Halaman

Minggu, 07 Mei 2017

Masjid an-Nashr Rotterdam, Belanda

Penampilan Masjid An-Nashr Rotterdam, negeri Belanda ini sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang umumnya kita kenal, lebih mirip dengan sebuah bangunan biasa di tengah kota Rotterdam.

Masjid An-Nashr adalah salah satu masjid besar di kota Rotterdam yang dikelola oleh muslim Maroko di Negeri Belanda. Masjid ini bukanlah satu satunya di kota terbesar kedua di Belanda itu. Rotterdam memang dikenal sebagai kota paling ramah terhadap muslim di Eropa, bahkan walikotanya pun dijabat oleh seorang muslim. Rotterdam juga dikenal sebagai kota dengan penduduk imigrannya yang sangat tinggi, sekitar 47% penduduk kota Rotterdam merupakan para imigran, sekaligus juga menjadikan Rotterdam sebagai kota dengan imigran muslim terbesar di Belanda, bahkan mungkin juga di Eropa.

Kurang lebih 13%, sumber lain bahkan menyebut angka 25% warga Rotterdam beragama Islam, labih fantastis lagi bahkan beberapa media menyebut bahwa di tahun 2020 muslim merupakan mayoritas di Rotterdam. Tidak sulit untuk menemukan makanan halal disana. Walikota Rotterdam saat ini beragama Islam. Beliau adalah Ahmed Aboutaleb, warga Belanda yang memiliki garis keturunan Maroko yang menjadi walikota Rotterdam sejak bulan Januari 2009. Beliau adalah satu–satunya walikota muslim di negeri Belanda.

Di Rotterdam, kita dengan mudah menemukan masjid yang banyak tersebar di seluruh penjuru kota. Namun, banyak masjid yang tidak tampak sebagai masjid, karena bangunannya berupa apartemen yang menyatu dengan rumah-rumah, apartemen, atau kantor di sekelilingnya. Hanya satu dua masjid saja yang tampak sebagai masjid, seperti adanya menara dan kubah khas masjid. Pendatang baru mungkin akan kesulitan mencari lokasi-lokasi masjid tersebut, meskipun sebenarnya ada di mana-mana.

Moskee An-Nasr
Van Cittersstraat 55a, 3022 LH Rotterdam, Belanda
Telepon: +31 10 478 1253
Directions:       From Rotterdam Central Station take bus no 38. Stop at beukelsdijk bus stop. take a walk about 4 bloks to the west.




Masjid-masjid tersebut dikelola oleh warga keturunan Turki, Maroko, Pakistan, Somalia, Boznia atau Indonesia. Uniknya, sebagian masjid di Rotterdam dulunya adalah bangunan bekas gereja yang kemudian beralih fungsi menjadi masjid. Oleh karena itu, banyak bangunan masjid di Rotterdam dari luar tampak seperti bangunan gereja, gedung, atau rumah biasa, salah satunya adalah Masjid An-Nashr yang sebelumnya juga merupakan sebuah gereja.

Berawal dari Sebuah Gereja

Masjid An-Nashr dulunya adalah sebuah gereja “Reformed Church yang kemudian dibeli oleh komunitas muslim Rotterdam ditahun 1982 seharga setengah juta Euro dan kemudian direnovasi dan di-ubah-suaikan sebagai masjid. Ditahun 2010 sebuah proyek renovasi besar besaran di umumkan oleh pengelola masjid di dukung oleh sejumlah LSM untuk saling membantu dan bekerja sama dengan yayasan masjid dalam renovasi dan perluasan yang akan memakan biaya lebih dari sepuluh juta Euro. Upaya tersebut merupakan usaha untuk mewujudkan Masjid an-Nashr di kota Rotterdam dalam penampilan barunya.

Panitia pembaharuan masjid berkeinginan untuk menjadikan masjid tersebut sebagai masjid terbesar di benua Eropa, serta ingin menambahkan bangunan-bangunan lain untuk  penyempurnaan fungsi masjid sebagai lembaga sosial dan kebudayaan di samping fungsinya sebagai tempat peribadatan. Ali At-Tasyi, Direktur Yayasan Masjid An-Nashr menjelaskan bahwa masjid mengalami pembaharuan dalam penampilan dan pelebarannya setelah beberapa pihak tertentu pada tahun-tahun terakhir ini menutup sebagian lokasi masjid karena rapuh dan hampir runtuh.

Papan nama masjid Rotterdam ini satu satunya petunjuk bahwa gedung dipertigaan jalan ini adalah bangunan masjid. itupun bagi mereka yang bisa membaca aksara Arab gundul.

Masjid Terbuka

Masjid An-Nashr dan masjid masjid di Rotterdam membuka diri bagi kunjungan dari pihak manapun termasuk dari para mahasiswa non muslim. Seperti yang terjadi pada 1 April 2005 ketika 30 mahasiswa Katholik melakukan kunjungan ke Masjid An-Nahsr. Dalam kunjungan tersebut mereka diterima dan dipandu langsung oleh Imam masjid.

Masjid An-Nashr dan Gaya Belanda Menghargai Ulama

Namanya Khalil el-Moumni, beliau adalah imam Masjid An-Nasr. Beliau dikenal dengan sikap dan pernyataannya yang keras menolak Homoseksual, yang disampaikan dalam setiap kesempatan termasuk dalam acara wawancara di saluran televisi.

Sikap tersebut menuai kontroversi mengingat di Negeri Belanda, Homoseksual itu diperbolehkan oleh negara, tak pelak beliau mendapatkan kecaman dan protes dari berbagai pihak. Sampai ahirnya beliau di jerat dengan Undang undang anti diskriminasi dan dihadapkan ke meja hijau pada bulan Desember 2001.

Di dalam Masjid An-Nashr, sangat lega.

Namun yang terjadi kemudian justru sesuatu yang sangat mengejutkan banyak pihak. Pada tanggal 4 April 2002, pengadilan Rotterdam mengumumkan keputusannya dan menyatakan bahwa meskipun pernyataan Khalil-el-Mournmni melakukan tindakan diskriminasi namun hal tersebut diperkenankan dengan dasar kebebasan mengekspresikan ke-agamaan, karena (sikap beliau) tersebut di dasarkan kepada Al-Qur’an dan Kitab lainnya.

Kemenkumham Belanda tak terima keputusan tersebut dan kembali mengajukan gugatan dan lagi lagi ditolak oleh pengadilan Rotterdam pada tanggal 18 November 2002. Yah. Begitulah Gaya Belanda Menghormati Ajaran Agama meskipun harus menabrak undang undangnya sendiri.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA