Dimanakah Gibraltar
Gibraltar (dibaca Jibraltar), tak bisa dilepaskan dari sejarah masuknya Islam ke Eropa,
sejarah Negara Negara di Semenanjung Iberia yang pernah
menjadi wilayah kekhalifahan Islam di Andalusia (meliputi Spanyol, Portugal,
Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) serta sejarah Kerajaan Maroko. Gibraltar, kini menjadi Wilayah
Seberang Lautan Inggris Raya di ujung
Semenanjung Iberia menjorok ke laut Mediterania, berbatasan langsung dengan
daratan Spanyol dan berseberangan dengan Kerajaan Maroko di benua Afrika.
Keseluruhan wilayah gunung
batu Gibraltar luasnya tak lebih dari 6,5 km persegi. Nama Gibraltar berasal
dari kata Jabal Tarik yang di ambil dari nama Tariq Bin
Ziyad,
panglima Pasukan Islam dari Maroko penakluk Eropa di tahun 711
Miladiyah
dan diangkat menjadi Gubernur pertama Andalusia dibawah kekuasaan Khalifah
Walid I dari dinasti Umayyah di Damaskus. Lidah orang Eropa yang tak fasih
menyebut nama “Jabal Tarik” mengubah nama wilayah gunung batu itu
menjadi “Gibraltar”.
Sekilas Sejarah Gibraltar
Sejak
tahun 597 Miladiyah, Spanyol dikuasai bangsa Gotic (Jerman) dibawah kekuasaan Raja Roderick. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima
kasta sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan,
orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki
para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga
istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat
penguasa sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah
para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka
dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh
tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Kelompok terahir ini yang hidupnya paling
menderita.
Akibat klasifikasi
sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke
Afrika Utara yang berada di bawah Pemerintahan Islam dipimpin oleh Gubernur Musa
bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati
kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen.
Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda ikut mengungsi ke
wilayah Islam Afrika Utara, setelah putri Florinda dinodai
oleh Roderick. Ceuta adalah satu wilayah kecil di pantai utara
Afrika yang merupakan bagian dari wilayah Spanyol.
Penaklukkan Eropa
Pertama
Melihat kezaliman itu, Gubernur Musa
bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan
Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa
segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang
pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kokoh berdampingan dengan gunung batu Jabal Tarik. |
Kamis, 4 Ramadhan 91
Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara
menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25
Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah
pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya,
pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan
yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah
penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini
membangkitkan semangat Gubernur Musa bin Nusair untuk
menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa
pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Penaklukkan Eropa Kedua
Thariq bin Ziyad bin
Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin
Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Birbir,
penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah.
Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Masjid Ibrahim Al-Ibrahim dan mercusuar tua dikejauhan..... |
Senin, 3 Mei 711 M,
Thariq membawa 70.000 pasukan menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal.
Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit
karang yang menjorok ke laut Mediterania. Lalu ia memerintahkan
pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Anggota pasukannya
kaget dengan perintah aneh tersebut. Mereka bertanya, “Apa
maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa
pulang?” tanya yang lain. Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq
berkata;
“Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya
memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita
semua binasa!” “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian
akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi
Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan
kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan”
Taktik dan pidato luar biasa itu berhasil mengobarkan semangat jihad anggota pasukannya. Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick
mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung
pasukannya itu. Gubernur Musa Bin
Nusair mengirim bantuan kepada Thariq dengan 5.000 orang. Sehingga total
pasukan Thariq hanya 12.000 orang.
Jauh di sudut kiri foto adalah mercusuar tua di Europa Point Gibraltar. |
Tak ada pilihan bagi
seluruh anggota pasukan, tak ada celah untuk melarikan diri kecuali menang
perang. Perang tak seimbang itu terukir indah dalam sejarah dengan kemenangan
gemilang pasukan Panglima Tariq bin Ziyad sekaligus menjadi
permulaan takluknya Eropa ke dalam kekuasaan pemerintahan Islam selama setidaknya
lebih dari 7 Abad.
Bukit batu yang menjorok ke laut Mediterania tempat Tariq bin
Ziyad dan pasukannya mendarat itu dikemudian hari disebut
dengan nama Jabal Tariq (Bukit Tariq) sebagai penghormatan kepada Panglima Tariq bin
Ziyad, namun dilidah orang Eropa nama bukit itu menjadi Gibraltar.
Masjid Ibrahim Al-Ibrahim - Gibraltar
Titik pendaratan
pasukan Tariq bin Ziyad
di Gibraltar dikenal dengan nama Europa Point, dan di titik itu kini berdiri masjid
megah bernama Masjid Ibrahim Al-Ibrahim, atau biasa juga disebut dengan nama
masjid King Fahd bin Abdulaziz al-Saud dan
juga disebut Masjid Penjaga Dua Masjid Suci yang merupakan gelar resmi bagi
Raja Saudi Arabia. menjadi
salah satu masjid di lokasi yang tak biasa di muka bumi. Bukit Batu Gibraltar ini terlihat begitu kekar dari arah laut
Mediterania dan selama berabad abad menjadi salah satu mercuar alami bagi para
pelaut yang berlayar di laut Mediterania.
Berlatar gunung batu |
Masjid Ibrahim Al-Ibrahim
dibangun oleh pemerintah kerajaan Saudi Arabia untuk
mengenang sejarah penaklukan Eropa oleh Thariq Bin Ziyad. Lokasi masjid ini
berdiri merupakan bagian berpermukaan rata di Europa Point dan ditempat ini
juga terdapat Telaga Nun yang merupakan
salah satu sisa warisan kekuasaan Islam di Gibraltar. Telaga Nun adalah bagian
dari jaringan penampungan air hujan dibawah tanah yang dibangun oleh dinasti
Abas selama berkuasa di Eropa, Instalasi air tersebut merupakan solusi untuk
memenuhi kebutuhan air warga disana karena kondisi wilayahnya yang merupakan
bukit batu tanpa sumber air tanah, dan masih berfungsi dengan baik hingga kini.
Sejarah Pembangunan Masjid Ibrahim Al-Ibrahim
Masjid Ibrahim
Al-Ibrahim merupakan hadiah dari Raja Fahd Bin
Abdul Aziz Al-Saud Raja
Saudi Arabia, dibangun selama dua tahun dan menghabiskan dana sekitar £5 (lima) juta
Pondsterling. Pembangunan Masjid Ibrahim Al-Ibrahim dimulai
tahun 1995, diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1997. Media
media Eropa menyebutkan bahwa pada saat peresmian masjid ini dilaksanakan,
pengamanan ketat luar biasa diberlakukan disekitar lokasi dan ada lebih dari
enampuluh kendaraan mewah berjenis sedan Limosin berjejer disana.
Sebuah prosedur standar, karena upacara peresmian tersebut dihadiri oleh
saudara dari mendiang Raja Fahd yang juga merupakan sponsor pembangunan masjid
ini, Pangeran Salman
Bin Abdul Aziz Al Saud (kini menjadi Raja
Saudi Arabia) dan putra bungsu Raja Saudi Arabia (saat itu), Pangeran Abdul Aziz
Bin Fahd Bin Abdul Aziz,
bersama sama dengan begitu banyak anggota keluarga Kerajaan Saudi Arabia dan
para tamu undangan.
Bunga bersemi di Gibraltar |
Masjid Ibrahim al-Ibrahim ini merupakan satu satunya bangunan
masjid bagi sekitar 2000 muslim Gibraltar. Muslim di Gibraltar kini memang
menjadi umat minoritas atau sekitar 7% dari total populasi Gibraltar.
Sebelum masjid ini berdiri muslim Gibraltar sebenaranya sudah
memiliki sebuah bangunan kecil yang difungsikan sebagai masjid dengan nama
Masjid Tariq Bin Ziyad yang berada di areal pelabuhan laut Gibraltar, namun
bangunannya hanya berupa sebuah bangunan sederhana yang sama sekali tidak mirip
dengan sebuah bangunan masjid, sampai kini masjid tersebut masih berfungsi.
Masjid Pemegang Tiga
Rekor
Masjid Ibrahim Al-Ibrahim ini memegang tiga rekor sekaligus; yakni dari
biaya pembangunan-nya, lokasi dan
keberadaannya yang istimewa. Pembangunan masjid Ibrahim Al-Ibrahim ini
menghabiskan dana sekitar £5 (lima) juta Pundsterling, dan
disebut sebut sebagai bangunan masjid dengan biaya termahal per-meter
perseginya yang pernah di bangun di daratan Eropa.
Ditinjau dari lokasinya berdiri, Masjid Ibrahim Al-Ibrahim ini juga
merupakan Masjid yang berada di lokasi paling selatan di daratan Eropa karena
Gibraltar memang merupakan sebuah tanjung kecil ujung dari Semananjung Iberia
yang menjorok ke Laut Mediterania.
Interior Masjid Ibrahim Al-Ibrahim |
Masjid ini juga merupakan masjid terbesar yang pernah dibangun di negara
non muslim dengan penduduk muslimnya minoritas. Selain daripada itu, Masjid ini juga menjadi
salah satu dari 1500 lebih masjid berukuran besar yang telah
dibangun
oleh pemerintah kerajaan Saudi Arabia.
Arsitektur Masjid
Ibrahim Al-Ibrahim Gibraltar
Masjid Ibrahim-al-Ibrahim
dirancang dengan menggabungkan berbagai seni bina
bangunan masjid yang tampak pada kaligrafi dan rancangannya yang cukup rumit,
beragam gaya rancangan termasuk gaya Usmani (Turki) dan arsitektur moderen di
aplikasikan di masjid ini. Masjid Ibrahim Al-Ibrahim menjadi simbol keanekaragaman
sejarah dan masyarakat Gibtaltar.
Konsep rancangan masjid ini dibuat oleh Zakarias Alhkury. Pembangunannya
dilaksanakan diatas lahan seluas 985 meter2
yang terdiri dari bangunan utama masjid, rumah kediaman imam masjid, perumahan
bagi para pengurus masjid, enam ruang kelas, ruang pertemuan, bangunan untuk
pengurusan jenazah, perpustakaan umum, kantor pengurus masjid, dapur dan
fasilitas tempat wudhu dan toilet yang terpisah untuk jemaah laki laki dan
jemaah wanita.
Gibraltar kini menjadi Wilayah seberang lautan Inggris Raya. |
Lantai dasar merupakan ruang sholat utama di masjid ini dihias dengan
dekorasi yang sangat indah dan halus. Luas area sholat utama ini sekitar 480m2
dan mampu menampung hingga 400 jemaah sekaligus. Sembilan lampu gantung
ditempatkan diatas area ini berbahan kuningan dan dipesan langsung langsung dari
pengrajin profesional di Mesir. Delapan lampu gantung tersebut dipasang
mengelilingi satu lampu gantung utama seberat sekitar 2 (dua) ton menggantung
dibawah kubah utama masjid.
Keramik dari marmer di masjid ini didatangkan langsung dari Carrara di
Italia, digunakan untuk menutup
tembok luar bangunan termasuk tiang tiang kekar yang menopang struktur atap di
dalam ruang utama masjid dan dan sisi mihrab. Ruang mihrab di masjid ini juga
di hias dengan hiasan dari plester semen.
Keseluruhan lantai area sholat ditutup dengan karpet yang merupakan satu
lembar karpet utuh tanpa sambungan yang dipesan khusus, begitu juga dengan
lantai di area sholat jemaah wanita juga ditutup dengan karpet jenis yang sama
yang ditempah khusus dari pengrajin karpet di Saudi Arabia. Motif hiasan pada
karpet di dua area sholat ini senada dengan motif hias pada lampu gantungnya.
Sama dengan ruang sholat utama, ruang sholat khusus jemaah wanitanya
juga dihias dengan lampu gantung yang serupa dan sama sama dipesan dari Mesir.
Sebuah lift disediakan untuk menghubungkan area berwudhu menuju ke ruang khusus
jemaah wanita di area mezanin yang juga dilengkapi dengan ruang khusus untuk
ibu ibu menyusui. Jemaah wanita dari area mezanin dapat melihat langsung ke
ruang sholat utama meski di tutup dengan pembatas kayu yang disebut dengan Masharabia screen.
Interior Masjid Ibrahim Al-Ibrahim |
Seluruh daun pintu di masjid ini berbahan kayu sejenis kayu jati. Dihias
dengan berbagai ornamen indah dari kuningan dan dibuat di Mesir. Panel pintu di
lantai dasar dibuat dari kayu solid setebal 5 sentimerter. Sementara kaca kaca
jendelanya dilengkapi dengan kaca hias yang dipesan khusus dari Madrid
(Spanyol).
Bagian lain dari masjid ini yang dibuat di Mesir adalah ornamen bulan
sabit di puncak kubah bangunan masjid dan di puncak menaranya. Ornamen bulan
sabit ini terbuat dari kerangka baja dan kemudian di lapis dengan kuningan.
Sebuah menara yang dibangun terpisah dari bangunan utama di masjid ini dibangun
setinggi 71 meter menjulang tinggi melampaui tinggi mercusuar tua yang berdiri
tak jauh dari masjid ini.
Ornamen Bulan sabit di puncak menara ini begitu besar dengan ukuran
tingginya mencapai enam meter. Keseluruhan ruang dalam masjid ini dilengkapi
dengan sistem tata udara moderen yang memungkinkannya terasa sejuk di musim
panas dan terasa hangat di musim dingin yang membeku.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA