Halaman

Sabtu, 08 April 2017

Masjid Et'hem Bey Tirana, Albania

Masjid Et'hem Bey dipusat kota Tirana, Albania.

Tirana adalah ibukota dari Republik Albania, salah satu Negara dengan penduduk mayoritas muslim di Semenanjung Balkan. Albania juga merupakan salah satu negara Eropa yang berpenduduk mayoritas muslim. Selain nama sebuah Negara, Albania juga merupakan entitas suku bangsa, etnis Albania tidak saja tinggal dan membentuk Negara Republik Albania, tapi juga menjadi etnis mayoritas dari Republik Kosovo yang terbentuk paska runtuhnya Federasi Yugoslavia.

Di pusat kota Tirana, terdapat sebuah lapangan yang dikenal dengan Skanderbeg Square, nama lapangan ini dinisbatkan kepada nama Pahlawan nasional Albania, Gjergj Kastriot Skanderbeg. Disekitar lapangan ini berdiri bangunan bangunan penting termasuk Masjid tua Et'hem Bej  yang kini menjadi salah satu landmark kota Tirana bersama dengan menara Jam setinggi 35 meter dan dibangun tahun 1820 yang berdiri disebelahnya serta patung sang pahlawan Skanderbeg ditengah tengah Lapangan Skanderbeg Square.

Et'hem Bej Mosque
Sheshi Skënderbej, Tirana 1000, Albania



Masjid Et'hem Bey atau Et'hem Bey Mosque atau dalam bahasa Albania disebut  Xhamia e Et'hem Beut (Masjid Jami Et'hem Bey) pertama kali dibangun tahun 1823 dan kini telah ditetapkan sebagai salah satu Monumen Kebudayaan Nasional Albania. Pembangunannya dimulai tahun 1789 oleh Molla Bey dan diselesaikan tahun 1823 oleh putranya yang bernama Haxhi Ethem Bey, yang juga merupakan cicit dari Sulejman Pasha. Kemudian nama dari Haxhi Ethem Bey inilah yang kemudian menjadi nama masjid ini. 

Masjid Et'hem Bey di pusat kota Tirana ini menjadi Simbol kembalinya kebebasan beragama di Albania, paska runtuhnya rezim Uni Soviet. Selama beberapa decade, Albania merupakan bagian dari Federasi rapuh Uni Soviet yang membuat kemerdekaan beragama di Negara itu diberangus secara total, seluruh kegiatan perbadatan dilarang oleh penguasa, masjid masjid ditutup paksa dari segala aktivitas peribadatan tak terkecuali masjid Et'hem Bey ini. Masjid tua ini baru dibuka kembali tahun 1991 meskipun tanpa izin dari pemerintah komunis yang berkuasa.


Pada tanggal 18 Januari 1991 sekitar 10,000 masa ummat Islam melakukan aksi pengambilalihan masjid Et'hem Bey dan mempfungsikannya kembali sebagai masjid. Aparat kepolisian yang disiagakan oleh penguasa komunis yang berkuasa saat itu, terkesan dengan sengaja melakukan pembiaran dan tidak melakukan tindakan pencegahan apapun. Aksi tersebut menjadi titik awal kembalinya kebebasan beragama di Albania.

Masjid Et'hem Bey memang memiliki rancangan yang cukup unik, meskipun tidak berukuran besar sebagaimana masjid masjid yang dibangun oleh Dinasti Usmaniyah, masjid tua ini memiliki ragam hias yang langka. Ornamen hias baik diluar maupun di dalam masjid ini merupakan ornament lukis tangan, bukan menggunakan keramik lukis seperti kebanyakan masjid masjid tua warisan dinasti Usmaniyah lainnya.

Saat salju membekukan suasana di Tirana.

Lukisan lukisan dindingnya nya banyak menggunakan panorama alam termasuk lukisan pepohonan dan tanaman sulur hingga air terjun dan jembatan, sesuatu yang sangat langka ditemukan digunakan sebagai ornamen hias Islam terutama digunakan untuk masjid. Kini Masjid Et'hem Bey menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Albania, Masjid ini terbuka untuk kunjungan umum setiap hari terkecuali pada jam jam pelaksanaan sholat berjamaah.

Masjid Et’hem Bey dan Kota Tirana

Tirana sebagai sebuah kota relatif belum terlalu tua dibandingkan kota kota Eropa lainnya, dibuka pertama kali tahun 1614 oleh Sulayman Pasha, Kota ini bergerak tumbuh di awal abad ke 18 namun tidak menjadikannya sebagai sebuah kota penting karena kondisi geografisnya yang terletak jauh di tengah tengah wilayah daratan Albania sampai kemudian diproklamirkan sebagai ibukota Republik Albania di tahun 1920.

Masjid Et'hem Bey di malam hari.

Adalah ahli tata kota dan juga arsitek dari Italia yang kemudian merancang kota ini dilengkapi dengan Alun alun yang dinamai dengan Skanderbeg Square, membangun buelevard berukuran besar, gedung gedung pemerintahan, balai kota hingga bank nasional Albania. Kini Albania tidak saja menjadi ibukota politik dan ekonomi Albania, kota ini telah menjelma menjadi kota dengan penduduk terpadat di Albania (lebih dari 800 ribu jiwa).

Letak georgafisnya kini justru menguntungkan sektor pariwisata karena berada diantara pegunungan Dajti dan Laut Adriatik, wisatawan yang berkunjung ke Tirana dapat mengunjungi dua objek wisata tersebut dengan waktu tempuh yang tidak terlalu jauh. Selain juga dapat mengunjungi objek wisata di pusat kota termasuk masjid Et’hem Bey, Skanderbeg square dengan patung Skanderbeg ditengahnya, Menara Jam disamping masjid, Gedung Opera dan Teater Balet, Perpustakaan nasional dan Musium sejarah nasional Albania.

DIPUSAT KOTA TIRANA. Masjid Et'hem Bey berdiri megah melewati zaman di pusat kota Tirana, bersisian dengan Skanderberg Square dengan patung sang  pahlawan sedang mnunggang kuda menjadi salah satu Ikon kota Tirana.

Masjid Masjid Albania Sepanjang Sejarah

Pembangunan Masjid di kota Tirana menjadi sebuah keharusan dimasa kekuasaan Usmaniyah, kala itu Kota Tirana memiliki setidaknya 27 Masjid bagi muslim di kota tersebut. Pada masa itu, membangun masjid membutuhkan waktu yang cukup lama. Bangunan masjid dibangun dengan perhatian penuh, selain bentuknya yang megah, juga dilengkapi dengan berbagai ornamen indah yang rumit hingga ke pemilihan material yang tidak selalu tersedia. Sejarawan menyebutkan bahwa lukisan dan ukiran di masjid ini bahkan dikerjakan oleh para pelukis dan pengukir dari wilayah Dalmatia di Italia.

Pengerjaan ukiran dan lukisan dengan tangan membutuhkan waktu bertahun tahun untuk menghasilkan sebuah karya seni yang indah. Dan hasilnya memang masih dapat dinikmati hingga hari ini, termasuk di dalamnya ukiran kayu, ukiran batu dan lukisan dinding dengan motif floral, kolom kolom tiang berukir, lubang angin ventilasi, hingga aneka ornamen di dalam maupun di luar masjid yang sangat langka.

salah satu sisi exteriro Masjid Et'hem Bey.

Keindahan masjid ini telah menjadi perhatian banyak tokoh sepanjang sejarah, mereka mencatatnya dalam catatan perjalanan mereka saat berkunjunjung ke Tirana. Adalah seorang Konsul Prancis di Shkodra bernama A. Degrand manakala berkunjung ke Tirana tahun 1901, menulis dalam catatannya:

“Masjid Tirana disesaki oleh aneka warna lukisan yang sangat indah dibawah terpaan cahaya matahari siang hari di Tirana menghadirkan sensasi tersendiri, tidak ada kota lain di Albania yang pernah saya lihat memiliki masjid dengan ukiran dan lukisan seindah ini”

Sementara itu Edit Durham, yang berkunjung ke Tirana di tahun 1904 Tirana mendeskripsikan kota itu sebagai “kota yang luar biasa bersih dengan pemandangan masjidnya yang luar biasa. Masjid Tirana benar benar luar biasa indah dengan lukisan yang aneka warna menarik dengan lukisan pemandangan yang menakjubkan”.

Keseharian di masjid Et'hem Bey

Manakala komunis menguasai Albania, begitu banyak masjid dan bangunan islam lainnya yang dihancuran ataupun di alih fungsi, dari 27 masjid yang ada di kota Tirana sedikit saja yang selamat dari “Red Terror” atau Teror Merah, begitu sejarawan menyebut terror yang ditebarkan oleh Pasukan Merah Soviet kepada Ummat Islam di Albania.

Di tahun 1967, Enver Hoxha, pimpinan partai komunias yang berkuasa di Albania kala itu memproklamirkan Albania sebagai Negara Atheis, dan melakukan serangkaian tindakan penutupan, alih fungsi hingga pengancuran masjid masjid di seluruh Albania. Begitu banyak properti ummat Islam yang diambil-alih secara paksa oleh pemerintah dan kemudian dihancurkan dan diganti dengan bangunan lain atau untuk dialih fungsi.

Masjid Et'hem Bey di masa lalu, lapangan luas di depannya masih bertahan hingga kini, namun masjid besar yang berdiri di latar depan kini sudah tidak ada lagi, lenyap di masa Uni Soviet.

Sebagai contoh adalah Gedung Opera dan Teater Balet Tirana dulunya adalah Masjid Karapici Tirana. Sedangkan Sekolah Constantine Kristoforidhi dulunya adalah Masjid Pasar Cham (market Cham Mosque), Masjid Bashir di ubah menjadi sekolah Sami Frasher, Masjid Haji Jasës di ubah menjadi gedung Rumah sakit Materiniteti Geraldine, Masjid Islam Alla di ubah menjadi sekolah Jeronim Derada, dan masih banyak lagi.

Ketika kebebasan beragama telah kembali di Negara tersebut, tidak mudah untuk mengembalikan lagi masjid masjid tersebut ke fungsi aslinya. Beberapa diantaranya yang masih bertahan dari kehancuran butuh dana tidak sedikit untuk sekedar mengembalikan-nya ke bentuk asli ataupun membangunnya kembali sebagai sebuah masjid yang layak. Kini diKota Tirana tersisa hanya delapan masjid yang masih berdiri setelah Negara itu membebaskan diri dari cengkraman rezim komunis Uni Soviet,

Interior Masjid Et'hem Bey dengan ornamen lukis yang tak biasa.

Bantuan Pemerintah Turki

Di tahun 2014 pemerintah Republik Turki selaku kelanjutan dari Dinasti Usmaniyah menggelontrorkan dana bagi upaya restorasi masjid masjid tua peninggalan dinasti Usmaniyah di Albania termasuk proyek restorasi Masjid Et’hem Bey. Upaya tersebut disampaikan oleh wakil perdana Turki Emrullah Isler atas nama Turkish Cooperation and Coordination Agency (TIKA) dalam kunjungannya ke Tirana.

Restorasi terhadap masjid Et’hem Bey memakan waktu selama dua tahun untuk memulihkan kondisinya, mulai dari memperbaiki kerusakan, keretakan hingga pemulihan berbagai ornamen dan ragam hias masjid tersebut, sebagai bagian dari upaya pemulihan kondisi masjid bersejarah tersebut.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA