Halaman

Minggu, 05 Maret 2017

Masjid Hussein Pasha di Pljevlja, Montenegro

Menara Masjid Tertinggi di Semenanjung Balkan. Masjid Hussein Pasha di Pljevlja merupakan masjid dengan menara tertinggi di semenanjung Balkan.

Republik Montenegro merupakan salah satu negara pecahan dari bekas negara Yugoslavia (1918 - 2003) yang kini sudah lenyap dari peta dunia dan terbelah menjadi 7 negara merdeka, terdiri dari  Republik Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Serbia, Makedonia, Montenegro dan Kosovo. Yugoslavia muncul dalam sejarah nasional Indonesia dalam perannya bersama Indonesia membentuk Gerakan Negara Negara Non Blok dimasa perang dingin.

Montenegro menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 3 Juni 2006 dan melepaskan diri dari ikatan singkat bersama Serbia sebagai negara “Serbia Montenegro” yang hanya bertahan selama tiga tahun (2003-2006). Montenegro beribukota di Podgoricaa atau pada masa Yugoslavia sempat berganti nama menjadi Titograd, yang merupakan kota terbesar di Montenegro.

Islam merupakan agama minoritas terbesar di Montenegro, merujuk kepada hasil sensus tahun 2011 menunjukkan ada 118.477 muslim di Montenegro atau setara dengan 20% dari keseluruhan penduduk negara tersebut. Sama halnya seperti di Indonesia, Muslim Montenegro menganut faham Suni.

Islam telah masuk ke Montenegro sejak abad ke 15 dan sempat menikmati masa ke-emasan pada masa kekuasaan Emperium Turki Usmaniyah di tahun 1470–1833, pada masa itu Montenegro bersama dengan Bosnia berada di dalam wilayah provinsi Sanjak Bosnia yang beribukota di Foča sampai tahun 1572 lalu dipindahkan ke Taşlıca (Pljevlja).

Pljevlja adalah kota di bagian utara Montenegro, merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut dan juga merupakan kota pegunungan dengan ketinggian rata rata 770 m dari permukaan laut. Di tahun 2011 penduduk kota ini mencapai 19.489. Sebagai sebuah kota bekas ibukota Sanjak Bosnia dimasa kekuasaan Emperium Usmaniyah, Pljevlja memiliki warisan budaya Islam yang masih berdiri kokoh hingga kini, yakni Masjid Hussein Pasha.

Husein Pašina Džamija
Vuka Kneževića, Pljevlja, Montenegro



Berdiri megah di pusat kota Pljevlja, Masjid Hussein Pasha merupakan penanda kota Pljevlja yang paling terkenal bersama dengan Biara Holy Trinity dan menjadi salah satu monumen sejarah dan tradisi paling penting di kota Pljevlja, Republik Montenegro dan wilayah semenanjung Balkan.

Masjid Husein Pasha atau dalam Bahasa setempat disebut Husein Pašina Džamija dibangun oleh Hussein Pasha Boljanić pada tahun 1569 pada saat Montenegro masih merupakan wilayah kekuasaan Emperium Usmaniyah (Turki). Bersama dengan Bosnia Herzegovina, wilayah Montenegro masuk ke dalam provinsi Sanjak Bosnia dan Hussein Pasha merupakan putra daerah Montenegro yang kemudian menjadi Gubernur di wilayah ini.

Hussein Pasha Boljanić merupakan gubernur ke-9 di Sanjak Bosnia (1569–72, 1594–95). Hussein merupakan nama asli beliau, Pasha adalah gelar bagi pejabat tinggi Usmaniyah, sedangkan Boljanić merupakan nama keluarga sekaligus nama desa tempat kelahiran beliau, yang berada di luar kota Pljevlja. Nama beliau-lah yang kemudian dilekatkan kepada nama masjid terbesar di kota Pljevlja ini.

Sejarah Masjid Hussein Pasha

Bermula saat kedatangan pasukan Hussein Pasha Boljanić di Pljevlja bersama pasukkannya mendirikan kemah di dekat bangunan Biara Holy Trinity. Beliau kemudian memutuskan untuk membangun masjid di tempat tersebut sebagai warisan darinya di tanah kelahirannya sendiri.

Aerial View Masjid Hussein Pasha Pljevlja

Sebelumnya sepupu dari Hussein Pasha yang bernama Mehmed Pasha Sokolovic (Sokollu Mehmed Pasha - Gubernur Jendral di Provinsi Rumelia) telah membangun jembatan terkenal di Drina (Višegrad, Bosnia and Herzegovina), karenanya Hussein Pasha pun berkeinginan memberikan sesuatu untuk kampung halamannya, dengan membangun sebuah masjid.

Jembatan yang dibangun oleh Mehmed Paša Sokolović ini memang sangat terkenal sampai sampai seorang penulis Ivo Andrić yang merupakan seorang penulis terkenal dimasa Yugoslavia, menulis sebuah novel fiksi sejarah yang begitu terkenal dengan judul Na Drini ćuprija (The Bridge on the Drina) pada bulan maret 1945.

Pembangunan masjid ini dibawah pengawasan kontraktor ternama pada masa itu yang bernama Hajrudin, beliau juga merupakan pembangun Jembatan Mostar yang juga begitu terkenal di seluruh wilayah Sanjak Bosnia. Pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1569 dan menjadi salah satu bangunan Budaya Islam yang terpenting dan terindah diseluruh semenanjung Balkan.

Sepanjang perjalanan sejarahnya yang begitu panjang masjid ini telah menarik perhatian para pengelana untuk singgah dan mencatat dalam buku catatan perjalanan mereka, seperti pengelana dan penulis Prancis, Philip Dufresne-Kane, yang pernah tinggal di Pljevlja tahun 1573, menulis "di tempat masjid ini berdiri terlihat sebuah pancuran dengan karya seni yang indah” . Kemudian Paolo Contarini dari Venesia yang pernah melintas di Pljevlja tahun 1580, mencatat dalam bukunya telah melihat sebuah masjid dengan pancurannya yang indah.

Megah di tengah kota Pljevlja

Lefebvre, seorang pengelena Prancis lainnya ditahun 1611 mencatat bahwa “di Pljevlja terdapat tiga masjid, dua masjid dari batu dengan pancurannya yang indah dan satu masjid dari kayu”. Sedangkan seorang pengelana Turki Evliya Çelebi di tahun 1660 menuliskan dalam catatannya "(masjid ini) seperti masjid kekaisaran . . . . memiliki kindahan yang luar biasa pada menara dan kubah birunya yang tinggi….”.

Legenda Kulit Sapi

Merujuk kepada legenda setempat, konon Hussein Pasha membangun masjid di tempat tersebut karena mendengar suara bisikan yang terdengar dari tembok Biara Trinity. Kemudian beliau mendatangi Biarawan disana untuk meminta sedikit lahan bagi pembangunan masjid dimaksud. Pihak Biara tidak berkeberatan untuk memberikan lahan mereka namun dengan ukuran yang tidak lebih lebar dari selembar kulit sapi.

Hussein Pasha cukup cerdik, beliau kemudian memotong kulit sapi dimaksud begitu tipis dan panjang sehingga membentuk sebuah tali yang cukup panjang dan mampu mengitari luasan tanah yang cukup luas, dan di atas lahan itulah masjid dibangun dan kini dikenal sebagai Masjid Hussein Pasha.

Arsitektur Masjid Hussein Pasha

Bangunan masjid Hussein Pasha berada di persimpangan dua ruas jalan, terlihat menjulang sendirian diantara bangunan disekitarnya. Sebagian besar bangunan-nya disusun dari susunan batu alam yang dibentuk kotak kotak yang dikenal sebagai metoda Ashlar. Penggunaan bahan bangunan ini memberikan nilai artistik tersendiri pada tembok bangunannya.  

Interior Masjid Hussein Pasha Pljevlja

Sisi utara dan selatan masjid diberi pagar besi yang tidak terlalu tinggi, akses ke masjid dari arah barat laut, ada sederet anak tangga dari batu menghubungkan lantai dalam masjid ini dengan pekarangannya. Di samping tangga terdapat sebuah pancuran yang dikelilingi oleh pemakaman kaum muslimin setempat. Diluar pekarangan masjid di pertigaan jalan di sisi barat daya, terdapat sebuah menara jam yang dibangun pada paruh kedua abad ke 16.

Bangunan masjidnya berdenah segi empat dengan satu kubah besar di atapnya, dilengkapi dengan sebuah bangunan menara yang menjulang, ramping dan lancip sangat khas menara masjid dinasti Usmaniyah. Dengan tinggi 42 meter menjadikan menara masjid ini sebagai menara masjid tertinggi di semenanjung Balkan. Menara masjid ini sempat mengalami kerusakan akibat disambar petir di tahun 1911 dan kemudian diperbaiki sesuai bentuk-nya semula.

Masjid Husein Pasha berukuran panjang 17.20 m X 13.10 m pada sisi luar dengan tembok setebal 1.10 m, sedangkan ukuran dalamnya hanya 10.70 x 10.80 x 10.30 m. Interiornya kaya dengan dekorasi, ornamen warna warni, beragam motif oriental dan kaligrafi Al-Qur’an. Rehabilitasi terhadap bangunan masjid ini dilaksanakan pada tahun 2006 untuk mengkonservasi bangunan bersejarah ini, proses konservasi berlanjut hingga ke tahun 2007 oleh para ahli.

Masjid Hussein Pasha di Perangko Montenegro
Selama proses studi untuk restorasi dan konservasi tersebut ditemukan fakta baru bahwa lapisan cat pada dekorasi hias di dalam masjid ini dan pada bagian kubahnya merupakan lapisan cat ketiga dan kemungkinan dibuat di sekitar tahun 1888 jauh setelah masjid ini berdiri. Namun pada bagian bagian masjid lainnya termasuk pada sisi tembok dalam masjid ditemukan lapisan cat yang lebih tua.

Al-Qur’an Kuno

Masjid Hussein Pasha ini juga menyimpan banyak buku buku dan manuskrip kuno termasuk sebuah kitab Suci Al-Qur’an Kuno dengan terjemahan Bahasa Turki dari abad ke 16. Mushaf Al-Qur’an tersebut sangat indah dihias dengan 352 hiasan dari emas, terdiri dari 233 halaman, menjadikan masjid ini memiliki arti dan nilai yang begitu tinggi bagi sejarah Montenegro dan Semenanjung Balkan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA