Halaman

Minggu, 29 Oktober 2017

Crystal Mosque Kuala Trengganu

Masjid Kristal Kuala Trengganu

Crystal Mosque atau masjid Kristal adalah masjid di Kuala Trengganu, Negeri Trengganu, Malaysia. Masjid ini berada di Taman Tamadun atau taman Budaya Islam (Islamic Heritage Park) di pulau Wan Man, Kuala Trengganu. Pulau Wan Man ini berada di tepian pantai timur Trengganu, salah satu pulau kecil dari ratusan pulau kecil di Malaysia.

Disebut Masjid Kristal, karena memang begitu banyak Kristal yang digunakan untuk pembangunan masjid ini. Meskipun tentu saja material bangunan pada umumnya seperti baja dan beton bertulang tetap dipergunakan untuk pembangunan masjid ini. Hanya karena dominasi material Kristal pada bagian ekteriornya yang menjadikan masjid ini disebut dengan Masjid Kristal.

Masjid Kristal
Pulau Wan Man, 21000 Kuala Terengganu
Terengganu, Malaysia
itc.gov.my



Pembangunannya dilaksanakan pada tahun 2006 hingga tahun 2008 dan dibuka secara resmi oleh Raja Malaysia ke 13 Yang di-Pertuan Agong, Sultan Mizan Zainal Abidin yang juga merupakan Sultan Terengganu, pada tanggal 8 Februari 2008

Turut hadir dalam upacara peresmian tersebut Perdana Menteri Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi. Sedangkan Yang Di-Pertuan Agong, Tuanku Mizan Zainal Abidin hadir bersama Raja Permaisuri Agong, Tuanku Nur Zahirah berangkat ke Peresmian Masjid Kristal di Pulau Wan Man, Kuala Terengganu pada 8 Februari 2008 jam 6.00 petang.

Masjid Kristal di siang hari

Pembangunan masjid ini disebut sebut menghabiskan dana sekitar The RM250 juta ringgit Malaysa, berdekatan dengan masjid ini terdapat banyak replika bangunan bangunan masjid terkenal dunia.

Masjid ini memiliki luas 2.146 meter persegi dan berkapasitas 700 jamaah. Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan sarana teknologi dan jaringan WiFi sebagai akses internet guna membaca al-Qur'an elektronik.

Penggunaan teknologi lainnya pada masjid ini adalah pada system tata cahayanya yang memungkinkannya tampak bersinar di malam hari dalam dominasi warna hijau yang menyejukkan mata.***

Baca Juga


Sabtu, 28 Oktober 2017

Masjid Husejnija Gradačac Bosnia (1826)

Masjid Huseiniah atau Husejnija di kota Gradačac, Bosnia & Herzegovina

Masjid Husejnija atau Husejnija DŽamija adalah masjid tua peninggalan Emperium Usmaniyah (Turki Usmani) di kota Gradačac, Bosnia & Herzegovina. Masjid tua ini diabngun oleh Husein-captain Gradaščević pada tahun 1826, dan kini telah dijadikan salah satu monument sejarah nasional Bosnia & Herzegovina .

Masjid Husejnija di Gradačac ini menjadi salah satu masjid dengan gaya arsitektur Usmaniyah yang menawan dan memberikan kontribusi bagi khasanah kekayaan seni bina arsitektur masjid masjid tua emperium Usmaniyah di kawasan Balkan.

Husejnija DŽamija Gradačac
Gradačac, Bosnia dan Herzegowina
mizgradacac.ba


Arsitektur Masjid Hussein Gradačac

Masjid tua ini dibangun dengan satu kubah besar dari bahan metal dengan denah penampang octagonal ditambah dengan tiga kubah lebih kecil dengan masing masing juga berdenah penampang octagonal di bagian atas beranda masjid. Satu batang menara (Minar/ Munar / Minaret) tinggi menjulang 25 meter dibangun disamping masjid.

Menara masjid ini dilengkapi dengan satu balkoni berpagar (Stereophilus / circular porter) di bagian bawah dari puncak tertinggi bangunan menara yang dibangun sebagai tempat muazin mengumandangkan azan. Dan terntu saja ada serangkaian anak tangga dari bagian bawah menara hingga ke bagian balkoni ini.

Dekorasi Islami dapat ditemui sejak dari bagian pintu masjid hingga ke bagian interiornya. Bangunan masjid tua ini juga dilengkapi dengan pagar keliling dari batu yang tidak terlalu tinggi dan sebuah gerbang yang juga dibangun dari batu. Lokasi masjid ini berdiri berada sekitar 40-50 meter diluar tembok tua benteng kota Gradačac .

Fasilitas Masjid Husseiun Gradačac

Bangunan masjid ini juga dilengkapi dengan toilet, tempat wudhu dan perpustakaan. Sementara gerbang masjid ini ada dua, gerbang utamanya berada di sisi barat laut bangunan masjid sedangkan gerbang lainnya berada disebelah timur  laut bangunan masjid yang menjadi gerbang masuk bagi Husein-captain Gradaščević.

Interior Masjid Huseniah

Gerbang utama yang berada di sisi Barat laut bangunan masjid ini langsung menuju ke bagian beranda dan pintu utama masjid, menunjukkan bahwa sisi kiblat dan mihrab masjid ini berada disisi berlawanan yakni disisi tenggara, maknanya bahwa arah kiblat dari masjid ini mengarah ke tenggara, tidak seperti di Indonesia yang mengarah ke barat.

Masing masing gerbang masjid ini beserta pagar keliling masjid dibangun menggunakan bahan darui batu gamping yang disusun dan landasannya sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.

Tinggi menara masjid ini sebenarnya adalah 33.89 meter, hanya saja angka 25 meter yang disebutkan tadi merupakan pembulatan dari angka 24.3 meter yang di ukur dari atas bagian landasan menara tanpa memasukkan tinggi dari landasan menaranya sendiri. Sehingga apabila dimasukkan tinggi landasannya hingga ke ujung ornamen bulan sabit di puncak menara maka tinggi menara masjid ini adalah 33.89 meter.

Pintu batu masjid yang mengarah ke halaman depan tidak dilengkapi dengan dekorasi namun dirancang dengan bentuk lengkungan semikular dan dihias dengan ukiran bentuk bentuk bunga, jambangan, lengkungan, serta bentuk bentuk geometris.

Sisi depan Masjid Huseniah

Dibagian atas mihrab masjid ini di ukir dengan bentuk bentuk bunga lili, adanya ukiran bunga lili tersebut mematahkan teori bahwa penggunaan bentuk ukiran tersebut hanya dipegunakan pada masa abad pertengahan saja, namun juga digunakan pada masa kekuasaan Usmaniyah.

Bentuk bentuk tersebut juga menghias beberapa batu nisan dari beberapa makam di pekarangan masjid ini, keseluruhannya hanya ada 9 makam di komplek masjid ini, diantaranya adalah makam  Hussein-captain Gradaščević.dan putranya yang bernama Mesar Muhammad.

Pembangunan Masjid Hussein Gradačac

Dibagian atas pintu masuk utama masjid ini juga terdapat ukiran batu prasasti sebagai pengingat selesainya pembangunan masjid ini di tahun 1826 bertuliskan: 

“Emir yang berbahagia, Kapten dari Benteng Gradačac, dia yang telah diperintahkan Tuhan dan dengan pertolongan Tuhan pula masjid ini dibangun. Kronogram ini dibuat untuk mengingat penyelesaian pembangunan nya. Tertanda The Krkleri, Masjid indah ini adalah rumah bagi orang orang beriman”.***

--------------------oooOOOoo----------------------


Baca Juga


Minggu, 22 Oktober 2017

Masjid Agung Baitul Hikmah Tanjung Redep

Aerial view Masjid Agung Baitul Hikmah Tanjung Redep, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Kabupaten Berau adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Ibukota kabupaten Berau berada di Tanjung Redep. Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Berau, di Tanjung Redep telah berdiri megah kantor Bupati Berau lengkap dengan taman kota cendana yang asri di depan komplek kantor Bupati tersebut. Di Tanjung Redep juga berdiri megah Masjid Agung Kabupaten yang diberi nama Masjid Agung Baitul Hikmah.

Masjid Agung Baitul Hikmah merupakan masjid terbesar dan termegah di Kabupaten Berau, dan tentu saja menambah khasazah deretan masjid masjid megah di provinsi Kalimantan Timur, sebut saja diantara yang lainnya adalah Masjid Agung Nurul Falah di Tanah Grogot Kabupaten Paser dan Masjid Islamic Center Samarindah yang ketiga tiga memiliki kemiripan arsitektur.

Masjid Agung Baitul Hikmah
Jl. APT. Pranoto, Tanjung Redeb
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur 77311
Indonesia


Tanjung Redep Selayang Pandang

Kabupaten Berau merupakan kabupaten yang dianugerahi wilayah yang begitu luas sekitar 34 ribu kilometer persegi serta kekayaan alam yang melimpah namun dengan jumlah penduduk yang baru sekitar 150 ribu jiwa, relatif masih sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya, memberi keuntungan tersendiri bagi masyarakat disana yang masih dapat menikmati hijaunya hutan dan atmosfir yang alami dengan udara bersih dan segar, sesuatu yang tak mungkin ditemukan di kota kota besar.

Sebagian besar penduduk Berau terkonsentrasi di Kota Tanjung Redep yang juga diramaikan oleh masyarakat berbagai etnis yang berusaha disana. Mayoritas masyarakat Tanjung Redep berasal dari etnis Bugis dan Jawa serta penduduk asli dari suku Banua dan etnis lainnya. Selain etnis Banua di Berau juga dihuni oleh etnis Dayak seperti halnya wilayah Kalimantan lainnya. Geliat ekonomi di Tanjung Redeb berkembang cukup pesat, termasuk geliat perdagangan dan sektor industri yang didominasi oleh industri perkayuan dan pertambangan batubara. Kabupaten Berau memang cukup makmur, dari sektor industri saja dengan 500 lebih perusahaan yang beroperasi disana, kabupaten ini memiliki potensi dana CSR mencapai lebih dari setengah triliun per tahun.

Cukup menarik mengingat bahwa Tanjung Redep pernah tepilih sebagai salah satu penyelenggara Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-17 tahun 2008 yang dielenggarakan di provinsi Kalimantan Timur. Pembenahan besar besaran dilakukan oleh pemerintah setempat,  pembenahan di setiap sudut kota, jalan-jalan protokol, trotoar, saluran air, dan berbagai fasilitas kota direnovasi dan ditata lebih baik. Terlebih lagi Tanjung Redep merupakan salah satu titik tolak menuju ke pulau Derawan dan sangalaki yang terkenal memiliki keindahan alam laut dan bawahnya. Sebagian wisatawan menyebutnya sebagai sorga bawah laut terindah di dunia.

Pelangi di atas Masjid Agung kabupaten Berau

Nama Berau yang kini disandang oleh kabupaten ini sesungguhnya adalah nama sebuah Kerajaan yang pernah berjaya disana pada sekitar abad ke-14. Raja pertamanya bernama Baddit Dipattung bergelar Aji Raden Surya Nata Kesuma dan permaisurinya bernama Baddit Kurindan bergelar Aji Permaisuri. Pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung. Kini masih dapat disaksikan peninggalan bersejarah kesultanan keraton dan museum Sambaliung dengan rajanya yang terakhir Sultan M. Aminuddin (1902-1959).

Aji Raden Suryanata Kesuma memerintah tahun 1400–1432, beliau berhasil menyatukan wilayah pemukiman masyarakat Berau yang disebut Banua, yaitu Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau Sewakung. Di samping kewibawaannya, kedudukan Aji Raden Suryanata Kesuma juga sangat berpengaruh, menjadikan dia disegani lawan maupun kawan. Untuk mengenang jasa Raja Berau yang pertama ini, Pemerintah telah mengabdikannya namanya sebagai nama Korem 091 Aji Raden Surya Nata Kesuma yang merupakan bagian dari Kodam VI/TPR.

Kabupaten Berau merupakan wilayah provinsi Kalimantan Timur paling utara, kota Tanjung Redep dan kota Balikpapan terpaut jarak sekitar 665 km, bila ditempuh dengan kendaraan roda empat menghabiskan waktu sekitar 20 jam. Tersedia rute penerbangan langsung Balikpapan – Tanjung Redep meski bukan dengan pesawat berbadan lebar. Rute lainnya adalah penerbangan kota Balikpapan – Kota Tarakan dan dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan Ferry penyeberangan.

Kehadiran Masjid Agung Baitul Hikmah ini kini mendominasi pemandangan langit kota Tanjung Redep

Landmark Kabupaten Berau

Masjid Agung Baitul Hikmah mulai dibangun tahun 2002 dan diresmikan pada tanggal 17 Ramadhan 1425 H / 31 Desember 2004 M. Menyusul kemudian peresmian perpustakaan di masjid ini pada tanggal 1 Ramadhan 1432 H/01 Agustus 2011 M Oleh Bupati Berau. Selain perpustakaan, masjid ini juga memiliki klinik pengobatan gratis orang tidak mampu yang didanai oleh Badan Amil Zakat Pusat.

Sejak berdiri, Masjid Agung Baitul Hikmah telah menjadi landmak baru bagi Tanjung Redep dan kabupaten Berau. Tak salah, karena bengunan masjid ini begitu megah dan tampil begitu menyolok di tengah tengah kota Tanjung Redep. Arsitekturnya memang menawan dipandang mata, warna hijau yang mendominasi warna masjid ini senada dengan landscape kabupaten berau yang memang masih di dominasi oleh hijaunya hutan perawan.

Masjid Agung Berau terdiri dari bangunan utama Masjid, ditambah dengan pelataran dikelilingi koridor dan satu menara tertinggi terpisah dari bangunan utama. Bangunan utama masjid Agung Baitul Hikmah berdenah segi empat dengan kubah besar di atapnya. Ada empat menara masing msing setinggi 40 meter di ke empat penjuru masjid. Ada beranda berukuran besar di tempatkan disi sisi timur bangunan utama masjid mengayomi pintu utama yang menghadap langsung ke pelataran tengah.

Megah dan modern

Pelataran yang dikelilingi koridor berada di sisi timur bangunan utama. Di area pelataran tengah ini berdiri megah menara utama setinggi 70 meter terlihat menjulang jauh labih tinggi dari ke empat menara lainnya. Pelataran masjid dapat di akses dari gapura di sisi timur serta gapura yang lebih rendah di sisi utara dan selatan. Sederetan kubah kubah lebih kecil menghias bagian atap koridor, gerbang dan beranda masjid.

Secara garis besar bangunan masjid ini dibangun dalam arsitektur masjid modern dengan gaya Timur Tengah, Turki dan sentuhan minimalis yang cukup kental. Kubah besar di atap masjid ini mengingatkan kepada kubah masjid masjid Usmaniyah di Istanbul Turki dan sekitarnya. Begitupun dengan menara tinggi nya yang lancip menjulang tinggi. Area pelataran tengah yang dikelilingi koridor merupakan bentuk yang lazim di masjid masjid di kawasan Timur Tengah, Persia dan Jazirah India terutama masjid masjid dari era Emperium Mughal. Bangunan beranda masjid berukuran besar seperti di masjid ini juga dikenal dengan istilah Iwan dan merupakan hal yang lazim digunakan di masjid masjid kawasan Asia Tengah dengan bentuk yang sedikit berbeda.

Ada hal yang teramat unik dari Masjid Agung Baitul Hikmah Kabupaten Berau di Tanjung Redep ini sebagaimana dilaporkan Bloger setempat, bangunan menara ini ternyata tidak saja menarik para wisatawan untuk menikmati pemandangan Tanjung Redep dari ketinggian namun juga ternyata menarik sekawanan burung walet untuk bersarang disana secara alamiah. Anda tentu faham tentang nilai ekonomis sarang burung walet yang cukup tinggi tentu menjadi berkah tersendiri bagi masjid megah ini. Maklumlah karena ternyata ada ratusan sarang burung walet bergantungan di menara tersebut dan siap dipanen setiap bulannya.

Sejak diresmikan masjid ini selalu makmur jemaah mulai dari Sholat Rawatib, apalagi Sholat Jum’at, Sholat Idul fitri, Maupun Sholat Idul Adha selalu saja berlimpah jemaah hingga ke halaman Masjid. Di momen sholat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, jemaah masjid ini diperkirakan mencapai 10 ribu Jama’ah.

Di dalam Masjid Agung Baitul Hikmah Tanjung Redeb.

Berbagai aktivitas ke-Islaman tingkat kabupaten di helat di masjid ini termasuk kegiatan mengawali bulan suci Ramadhan dilaksanakan Pawai keliling oleh kelompok Remaja dan TK/TPA yang di awali dari masjid ini, pasar Ramadhan, hingga rutinitas Sholat Tarawih, Ta’jil, Tadarus Al-Qur’an, Pengajian dan I’tikab. Sholat tarawih di masjid ini diselenggarakan 20 Rakaat dan 3 rakaat Witir. Sedangkan Ta’jil / Buka Puasa bersama dimasjid ini selalu diramaikan tak kurang dari 270 Jama’ah setiap harinya.

Masjid Terbaik Nasional 2016
     
Masjid Agung Baitul Hikmah menyabet penghargaan sebagai Masjid Agung terbaik ketiga bidang administrasi tingkat nasional tahun 2016. Masjid Agung Baitul Hikmah dinilai memiliki pengelolaan administrasi yang baik, selain itu tim penilai dari Kementrian Agama juga memberikan appresiasi kepada masjid ini yang keberadaannya saling mendukung
kegiatan keagamaan rumah ibadah lain yang ada di sekitarnya.

Contohnya, saat perayaan Natal, masjid agung membuka ruang seluas-luasnya kepada umat nasrani yang ingin beribadah di gereja yang berada di depan masjid agung tersebut. Begitu juga sebaliknya. Saat Idulfitri, umat Islam juga bisa parkir kendaraannya di halaman gereja. Ada tiga kriteria penilaian Masjid Terbaik Nasional yakni Masjid Agung Percontohan Paripurna, Masjid Agung Percontohan Idarah atau administrasi, Masjid Agung Percontohan Imarah atau kemakmuran dan Masjid Agung Percontohan Riayah atau pemeliharaan kebersihan.***

Baca Juga


Sabtu, 21 Oktober 2017

Masjid Jami Kebir Simferopol – Krimea

Masjid Jami Kebir, menjadi awal mula sejarah kota Simferopol yang pada mulanya bernama Aqmasjid City atau kota Masjid Putih merujuk kepada warna tembok masjid ini.

Simferopol Kota Masjid Putih

Simferopol, sebuah kota di Semananjung Krimea, semenanjung yang dulunya merupakan wilayah Rusia kemudian dihadiahkan kepada Ukraina saat Ukraina bergabung dengan Uni Soviet namun kemudian “dicaplok” lagi oleh Rusia seiring runtuhnya emperium tirai besi tersebut, dan kini Ukraina tampaknya tak benar benar berkuasa atas wilayah kantung berpenduduk muslim tersebut, meskipun Ukraina mengakui wilayah semenanjung Krimea merupakan Republik Otonom Krimea di dalam wilayah hukum Ukraina.

Sejarah kota Simferopol tak bisa dilepaskan dari sejarah masjid Jami’ Kebir yang merupakan masjid tertua di kota tersebut dan diseluruh semenanjung Krimea. Pada masa awal sejarah kota ini di abad pertengahan disebut atau dinamai dengan nama “Aqmecit city” atau “Kota Masjid Putih”. Sejarawan menyakini nama tersebut diambil dari warna putih tembok masjid Jami’ Kebir ini.

Kebir-Cami | Кебир-Джами
4, Kurchatova St, 4, Simferopol
Crimea, 95000



Masjid Kebir merupakan masjid tua di kota Simferopol, Ukraina. Masjid ini merupakan monumen arsitektur terkenal di kota Simferopol dan merupkan bangunan tertua yang masih bertahan di kota itu. Pertama kali dibangun oleh Menli Giray Khan tahun 1508 atau 914 Hijriah sebagaimana tertulis pada sebuah plakat di pintu masuk masjid ini dalam huruf arab yang menyatakan :

“Masjid ini dibangun bagi kejayaan dan keagungan Khan Meñli I Giray, mudah mudahan Allah mengampuni semua dosanya dan dosa anak anaknya di bulan Muharam tahun Sembian Ratus Empat Belas”

Setelah perang dunia kedua Masjid Kebir ini sempat terbengkalai. Kemudian selama beberapa tahun digunakan sebagai bengkel pembuatan sampul buku. Sampai kemudian diperbaiki sekembalinya komunitas muslim Tatar Krimea dari pengasingan dan di tahun 1989 secara resmi masjid ini dikembalikan lagi kepad komunitas muslim Krimea, dan proses rekonstruksi total terhadap bangunan masjid ini mulai dilaksanakan pada penghujung bulan oktober 1991.

Sisi mihrab Masjid Kebir

Tahun 2009 masjid Jami’ Kebir kembali di rekonstruksi bertepatan dengan perayaan setengah millennium atau 500 tahun berdirinya masjid tersebut. Hayder Ismail selaku wakil Mufti Krimea menjelaskan bahwa rekonstruksi yang selesai dilaksanakan pada bulan Juli 2009 tersebut adalah upaya untuk memulihkan tampilan interior masjid Jami Kebir termasuk ornament-ornamennya, lukisan kaligrafi dan mihrab masjid dengan bantuan berbagai sumber sumber dokumen arsip kuno.

Lebih dari 250 ribu hryvnyas (mata uang Ukraina) biaya yang dihabiskan untuk restorasi bagian interior masjid Jami Kebir ini bersumber dari dana yang dikumpulkan dari para donator dan para pengusaha muslim Krimea. Hayder Ismail juga menghimbau otoritas kota untuk meninjau ulang sejarah Simferopol yang selama ini disebut baru berusia 225 tahun, namun fakta yang ditemukan menyatakan bahwa Simferopol sudah eksis sejak 500 tahun lalu sebagai “Kota Masjid Putih” atau “Aqmescit City”.

Kini Masjid Kebir menjadi masjid utama di semenanjung Krimea, masjid ini menjadi tempat tinggal dari Mufti Krimea serta menjadi pusat aktivitas Spiritual muslim Krimea. Masjid ini juga dilengkapi dengan madrasah serta Perpustakaan Tatar Krimea.

Sisi lain Masjid Jami Kebir Simferopol

Arsitektur Masjid Jami’ Kebir

Masjid Jami’ Kebir dibangun dalam bentuk bangunan masjid Tatar dengan bangunan utama berdenah segi empat, dinding bagian luar polos nyaris tanpa ornamen, sebuah kubah besar di pasang di atap masjid bagian tengah dengan di topang oleh sebentuk bangun segi delapan menyerupai menara dalam ukuran pendek. Dan dilengkapi dengan sebuah menara menjulang berujung lancip.

Menara masjid ini dilengkapi dengan tangga dan balkoni yang digunakan oleh muazin menyuarakan azan di masa lalu. Diujung menara ditempatkan ornament bulan sabit sama halnya di ujung kubah masjid. Yang menarik adalah adanya bentuk tiga bola yang ditempatkan di bawah ornament bulan sabit, tampak seperti ornament di atap gedung sate Bandung.

Interior masjid ini sudah dipulihkan dalam proses rekonstruksi tahun 2009 yang lalu tampak begitu apik dengan sentuhan karya seni Tatar Krimea dalam balutan warna hijau, kuning dan merah, sementara tembok bagian dalam masjid juga di cat dengan warna putih. Masjid ini juga memiliki mimbar dari kayu berukuran tinggi besar seperti kebanyakan masjid masjid Tatar dan Turki.

Di dalam Masjid Jami Kebir Simferopol

Tradisi Iftar Jama’i Selama Ramadhan

Seperti masjid masjid di Indonesia, Masjid Jami Kebir di Simferopol ini juga menyelenggarakan Iftar Jama’I atau buka puasa bersama selama bulan suci Romadhan. Setiap tahun acara tersebut diselenggarakan di masjid ini bagi Jemaah tetap masjid ini maupun bagi para musafir yang kebetulan sedang singgah di masjid ini.

Jemaah masjid ini tidak saja muslim setempat namun juga diramaikan oleh kehadiran para mahasiswa dari negara negara Islam seperti Turki dan Palestina yang sedang kuliah di Pusat Administratif Krimea.

Selama bulan suci Romadhan pengurus masjid ini menyiapkan sajian untuk berbuka bagi setidanya 200 jemaah. Bedanya, acara buka bersama di masjid ini semua hidangan berbuka di sajikan di meja yang di tata rapi di halaman masjid, dan tentu saja dipisahkan antara meja untuk Jemaah pria dan wanita.***

Baca Juga


Minggu, 15 Oktober 2017

Lala Tulpan Masjid Bunga Tulip di Ufa

Merah semerah bunga tulip yang sedang mekar, sesuai dengan namanya, Masjid Tulip Yang Sedang Mekar.

Lala Tulpan adalah salah satu masjid masjid besar di Rusia. Lokasinya berada di kota Ufa, Boshkortostan.Lala Tulpan berarti “Bunga tulip yang mekar” nama yang pas dengan arsitektur masjidnya, perhatikan bentuk menara kembar masjid ini yang pada bagian ujungnya dibuat menyerupai bunga tulip yang sedang mekar atau dalam Bahasa setempat disebut “lala tulpan”.

Lala Tulpan atau tulip yang sedang mekar, tak hanya mengacu pada menaranya, mekar seperti bunga pada musim semi. Nama itu juga berbicara tentang mekarnya kegiatan keagamaan dan budaya setelah era runtuhnya Uni Soviet. Sejarah mencatat, pada 2001, Presiden Vladimir Putin menyelenggarakan pertemuan dengan Talgat Tadzhuddin dan ulama Muslim lainnya di Lala Tulpan, Ufa.

Menara kembar bunya tulip di masjid ini dibangun setinggi 53 meter, adalah nomor tiga tertinggi di Rusia setelah Masjid Akhmad Kadyrov di Kota Grozny dan Masjid Qolsharif di Kazan. Bangunan ini bisa menampung seribu jamaah. Masjid modern ini dibangun antara 1990 dan 1998 berdasarkan desain arsitek modernis, Wakil Davlyatshin.

Masjid Lala Tulpan
ul. Komarova, 5, Ordzhonikidze district
Ufa, Respublika Bashkortostan
Rusia,450044
telp : +7 347 242-22-33
Coordinates:   54°49'10"N   56°3'20"E



Pembangunan Masjid Lala Tulpan dimulai pada 1989. Pada waktu itu, Uni Soviet ada di bibir kehancuran. Ketidakpastian yang besar melanda ke seluruh negeri, seperti investasi besar yang tak jelas bakal kembali.  Lokasi pembangunan Lala Tulpan sempat terbengkalai selama tujuh tahun. Pada 1997, konstruksi dimulai lagi dan masjid itu akhirnya rampung setahun kemudian, menawarkan simbol kemajuan dan stabilitas.

Sejak selesai dibangun pada 1998, masjid ini menjadi objek wisata populer di kota Ufa. Struktur yang megah namun unik bagi masjid ini menjadi pengingat tersendiri tentang sebuah ketahanan kebudayaan dan keagamaan di Rusia dan keimanan warganya ditengah ideologi ateis yang dianut Uni Soviet di masa lalu. Pembangunan menara monumental dan indah Lala Tulpan kini terkenal bagi dunia yang mungkin tak terbayangkan pada era kekuasaan Uni Soviet.

Arsitektur Masjid Lala Tulpan

Menara
kembar masjid ini berdiri megah di sisi depan bangunan utama, mengapit pintu masuk ke masjid. Pintu masuk utamanya berada dibawah serangkaian tiga tumpukan atap segi tiga terbuka. di setiap ruang antara tumpukan atap tersebut ditempatkan jendela jendela kaca berukuran besar sebagai sumber cahaya alami ke dalam masjid.

Bangunan utamanya sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid pada umumnya.

Rancangan masjid ini memang terdiri dari serangkaian struktur geometris yang cukup rumit, menciptakan bentuk masjid yang tak lazim,  dan dengan sendiri sama sekali tak memungkinkan untuk menempatkan kubah di atap bangunan masjidnya. Hasilnya, bangunan terlihat dari atas seperti kubus yang dibongkar.

Warna merah cerah sangat menyolok terutama pada bagian atap dan puncak menaranya yang memang sengaja di cat warna merah cerah agar benar benar tampak seperti bunga tulip yang sedang mekar, dipadu dengan warna putih. penggunaan warna merah dan putih pada masjid ini sama sekali kontradiksi dengan kebiasaan menggunakan warna abu abu pada bangunan di era Uni Soviet.

Ruang interior masjid ini pun dengan sendirinya terbentuk bersudut sudut. Dekorasi di dalam masjid ini cukup minimalis, bagian bawah dindingnya ditutupnya dengan ubin bercorak sementara lampu gantung raksasa bergelayut dari langit-langit. Jendela jendela kaca masjid ini menggunakan kaca patri demikian juga dengan jendela besar di ruang mihrab, ruang yang tercipta dari pertemuan titik titik geometris bangunannya. Sebuah mimbar berukuran besar di tempatkan disamping kanan mihrab.

Di dalam Masjid Lala Tulpan

Masjid Lala Tulpan ini mampu menampung sekitar 300 jemaah di ruang utamanya ditambah dengan sekitar 200 jemaah di lantai mezanin-nya. Masjid ini juga dilengkapi dengan madrasah, ruang meeting ruang makan, ruang pelatihan yang mampu menampung sekitar 100 siswa dan asrama.

Sejarah Ufa

Ufa adalah ibu kota dan kota terbesar di Republik Bashkortostan, Rusia. Sebuah kota pusat industri, ekonomi, sains, dan budaya republik itu. Ufa disebut sebagai pusat Muslim di Rusia. Kota itu berawal dari sebuah benteng yang dibangun atas perintah Ivan yang kejam pada 1574 dan asalnya menggunakan nama bukit tempat kota itu berdiri, Tura-Tau. Pada abad ke-18, Ufa menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, manufaktur, dan budaya Rusia.

Ufa Municipal Public Bank didirikan pada 15 Desember 1876. Pada 1918, Ufa menjadi tempat kediaman seluruh pemerintahan provisional Rusia. Pada 14 Juni 1922, Ufa menjadi Ibu kota pemerintahan otonomi Bashkir dalam Republik Sosialis Soviet. Penemuan minyak di Bashkiria menjadikan Ufa salah satu pusat pengilangan minyak Soviet.

Masjid Lala Tulpan di musim salju yang membeku

Pada Perang Dunia II, menyusul penarikan mundur Soviet ke arah timur pada 1941, Ufa menjadi basis pemerintahan Soviet di wilayah Ukraina. Selain ibu kota republik, Ufa juga menjadi pusat Distrik Ufimsky meskipun tak menjadi bagian administratifnya.

Bashkortostan, tempat asal orang orang Bashkir

Bashkortostan merupakam negara merdeka di dalam Federasi Russia dan sepanjang sejarahnya merupakan Republik yang paling independen dalam sejarah Russia. Republik ini merupakan tempat asal orang-orang Bashkir. Secara historis, Muslim Bashkir tinggal bersama komunitas Tatar dan komunitas etnis Rusia lainnya. 

Bashkortostan memiliki bahasanya sendiri ‘bahasa Bashkir’ yang digunakan bersama dengan Bahasa Russia, dan keduanya di akui sebagai Bahasa resmi di Republik tersebut. Budaya yang bercampur aduk ini memberikan karakter kosmopolitan di Bashkortostan.

Masjid Lala Tulpan

Penguasa kota telah berupaya untuk memasarkan Ufa sebagai tempat yang memelihara warisan budayanya, tetapi juga modern dan siap menjadi tuan rumah bisnis global, para wisatawan, dan berbagai konferensi internasional.

Lala Tulpan berdiri di kawasan itu sebagai simbol sempurna bagi citra publik, mewakili wajah kontemporer sementara memelihara akar agama yang dalam dari orang Bashkir dan Kota Ufa.
Kehadiran masjid seperti ini di Ufa tak mengejutkan bagi mereka yang mengetahui sejarah kawasan itu. Sejarah mencatat, Ufa sebagai salah satu pusat kehidupan Islam dan budaya yang penting di Rusia. 

Sejak zaman Catherine yang Agung, kota ini sudah menjadi rumah bagi Central Muslim Board of Spiritial Administration (CMSB Rusia), sebuah organisasi yang mewakili masyarakat Muslim di tingkat nasional. CMSB menyelamatkan tekanan terhadap agama pada era Soviet dan masih berlokasi di kota ini hingga kini, bekerja untuk kebutuhan Muslim negeri itu.
***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 14 Oktober 2017

Masjid Mukhtarov Vladikavkaz

Masjid Mukhtarov berdiri di pusat kota Vladikavkaz di tepian sungai Terek dan berlatar belakang punggung pegungungan Kaukasus, memberikan pemandangan yang menawan.

Pada saat tulisan ini di Upload Masjid Mukhtarov ini tepat berusia 109 tahun sejak masjid ini diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1908. Masjid Mukhtarov adalah masjid bersejarah di tepian sungai Terek di pusat kota Vladikavkaz.

Peresmian masjid ini dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 1908, pembangunannya menghabiskan dana sebesar ro ribu rubel Rusia dan semuanya ditanggung oleh Murtuza Mukhtarov seorang milioner ternama dari kota Baku, Azerbaijan. Proses pembangunanya telah dimulai sejak tahun 1900.

Vladikavkaz Central Mosque | Мечеть Мухтарова
ul. Kotsoyeva, 62, Vladikavkaz
Resp. Severnaya Osetiya-Alaniya, Rusia, 362008


Sebagai Tanda Cinta

Murtuza Mukhtarov membangun masjid ini sebagai bentuk rasa cinta Muslim Azerbaizan kepada Muslim Osetia, secara pribadi Murtuza Mukhtarov sendiri memutuskan untuk membangun masjid di kota itu, kota yang telah mempertemukan dengan wanita pujaannya yang dikemudian hari menjadi istrinya.

Murtuza-aga Mukhtarov menikah dengan Lisa Tuganova, putri dari Jenderal Hamby Tuganova dan pesta pernikahannya dilaksanakan di Vladikavkaz. Setelah menikah beliau membotong istrinya tinggal di kota Baku, Azerbaizan.

Arsitek Józef Plośko yang dipercaya membangun masjid ini merancangnya terinspirasi dari masjid Al-Azhar dan gaya masjid masjid di Kairo, Mesir. Józef Plośko juga yang mengarsiteki Istana Mukhtarov di kota Baku, Azerbaijan.

Masjid Mukhtarov dari seberang Sungai Terek

Masjid Mukhtarov sangat terkenal karena lokasinya yang menjadikan posisi masjid memiliki background nya yang dramatis dengan jejeran pegunungan Kaukasus di latar belakangnya dengan bentang alam dan aliran air sungai Terek disebelahnya.

Masjid ini merupakan masjid bagi muslim suni di kota tersebut termasuk bagi komunitas muslim Ingushetia yang tinggal di Vladikavkaz sebelum kemudian mereka terusir dari kota tersebut dan dari wilayah Ossetia Utara di tahun 1990-an.

Dimasa kedudukan Uni Soviet masjid ini sempat dialihfungsikan sebagai Musium Adat dan baru di tahun 1996 bangunan masjid ini dikembalikan lagi kepada Lembaga Spiritual Muslim Osetia Utara dan beberapa kali telah mengalami restorasi, untuk memulihkan kondisinya termasuk akibat kerusakan parah oleh ledakan bom di tahun 1996.

Sisi depan Masjid Mukhtarov

Restorasi pertama setelah serah terima, dilaksanakan pada tahun 1997, kemudian di tahun 2006 dan 2008. Masjid Mukhtarov ini telah dimasukkan ke dalam daftar bangunan bersejarah yang dilindungi sejak tahun 1934.

Beberapa penulis setempat menumpahkan rasa kecewa mereka yang merasa terganggu dengan pembangunan gedung berlantai 12 di belakang masjid ini yang mereka sebut sebagai sesuatu yang telah merusak pemandangan keindahan latar belakang masjid ini yang langsung berpanorama pegunungan Kaukasus.

Apa dan Dimanakah Vladikavkaz

Vladikavkaz adalah kota terbesar sekaligus ibukota dari Republik Ossetia Utara-Alania yang merupakan bagian dari Federasi Russia. Letaknya berada di barat daya wilayah Ossetia Utara di kaki pegunungan Kaukasus, kota ini dilalui oleh Sungai Terek, dihuni oleh sekitar 300 ribu jiwa.

Di musim salju yang membeku

Kota Vladikavkaz pertama kali dibangun tahun 1784 sebagai benteng pertahanan selama penaklukan oleh Russia ke wilayah Kaukasus dan cukup lama menjadi pangkalan militer utama Russia untuk kawasan Kaukasus. Kota ini kemudian berkembang menjadi pusat peleburan logam, pemurnian minyak hingga bahan kimia dan industri manufaktur.

Nama kota ini sempat beberapa kali berganti nama, tahun 1931-1944 dan tahun 1954-1990 baik orang Rusia maupun orang Ossetia menyebutnya Ordzhonikidze (Орджоники́дзе) diambil dari nama Sergo Ordzhonikidze, tokoh gerakan Bolshevik Georgia.

Sempat berganti nama menjadi Dzaudzhikau (Дзауджика́у) dalam bahada Russia dan Dzæwdžyqæw (Дзæуджыхъæу) dalam bahasa Ossetia. Sedangkan nama Vladikavkaz adalah nama kota ini dalam bahasa Russia yang digunakan kembali di tahun 1990 beberapa saat sebelum keruntuhan Uni Soviet sedangkan dalam bahasa Ossetia nya kembali menjadi Dzæwdžyqæw.

Vladikavkaz sempat mengalami pahit getir kancah perang sipil Russia maupun perang dunia kedua. Bulan Februari 1919 kota ini sempat diserbu oleh pasukan General Anton Denikin yang merupakan tokoh anti komunis Ossetia namun berhasil dikalahkan pasukan merah di bulan maret 1920.

Interior Masjid Mukhtarov

Di bulan November 1942 Vladikavkaz kembali menjadi ajang perang tatkala Nazi Jerman menyerbu kota ini namun lagi lagi digagalkan oleh pasukan merah. Kerusakan parah melanda kota ini saat menjadi target pengeboman dalam perang sipil di tahun 1999, 2008 dan 2010.

Bahkan walikota Vitaly Karayev tewas ditembak oleh penembak tak dikenal pada tanggal 26 November 2008. Begitupun dengan penggantinya, walikota Kazbek Pagiyev 31 December 2008, juga mengalami nasib tragis yang sama, terbunuh oleh penembak tak dikenal.

Etnik dan Agama

Penduduk kota Vladikavkaz terdiri dari beberapa kelompok etnis, Etnis Ossetia merupakan etnis terbesar di kota ini ( (59.51%) disusul oleh etnis rusia (27.59%), Etnis Armenia (3.89%) dan Etnis Georgia (2.32%). Islam menjadi agama terbesar kedua yang di anut penduduk kota ini setelah penganut agama Kristen Ortodok.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga