah yang tinggal di daerah terpencil dan pada tahun akademik 1997-1998 pemerintah setempat telah mengucurkan dana sekitar  USD 195,000 untuk biaya transportasi dimaksud.

Ada dua sekolah tinggi agama Islam di Yunani, masing masing di Komotini, dan di Echinos (kota kecil di Xanthi regional unit, yang meyoritas dihuni oleh muslim Pomak), dibawah undang undang nomor 2621/1998, kualifikasi dua sekolah tinggi ini diakui dan disejajarkan dengan pendidikan tinggi keagamaan (seminari) yang dikelola oleh pihak gereja Orthodox Yunani. Dan 0,5% bangku perguruan tinggi Yunani disediakan bagi penduduk minoritas. Semua institusi pendidikan dimaksud didirikan oleh Pemerintah.

Keluhan

Keluhan utama dari kelompok minoritas muslim Yunani terkait dengan penunjukan Mufti (pemimpin agama Islam), Pemerintah Yunan mulai menunjuk mufti bukan dengan melaksanakan pemilihan setelah wafatnya mufti sebelumnya di Komontini di tahun 1985 (hal ini melanggar Undang undang nomor 2345/1920 tentang keberlangsungan hidup kebudayaan), walaupun sesungguhnya hal yang dilakukan oleh pemerintah Yunani tersebut umum terjadi di Turki sekalipun, hal tersebut dilakukan mengingat Mufti juga memiiki fungsi Judisial dalam masalah rumah tangga dan hukum warisan, negara harus menetapkannya.

Namun demikian, pengamat hak azazi manusia menganggap hal tersebut melanggar isi perjanjian Lausanne yang memberi hak kepada minoritas muslim untuk mengornaisir dan melaksanakan urusan keagamaan tanpa campur tangan pemerintah. Meskipun tidak jelas benar apakah yang dimaksud termasuk dalam hal hukum warisan masuk dalam katagori urusan keagamaan.

Dalam pelaksanaannya ada dua mufti untuk masing masing wilayah, satu orang mufti ditunjuk oleh melalui keputusan presiden dan satu orang mufti dipilih oleh ummat Islam. Mufti terpilih untuk wilayah Xanthi adalah Mr, Aga, lalu pemerintah menunjuk Mr SinikoÄŸlu sebagai Mufti dari pihak pemerintah. Mufti terpilih untuk daerah Komotini adalah Mr Åžerif dan pemerintah menunjuk Mr Cemali dari pihak pemerintah

Yeni Camii di Thesaloniki sempat menuai kontroversi manakala walikota setempat mengizinkan digunakannya kembali bangunan ini sebagai masjid meskipun hanya satu hari saja dalam setahun. Bangunan masjid ini kini difungsikan sebagai museum dan galeri seni.

Merujuk kepada pemerintah Yunani, pemilihan yang memenangkan Mr Aga dan Mr Åžerif terdapat kecuangan dan teramat sedikit warga muslim yang ikut serta dalam pemilihan tersebut.  Upaya tersebut dianggap sebagai tindak pidana sebagaimana di atur dalam hukum pidana Yunani dan kedua mufti tersebut kemudian dituntut dan dijatuhi hukuman penjara dan denda. Namun manakala masalah tersebut sampai ke Pengadilan HAM Eropa, pemerintah Yunani justru di vonsi bersalah melanggar hak kebebesan beragama terhadap Mr Aga dan Mr Åžerif.

Issue kontoversial lainnya dalah terkait dengan pasal 19 Undand undang kewarganegaraan Yunani yang membolehkan pemerintah mencabut kewarganegaraan bagi yang bukan etnis Yunani dan keluar negeri. Merujuk kepada data statistik, terdapat  46,638 Muslim (kebanykan dari mereka adalah muslim Turki) dari Thrace dan Pulau Dodecanese kehilangan kewarganegaraan mereka dari tahun 1955 hingga 1998 sampai kemudian aturan tersebut dihapuskan di tahun 1998. 

Kasus terahir adalah pelarangan pemerintah Yunani bagi penggunaan istilah “Turk” dan “Turkish” untuk menyebut minoritas muslim secara keseluruhan. Dampaknya adalah sejumlah organisasi termasuk organisasi "Turkish Union of Xanthi", dilarang oleh pemerintah karena menggunakan nama “Turkish” di organisasi mereka. Di tahun 2008 Pengadilan HAM uni Eropa memutuskan bahwa pemerintah Yunani telah melanggar kebebasan berserikat dan meminta untuk mencabut pelarangan terhadap organisasi tersebut, namun pemerintah Yunani enggan mematuhi keputusan tersebut.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Islam di Lithuania
Islam Di Estonia
Islam di Kostarika
Islam di Azerbaijan
Islam di Belarusia