Menara Masjid Tertinggi di Semenanjung Balkan. Masjid Hussein Pasha di Pljevlja merupakan masjid dengan menara tertinggi di semenanjung Balkan. |
Republik Montenegro merupakan salah satu negara
pecahan dari bekas negara Yugoslavia (1918 - 2003) yang kini sudah lenyap dari
peta dunia dan terbelah menjadi 7 negara merdeka, terdiri dari Republik Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina,
Serbia, Makedonia, Montenegro dan Kosovo. Yugoslavia muncul dalam sejarah
nasional Indonesia dalam perannya bersama Indonesia membentuk Gerakan Negara
Negara Non Blok dimasa perang dingin.
Montenegro menyatakan kemerdekaannya pada
tanggal 3 Juni 2006 dan melepaskan diri dari ikatan singkat bersama Serbia
sebagai negara “Serbia Montenegro” yang hanya bertahan selama tiga tahun
(2003-2006). Montenegro beribukota di Podgoricaa atau pada masa Yugoslavia
sempat berganti nama menjadi Titograd, yang merupakan kota terbesar di
Montenegro.
Islam merupakan agama minoritas terbesar di
Montenegro, merujuk kepada hasil sensus tahun 2011 menunjukkan ada 118.477 muslim
di Montenegro atau setara dengan 20% dari keseluruhan penduduk negara tersebut.
Sama halnya seperti di Indonesia, Muslim Montenegro menganut faham Suni.
Islam telah masuk ke Montenegro sejak abad ke
15 dan sempat menikmati masa ke-emasan pada masa kekuasaan Emperium Turki
Usmaniyah di tahun 1470–1833, pada masa itu Montenegro bersama dengan Bosnia berada di dalam wilayah
provinsi Sanjak Bosnia yang beribukota di Foča sampai tahun 1572 lalu dipindahkan ke Taşlıca (Pljevlja).
Pljevlja adalah kota di bagian utara Montenegro,
merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut dan juga merupakan kota
pegunungan dengan ketinggian rata rata 770 m dari permukaan laut. Di tahun 2011 penduduk
kota ini mencapai 19.489.
Sebagai sebuah kota bekas
ibukota Sanjak Bosnia dimasa kekuasaan Emperium Usmaniyah, Pljevlja memiliki warisan budaya Islam yang
masih berdiri kokoh hingga kini, yakni Masjid Hussein Pasha.
Husein Pašina
Džamija
Vuka Kneževića, Pljevlja,
Montenegro
Berdiri megah di pusat kota Pljevlja, Masjid Hussein Pasha merupakan
penanda kota Pljevlja
yang paling terkenal bersama dengan Biara Holy Trinity dan menjadi salah satu monumen sejarah dan
tradisi paling penting di kota Pljevlja, Republik Montenegro dan wilayah semenanjung Balkan.
Masjid Husein Pasha atau dalam Bahasa setempat
disebut Husein Pašina Džamija dibangun oleh Hussein Pasha Boljanić pada tahun 1569 pada saat Montenegro masih
merupakan wilayah kekuasaan Emperium Usmaniyah (Turki). Bersama dengan Bosnia
Herzegovina, wilayah Montenegro masuk ke dalam provinsi Sanjak Bosnia dan
Hussein Pasha merupakan putra daerah Montenegro yang kemudian menjadi Gubernur
di wilayah ini.
Hussein Pasha Boljanić merupakan gubernur ke-9 di Sanjak Bosnia (1569–72,
1594–95). Hussein merupakan
nama asli beliau, Pasha adalah gelar bagi pejabat tinggi Usmaniyah, sedangkan Boljanić merupakan nama keluarga sekaligus
nama desa tempat kelahiran beliau, yang berada di luar kota Pljevlja. Nama beliau-lah yang kemudian
dilekatkan kepada nama masjid terbesar di kota Pljevlja ini.
Sejarah Masjid Hussein
Pasha
Bermula saat kedatangan pasukan Hussein Pasha Boljanić di Pljevlja bersama
pasukkannya mendirikan kemah di dekat bangunan Biara Holy Trinity. Beliau kemudian memutuskan untuk membangun masjid
di tempat tersebut sebagai warisan darinya di tanah kelahirannya sendiri.
Aerial View Masjid Hussein Pasha Pljevlja |
Sebelumnya
sepupu dari Hussein Pasha yang bernama Mehmed Pasha Sokolovic (Sokollu Mehmed Pasha - Gubernur
Jendral di Provinsi Rumelia) telah membangun jembatan terkenal di Drina (Višegrad,
Bosnia and Herzegovina), karenanya Hussein Pasha pun berkeinginan memberikan
sesuatu untuk kampung halamannya, dengan membangun sebuah masjid.
Jembatan yang dibangun oleh Mehmed Paša
Sokolović ini memang sangat terkenal sampai sampai seorang penulis Ivo Andrić
yang merupakan seorang penulis terkenal dimasa Yugoslavia, menulis sebuah novel
fiksi sejarah yang begitu terkenal dengan judul Na Drini ćuprija (The Bridge on
the Drina) pada bulan maret 1945.
Pembangunan masjid ini dibawah pengawasan
kontraktor ternama pada masa itu yang bernama Hajrudin, beliau juga merupakan pembangun Jembatan
Mostar yang juga begitu terkenal di seluruh wilayah Sanjak Bosnia. Pembangunan
masjid ini selesai pada tahun 1569 dan menjadi salah satu bangunan Budaya Islam
yang terpenting dan terindah diseluruh semenanjung Balkan.
Sepanjang perjalanan sejarahnya yang begitu
panjang masjid ini telah menarik perhatian para pengelana untuk singgah dan
mencatat dalam buku catatan perjalanan mereka, seperti pengelana dan penulis
Prancis, Philip Dufresne-Kane, yang pernah tinggal di Pljevlja tahun 1573, menulis "di tempat masjid ini berdiri terlihat sebuah
pancuran dengan karya seni yang indah” . Kemudian Paolo Contarini dari Venesia yang pernah melintas
di Pljevlja tahun 1580,
mencatat dalam bukunya telah
melihat sebuah masjid dengan pancurannya yang indah.
Megah di tengah kota Pljevlja |
Lefebvre, seorang pengelena Prancis lainnya ditahun 1611
mencatat bahwa “di Pljevlja terdapat tiga masjid, dua masjid dari batu dengan
pancurannya yang indah dan satu masjid dari kayu”. Sedangkan seorang pengelana Turki Evliya
Çelebi di tahun 1660
menuliskan dalam catatannya "(masjid ini) seperti masjid kekaisaran . . . . memiliki kindahan yang
luar biasa pada menara dan kubah birunya yang tinggi….”.
Legenda Kulit Sapi
Merujuk kepada legenda setempat, konon Hussein
Pasha membangun masjid di tempat tersebut karena mendengar suara bisikan yang
terdengar dari tembok Biara Trinity. Kemudian beliau mendatangi Biarawan disana
untuk meminta sedikit lahan bagi pembangunan masjid dimaksud. Pihak Biara tidak
berkeberatan untuk memberikan lahan mereka namun dengan ukuran yang tidak lebih
lebar dari selembar kulit sapi.
Hussein Pasha cukup cerdik, beliau kemudian
memotong kulit sapi dimaksud begitu tipis dan panjang sehingga membentuk sebuah
tali yang cukup panjang dan mampu mengitari luasan tanah yang cukup luas, dan
di atas lahan itulah masjid dibangun dan kini dikenal sebagai Masjid Hussein
Pasha.
Arsitektur Masjid
Hussein Pasha
Bangunan masjid Hussein Pasha berada di
persimpangan dua ruas jalan, terlihat menjulang sendirian diantara bangunan
disekitarnya. Sebagian besar bangunan-nya disusun dari susunan batu alam yang
dibentuk kotak kotak yang dikenal sebagai metoda Ashlar. Penggunaan bahan bangunan ini memberikan
nilai artistik tersendiri pada tembok bangunannya.
Interior Masjid Hussein Pasha Pljevlja |
Sisi utara dan selatan masjid diberi pagar besi
yang tidak terlalu tinggi, akses ke masjid dari arah barat laut, ada sederet
anak tangga dari batu menghubungkan lantai dalam masjid ini dengan
pekarangannya. Di samping tangga terdapat sebuah pancuran yang dikelilingi oleh
pemakaman kaum muslimin setempat. Diluar pekarangan masjid di pertigaan jalan
di sisi barat daya, terdapat sebuah menara jam yang dibangun pada paruh kedua
abad ke 16.
Bangunan masjidnya berdenah segi empat dengan
satu kubah besar di atapnya, dilengkapi dengan sebuah bangunan menara yang
menjulang, ramping dan lancip sangat khas menara masjid dinasti Usmaniyah. Dengan
tinggi 42 meter menjadikan menara masjid ini sebagai menara masjid tertinggi di
semenanjung Balkan. Menara masjid ini sempat mengalami kerusakan akibat
disambar petir di tahun 1911 dan kemudian diperbaiki sesuai bentuk-nya semula.
Masjid Husein Pasha berukuran panjang 17.20
m X 13.10 m pada sisi luar dengan tembok
setebal 1.10 m, sedangkan
ukuran dalamnya hanya 10.70 x 10.80 x 10.30 m. Interiornya kaya dengan dekorasi, ornamen warna warni,
beragam motif oriental dan kaligrafi Al-Qur’an. Rehabilitasi terhadap bangunan masjid ini
dilaksanakan pada tahun 2006 untuk mengkonservasi bangunan bersejarah ini,
proses konservasi berlanjut hingga ke tahun 2007 oleh para ahli.
Masjid Hussein Pasha di Perangko Montenegro |
Al-Qur’an Kuno
Masjid Hussein Pasha ini juga menyimpan banyak
buku buku dan manuskrip kuno termasuk sebuah kitab Suci Al-Qur’an Kuno dengan
terjemahan Bahasa Turki dari abad ke 16. Mushaf Al-Qur’an tersebut sangat indah
dihias dengan 352 hiasan dari emas, terdiri dari 233 halaman, menjadikan masjid
ini memiliki arti dan nilai yang begitu tinggi bagi sejarah Montenegro dan
Semenanjung Balkan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA