Masjid dua puluh kubah. Masjid Ulu Cami atau Masjid Agung Bursa di Turki ini dibangun dengan dua puluh kubuh merepresentasikan dua puluh masjid yang dijanjikan oleh Sultan. |
Apa
dan dimanakah Bursa
Bursa adalah
salah satu kota tua di Turki yang memiliki perangan teramat penting badi
sejarah Turki, sekaligus juga merupakan kota terbesar ke 4 setelah Istanbul,
Ankara dan Izmir. Bursa, adalah kota tempat Turki Usmani atau Dinasti /
Emperium / Kekaisaran / Ke-Khalifahan Usmaniyah berawal. Lokasi Bursa yang
cukup dekat dengan Konstantinopel (kini Istanbul), telah menjadi pilihan lokasi
yang strategis oleh para penguasa baik dari bangsa Arab maupun Seljuk yang
memang berlomba-lomba untuk bisa menaklukan Konstantinople saat itu.
Tahun 1075
bangsa Muslim Seljuk telah menguasai kota ini. 22 tahun setelahnya Pasukan
Perang Salib (Crusaders) yang pertama datang, merebut kota ini. Setelah itu
Bursa selalu menjadi perebutan silih berganti. Baik oleh Crusaders maupun
Muslim Seljuk. Bangsa Turki mengalami perpindahan ke daerah Anatolia sepanjang
abad ke 12 dan 13 kemudian menumbuhkan entitas entitas pemerintahan kecil
dipimpin kepala suku atau panglima perang mereka. Termasuk Ertugrul Gazi yang
mendirikan pemerintahan kecil di dekat Bursa.
Pada tahun 1317,
Osman atau Usman (anak dari Ertugrul Gazi) mengepung Bursa hingga jatuh ke
dalam kekuasaannya pada tahun 1326 dan menjadikan kota ini sebagai ibu kota.
Osman inilah yang selanjutnya mendirikan Emperium Usmaniyah yang oleh orang
Eropa disebut dengan Kekaisaran Otoman karena ketidakmampuan menyebutkan dengan
baik Nama Osman atau Usman. Selama 39 tahun Bursa menjadi Ibukota Usmaniyah
sampai tahun 1365.
Ibukota Emperium
Usmaniyah kemudian dipindahkan ke kota Edirne dan bertahan hingga 90 tahun,
namun ahirnya dipindahkan lagi ke Istanbul setelah Sultan Mehmet II atau
Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Byzantium di Konstantinopel tahun
1453. Istanbul menjadi ibukota terahir
Emperium Islam Usmaniyah selama 469 tahun hingga dibubarkannya Emperium
tersebut di tahun 1922 oleh Kemal Attaturk lalu mendirikan Republik Turki yang
kini kita kenal sekaligus memindahkan lagi Ibukota negara ke Ankara hingga hari
ini.
Grand Mosque of Bursa
Murat Aklar Nalbantoğlu Mahallesi
Ulucami Caddesi No:2, 16010 Osmangazi
Bursa, Turki
Bursa terletak
di Turki bagian barat, ditepian laut Marmara yang memisahkannya dengan
Istanbul. Bursa juga merupakan wilayah Turki yang berada di tanah Benua Asia.
Selain dikenal sebagai kota bersejarah, Bursa juga merupakan kota industry dan
sudah menjadi semacam sentranya industry otomotif bagi berbagai merek mobil
Eropa. Dari Istanbul yang dikenal luas sebagai “ibukotanya Turki” di Eropa,
Bursa dapat dicapai melalui perjalanan darat dan ferry penyeberangan sekitar 4
jam perjalanan.
Bursa juga
menjadi destinasi favorit turis karena menyimpan banyak peninggalan sejarah
Islam. Kota Bursa, Banyak tempat-tempat bersejarah yang bisa dikunjungi disana.
Seperti mesjid-mesjid yang menjadi tujuan wisata, seperti Masjid Agung Bursa
(Ulu Cami) yang merupakan mesjid terbesar di Turki, Green Mosque, Emir Sultan
Ildirim Bayezit Cami, dan Orhan Cami. Selain dari itu, kota Bursa konon juga
merupakan asal muasal dari Kebab Turki yang terkenal itu. Dan di Kota Bursa ini
juga, menjadi tempat peristirahatan terahir pendiri Emperium Usmaniyah, Osman
dan putranya Orhan Gazi.
Masjid Agung Bursa (Ulu Camii)
Masjid Agung
Bursa atau Bursa Grand Mosque atau Bursa Ulu Cami adalah masjid tua yang berada
di kota Bursa. Lokasi masjid ini berada di Atatürk Boulevard di kawasan kota
tua Bursa. Dibangun dengan perpaduan gaya Seljuk - Usmaniyah, pada tahun 1396
hingga tahun 1399, atas perintah dari Sultan Yıldırım Bayezid I. Rancangan dan
pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh Arsitek Ali Neccar di tahun 1396–1399.
Pembangunan masjid ini merupakan janji dari Yıldırım Bayezid I pada saat
memenangkan perang Battle of Nicopolis in 1396.
Cerita yang
beredar disana menyebutkan bahwa masjid Agung Bursa atau Ulu Cami ini dibangun
dengan dua puluh kubah berhubungan dengan Janji dari Yıldırım Bayezid I yang
akan membangun 20 masjid apabila berhasil memenangkan perang melawan Pasukan
Salib di Perang Nicopolis. Namun rencana ini akhirnya diubah menjadi
membangun masjid dengan 20 kubah. Para pengamat seni bina arsitektur masjid
menyebutkan bahwa masjid Agung Bursa ini sebagai masjid dengan gaya
arsitektur murni Bangsa Seljuk.
Masjid Agung
Bursa merupakan masjid terbesar di Bursa sekaligus merupakan landmark
arsitektur Seljuk karena memang menggunakan begitu banyak elemen dari
arsitektur dinasti Seljuk yang sangat kental, dan pembangunannya pada Era awal
emperium Usmaniyah. Badan dunia UNESCO telah memasukkan Masjid Agung Bursa (Ulu
Cami) ke dalam daftar warisan budaya dunia di tahun 2014 dengan menyebut Masjid
Agung Bursa sebagai salah satu masjid terpenting dalam sejarah Islam.
Bangunanya
berdenah persegi panjang dengan luas mencapai 2200 m2. Ada dua puluh
kubah dibagian atapnya yang menjadi ciri khas masjid ini. kubah kubah tersedbut
terdiri dari empat baris, masing masing baris terdiri dari lima kubah, ditopang
oleh 12 tiang persegi empat yang juga berukuran sangat besar. Jejeran tiang
tiang besar tersebut menghasilkan lorong lorong dan ruang yang tercipta
diantara jejerannya, dibawah masing masing kubah. Hal ini menciptakan privasi
tersendiri bagi Jemaah. Selain dua puluh kubah besar, masjid ini juga
dilengkapi dengan dua Menara.
Bagian yang cukup
unik dari masjid Agung Bursa ini adalah, adanya tempat wudhu di dalam masjid,
yang dalam Bahasa setempat disebut şadırvan. Letaknya setelah melewati pintu
utama dibawah kubah kaca yang juga menjadi sumber cahaya matahari yang lembut ke
dalam ruangan masjid. Interiornya yang serba horizontal dan pencahayaan yang
tidak terlalu terang benderang memang sengaja dibuat demikian untuk
menghadirkan suasana tenang dan damai serta kontemplatif.
Kaligrafi
Di dalam masjid
ini terdapat 192 inskipsi yang ditulis tangan oleh 41 ahli penulis kaligrafi
ternama di masa itu. Dengan koleksi kaligrafi-nya Masjid Agung Bursa merupakan
contoh terbesar kaligrafi di dunia. Kaligrafi kaligrafi tersebut ditulis baik
di bagian dinding masjid, tiang tiang besarnya serta lempengan lempengan besar
dan kecil. Daun pintu dan Mimbar dibuat dengan apik oleh para pemahat yang
memang ahli dibidangnya dari jenis kayu terpilih dan bermutu. Ukiran pada
mimbar masjid ini mengambil ukiran dengan model tata surya. Sebuah pintu
berumur ratusan tahun yang merupakan pintu Ka’bah di Mekah ditampilkan di
masjid ini dalam sebuah kotak kaca.
Pintu Ka’bah dan Legenda Masjid Agung Bursa
Ekterior Masjid
Agung Bursa seluruhnya terbuah dari bahan batu. Satu unit pancuran air penuh
ornamen ditempatkan di pelataran masjid di depan menara masjid. Menara kembar
yang tampak identik satu dengan lain yang mengapit masjid ini sebenarnya
dibangun pada waktu yang berbeda. Satu menara di sisi barat merupakan bangunan
menara yang dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid pada saat awal,
sedangkan menara yang berada disebelah timur dibangun kemudian oleh Sultan
Mehmet I pada abad ke 15.
Sebagaimana
bangunan masjid tua yang pekat dengan sejarah, ada sebuah legenda yang tersebar
sejak ber-abad lalu. Konon kata legenda yang berkembang disekitar Karagöz dan
Hacivat, konon disebutkan bahwa seni pertunjukan bayangan boneka (seperti
pertunjukan wayang kulit di Jawa) yang berkembang di kota Bursa para tokohnya
itu diambil dari cerita para para pekerja bangunan Masjid Agung Bursa ini.
Diceritakan
bahwa dua pekerja bernama Karagöz dan Hacivat mempunyai tabiat buruk suka mengganggu
para pekerja lainnya dengan gurauan dan lelucon yang berakibat kepada
terlambatnya pekerjaan mereka membangun masjid ini dan mengungang kemarahan
dari Sultan dan berbuntut kepada pemberian hukuman kepada mereka.
Legenda lainnya terkait
dengan pancuran tempat wudhu yang ada di dalam ruangan masjid. Konon disebutkan
bahwa pada saat akan dibangun masjid ditempat tersebut sempat terhambat pada
saat proses pembebasan lahan karena ada seorang wanita tua yang tidak mau
melepaskan lahan dan rumahnya untuk dibebaskan sebagai lahan pembangunan masjid
tersebut.
Namun pada
ahirnya belau justru dengan sukarela melepaskan rumah dan lahannya untuk dibeli
oleh Sultan bagi keperluan pembangunan masjid tersebut setelah terus terusan
bermimpi hal yang sama, nah sebagai bentuk penghormatan kepada wanita tersebut,
arsitek masjid ini dengan sengaja membangun sebuah pancuran tempat wudhu di
dalam masjid ini di lokasi persis bekas rumah wanita tua tersebut.
Masjid Agung Bursa di malam hari, dengan kemilai cahaya lampu termasuk juga cahaya dari kendaran yang lalu lalang di ruas jalan Attaturk di sebelah selatan masjid ini. |
Objek
Wisata
Saat ini Masjid
Agung Bursa (ulu cami) telah menjadi salah satu objek wisata yang menarik
perahtian wisatawan dari mancanegara. Masjid terbuka setiap hari untuk
kunjungan wiisatawan di luar waktu sholat, dan para pengunjung diharuskan untuk
berpakaian sopan dan sederet aturan lainnya sebagaimana layaknya masuk ke dalam
masjid.
Paralelisasi Sejarah Turki Vs Sejarah Indonesia
Pada saat Masjid
Agung Bursa dibangun di Turki tahun 1396, di Nusantara sedang berkuasa Kerajaan
Majapahit sedangkan di sisi barat pulau Jawa berada dibawah kendali Kerajaan
Sunda. Masjid Agung Bursa ini dibangun 13 tahun setelah Deklarasi pendirian Kerajaan
Gelgel di Bali (1383), Dalem Ktut Ngelesir didampingi oleh Patih Agung Arya
Patandakan dan Kyai Klapodyana (Gusti Kubon Tubuh) menghadap Prabu Hayam Wuruk
saat upacara Cradha dan rapat tahunan negeri-negeri vasal imperium Majapahit.
Beliau
(Raja Gelgel) kembali ke Bali dikawal oleh pasukan khusus majapahit yang semuanya
beragama islam, menjadi awal masuk-nya Islam ke Pulau Bali. Masjid Agung Bursa
di Turki Selesai dibangun tahun 1399, setahun setelah itu, Tahun 1400, di
Nusantara, Raja Gelgel pertama, Dalem Ketut Ngulesir wafat.***
Terima kasih banyak atas informasinya..sangat berarti..
BalasHapusdan saya jadi tahu lebih banyak, meskipun pada saat ke sana, saya belum banyak tahu tentang masjid ini.
penasaran sekali dengan kaligrafinya.. semoga bisa kesana suatu saat.
BalasHapusTerima kasih informasinya. Penting sekali untuk pengetahuan jamaah kami.
BalasHapusthanks artikelnya krn saya habis berkunjung ke masjid ini 2 minggu lalu
BalasHapus