Halaman

Minggu, 02 April 2017

Masjid Raya Singkawang Kalbar

Berdiri di lahan berbentuk segitiga menjadikan Masjid Raya Singkawang begitu unik dipusat kota Singkawang.

Singkawang adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Barat, sebuah kota yang memiliki tradisi toleransi beragama yang sangat baik yang tercermin langsung dari tata kotanya. Kota ini memiliki sebuah Masjid Raya yang dibangun pertama kali tahun 1880 dan lokasinya berdekatan dengan sebuah Klenteng atau Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang menjad pusat peribadatan Etnit Thionghoa di Kota Singkawang.

Tradisi toleransi sudah mendarah daging bagi warga kota ini. Sekedar contoh sederhana adalah pada saat perayaan Cap Go Meh yang begitu meriah yang diselenggarakan oleh pihak Vihara dan kini menjadi salah satu atraksi pariwisata andalan kota Singkawang, akan berhenti sejenak manakala terdengar suara azan mengumandang dari pengeras suara di Masjid Raya Singkawang.

Masjid Raya Singkawang
Jalan Masjid, Melayu, Singkawang Barat
Kota Singkawang, Kalimantan Barat 79112
Indonesia



Masjid Raya Singkawang pertama kali didirikan pada tahun 1880 oleh Bawasahib Maricar dan keluarganya yang merupakan muslim pendatang dan pedagang dari Calcutta India, yang kemudian diangkat Pemerintah Belanda sebagai Kapitan di Singkawang pada tahun 1875. Kapitan Bawasahib Maricar membangun Masjid Raya di kawasan Pasar Baru Singkawang kala itu.

Saat dibangunnya Masjid tempat ibadah umat Islam di Singkawang saat itu masih sederhana, masih berukuran kecil dan tidak mempunyai menara. Kapitan Bawasahib Maricar membangun Masjid Raya di tanah miliknya yang berbentuk segitiga berdekatan dengan Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang dibangun oleh seorang Kapitan dari etnis Tionghoa. 

Namun sekitar tahun 1937, terjadi kebakaran hebat di pusat kota Singkawang kala itu, kebakaran itu telah membumihanguskan bangunan-bangunan, termasuk Masjid Raya dan Vihara. Namun tak lama berselang sekitar tahun 1940 Masjid Raya dibangun kembali  kembali ditempat yang sama oleh 3 orang bersaudara keluarga dari Bawasahib Maricar yaitu Haji B. Achmad Maricar, B. Mohammad Haniffa Maricar dan B. Chalid Maricar.

Perjalanan Sejarah Masjid Raya Singkawang hingga ke bentuknya saat ini.

Kondisi Masjid diperluas dengan sumbangan lahan tanah milik keluarga Kapitan Bawasahib Maricar, dan baru pada tahun 1953 mulai dibangun menara yang terletak disamping kiri Masjid Raya, kendati semakin luas namun bentuk areal Masjid tersebut masih berbentuk segitiga, inilah salah satu keunikan dari Masjid Raya Singkawang berdiri dengan bentuk segitiga yang dikelilingi oleh jalan raya.

Sehingga tidaklah mengherankan bila setiap pendatang atau pelancong yang mengunjungi kota Singkawang seakan akan tidak afdol bila tidak singgah atau menikmati panorama Masjid Raya Singkawang yang berdekatan dengan Kelenteng atau Vihara Tri Dharma Bumi Raya, kedua bangunan ini merupakan ciri khas tersendiri masyarakat Singkawang.

Bangunan masjid dari tahun 1940-an itu kini telah dirombak menjadi sebuah bangunan masjid megah dan modern dilengkapi dengan dua menara menjulang disisi kiri dan kanan bangunan utama. Ada beberapa bagian dari bangunan masjid lama yang masih dipertahankan keasliannya demi merawat sejarah masjid tersebut. Yang masih benar benar utuh dipertahankan adalah menara lama masjid tersebut yang masih berdiri kokoh sebagaimana aslinya bersisian dengan salah satu menara baru-nya.

Megahnya Masjid Raya Singkawang.

Perpaduan berbagai langgam bangunan masjid sangat kentara di Masjid Raya ini. Langgam masjid masjid dinasti Islam Mughal (India) terlihat jelas pada menara lamanya yang berdenah segi empat, dilengkapi dengan kubah berbentuk bawang dan dilengkapi dengan balkoni di puncak menara dibawah kubah. Bentuk kubah bawang masih dipertahankan pada kubah utama bangunan baru yang kini di cat dengan warna emas.

Dua menara kembarnya yang baru di masjid ini tentu akan sedikit mengobati kerinduan kepada masjid Nabawi dan Masjidil Harom bagi siapa saja yang pernah beribadah di dua masjid suci tersebut, karena dua menara masjid ini memang sangat mirip dengan menara menara masjid tersebut. Sementara langgam masjid masjid Eropa bagian timur terlihat pada penggunaan penopang silindris pada dua kubah besar masjid ini. 

Fasad bangunannya dibangun begitu tinggi seperti halnya masjid masjid dari dinasti Usmaniyah (Turki), sedangkan sentuhan lokal begitu kental dibagian interior masjid dengan penggunaan material kayu dan ornamen tempatan dan penggunaan kerawang (lubang ventilasi) hampir diseluruh dinding bangunan dengan jendela jendela jendela besar serta bangunan serambi yang menjadi salah satu ciri bangunan tropis.

Interior Masjid Raya Singkawang.

Masjid Raya Singkawang kini menjadi salah satu landmark dan kebanggaan warga kota Singkawang, untuk mengembangkan kegiatan ibadahnya Masjid Raya Singkawang juga mendirikan TPA atau Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an letaknya di area belakang masjid sebelah kanan. Keberadaannya sudah tentu sangat membantu pengembangan wawasan anak-anak yang beragama Islam.

Masjid yang bersih serta tertata memberikan kesan nyaman, dengan dilatari oleh bangunan kota Singkawang dan panorama Gunung Poteng yang dikenal juga sebagai "Gunung Jempol" karena puncaknya menyerupai jari jempol manusia, panorama diwaktu malam tak kalah indahnya Masjid Raya Singkawang penuh pesona.***

1 komentar:

  1. Wah masjid kota singkawang masuk bujang masjid, mantaf,, Sungguh saya warga kalbar sdah beberapa kali ke kota singkawang dan pernah melintasi masjid ini, setelah melihat postingan ini jadi ingin shalat di masjid raya singkawang,, sayang sekali saat kesana tidak mampir,. lain waktu pasti! terimakasih

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA