Tentang kota
Bursa tempat masjid ini berdiri telah di ulas dalam posting terdahulu berjudul
“Masjid Agung Bursa”. Di bekas ibukota Negara Emperium Usmaniyah ini juga
terdapat sebuah masjid tua bersejarah bernama Yesil Cami, atau dalam Bahasa
Indonesianya “Yesil” berarti “Hijau”, sedangkan “Cami” (dibaca Jami’) secara
harfiah bermakna “Masjid Jami’” karena untuk bangunan mushola atau masjid kecil
biasa disebut dengan “Mescid”. Sehingga Yesil Cami secara harfiah dalam Bahasa
Indonesia bermakna “Masjid HIjau” atau dalam Bahasa Inggris disebut “Green
Mosque”.
Penyebutan Yesil
Cami atau Masjid Hijau atau Green Mosque ini berkaitan dengan warna interior
masjid ini yang di dominasi warna hijau dan toska. Sama halnya dengan Masjid
Sultan Ahmad di Istanbul yang lebih kenal dengan sebutan sebagai Blue Mosque
karena langit langit interiornya yang di dominasi warna biru. Yesil Cami atau
Green Mosque berdiri di atas sebuah bukit di kota Bursa, di tempat yang kini
juga dikenal dengan kawasan Yesil atau kawasan Hijau. Meski demikian, masjid
ini juga kerap kali disebut sebagai Masjid Mehmet I merujuk kepada nama
pembangunnya.
Meski ukurannya
tak sebesar Masjid Agung Bursa (Uu Cami), Green Mosque menghadirkan keindahan
tersendiri, masjid ini menampilakn peralihan seni bina bangunan dari era Seljuk
Turki ke Era Usmaniyah-Turki dengan kubah besar dan menara tinggi yang
dikemudian hari menjadi ciri khas bangunan masjid Emperium Usmaniyah. Green
Mosque mulai dibangun tahun 1419 dan selesai tahun 1421 dimasa pemerintahan
Sultan Celebi Mehmet.
Green Mosque (Yesil Cami)
Yeşil 16360 Yıldırım/Bursa, Turki
Pembangunan
Masjid Yesil (Green Mosque) Bursa
Yesil Cami
dibangun oleh arsitek Hacı Ivaz Pasha atas perintah dari Sultan Celebi Mehmet antara
tahun 1419 hingga tahun 1421. Bangunan masjid Yesil dihias dengan beraneka
ragam ornament yang dibuat secara hand made oleh para pelukis ternama dimasanya
termasuk pelukis Haci Ali, Ilyas Ali. Serta seorang seniman ternama bernama Mehmet
Mecnun yang melengkapi keindahan masjid ini dengan kemegahan karya keramik
lukisnya yang dibuat khusus untuk masjid ini. Selain masjid dikomplek masjid
Yesil juga terdapat Maosoleum (bangunan makam) yang berada diseberang jalan
dari masjid, lalu juga ada Bangunan Madrasah dan Hamam (pemandian khas Turki)
Keramik Hias Buatan Tangan
Seperti
disebutkan di awal tadi bahwa penamaan masjid ini terkait dengan ornamen interior
nya yang didominasi warna hijau dari ribuan keeping keramik buatan tangan dari
para seniman ternama pada masa itu. Mihrab Masjid Yesil cukup tinggi hingga
mencapai 10 meter, rancangan nya sudah menggunakan bentuk cerukan ke dalam
tembok dengan ornamen Muqornas (sarang lebah menggantung seperti staklaktit) di
sisi atasnya, namun tanpa dilengkapi dengan dua pilar besar di sisi kiri dan
kanannya seperti pada masjid masjid Usmaniyah yang dibangun kemudian.
Interior serba hijau di masjid ini yang kemudian menjadi namanya. ada seperangkat pancuran dari terbuat dari batu granit ditengah ruangan masjid ini. |
Mihrab Masjid
Yesil menampilkan salah satu contoh terbaik dari keindahan keramik hias buatan
tangan, sama halnya dengan sebagian besar dari masjid ini juga dihias dengan
keramik sejenis sehingga keramik keramik ini menjadi sesuatu yang istimewa dan
pembeda masjid ini dengan masjid masjid tua era Usmaniyah lainnya. Area khusus
untuk Muazin (Mehfil) termasuk juga area khusus untuk Sultan juga dihias dengan
keramik buatan tangan. pada area khusus untuk Sultan keramik yang digunakan
bermotif bunga. Dengan begitu banyaknya keramik buatan tangan dimasjid ini
menjadikannya sebuah mahakarya dari para seniman keramik pada masa itu.
Berdenah Hurup “T” Terbalik
Keunikan lainnya
dari Masjid Yesil di Bursa ini adalah denah bangunannya yang tak biasa. Denah
bangunan masjid Yesil berbentuk hurup “T “ terbalik, sehingga secara artifisial
membagi ruang sholat di dalam masjid ini menjadi tiga bagian, yakni ruang utama
disekitar mihrab dan mimbar kemudian ruangan di sayap kiri dan ruangan di sayap
kanan. sedangkan di bagian tengahnya ditempatkan satu pancuran yang berfungsi
sebagai tempat berwudhu dari bahan baru pualam.
Mihrab dan mimbar Masjid Yesil Cami Bursa |
Untuk penerangan
ruangan masjid di sisi mihrab dilengkapi dengan empat pintu yang dibuat
menjorok jauh ke dalam tembok dan dilengkapi dengan teralis. dua jendela disisi
kiri dan kanan mihrab sedangkan dua jendela lainnya diletakkan di sisi kiri dan
kanan ruangan. Jendela jendela ini dihias dengan ukiran batu marmer yang
menyajikan ukiran seperti tulisan tulisan tangan yang belum selesai.
Perlu di ingat
bahwa arah kiblat sholat dinegara negara Eropa termasuk Turki, arah kiblat
sholatnya tidak mengarah ke barat seperti kita di Indonseia tapi mengarah ke
selatan, karena wilayah Turki berada di sebelah utara Ka’bah. Dengan demikian fasad
atau sisi depan masjid ini berada di sebelah utara bangunan sedangkan sisi
mihrabnya berada di sisi selatan. Fasad Masjid Yesil dibuat dari batu batu
pualam.
Khusus untuk
pintu masuk utamanya dibangunsebagai sebuah gapura besar berbentuk cerukan ke
dalam dari bahan marmer dengan ukiran Muqornas di sisi atasnya. Butuh waktu
hingga tiga tahun untuk menyelesaikan seluruh ukiran muqornas yang begitu rumit
dan ornament lainnya pada gapura di pintu masuk utama Masjid Yesil ini.
Ukiran dan muqornas pada gapura pintu masuk masjid Yesil Cami Bursa. |
Tidak ada komunitas
masyarakat ataupun perkantoran pemerintahan dari era Usmaniyah ditempat masjid
ini berdiri, konon hal tersebut terjadi karena masjid ini sendiri sempat
terbengkalai pembangunannya karena wafatnya Sultan Celebi Mehmet pada saat
pembangunan masjid sedang berjalan dan belum selesai. Menaranya sendiri baru
dibangun pada abad ke 19. Ada juga yang menyatakan bahwa Masjid ini kemudian
dijadikan semacam Masjidl Konsul Negara Usmaniyah pada masa itu.
Masjid Yesil
sempat mengalami kerusakan akibat gempa bumi di tahun 1855 namun sudah
diperbaiki dimasa Gubernur Bursa dijabat oleh Ahmet Vefik Pasha, beliau
menunjuk seniman Prancis Léon Parvillée, untuk memulihkan masjid tersebut
sesuai aslinya meskipun tidak seratus persen dari bangunan awal, namun Léon
Parvillée yang memang terkenal sangat memahami arsitektur Usmani berhasil
memulihkan sebagian besar bangunan masjid Yesil ke kondisi aslinya sebelum
terjadi kerusakan.
Maosoleum, Madrasah
dan Hamam
Di komplek
Masjid Yesil ini selain masjid juga terdapat komplek Makam Sultan Sultan Çelebi
Mehmet dan keluarganya di dalam sebuah Maosoleum lokasi berada di seberang jalan
dari Masjid Yesil. Seperti masjidnya, mausoleum ini pun di dominasi warna hijau
sehingga disebut sebagai Green mausoleum dan sama sama dirancang oleh arsitek
is skilful artist Haci Ivaz Pasha. Bangunannya berdenah octagonal di bagian
dalamnya juga dihias dengan satu mihrab berukuran kecil, mungkin sekedar
penunjuk arah kiblat dan penghias ruangan, karena toh mausoleum bukanlah tempat
sholat.
Pintu masuk utama masjid Yesil Cami. butuh waktu 3 tahun untuk menyelesaikan ukiran rumit pada gerbang pintu masuk ini. |
Maosoleum ini
memang dibangun untuk Sultan dan keluarganya sehingga proses pembangunannya
sangat detik dan apik termasuk semua fitur seni nya memiliki keindahan yang
menawan. Di dalam area utama Maosoleum ini terdapat makam dari Sultan Çelebi Mehmet,
kemudian makam putranya Mustafa, Mahmud dan Yusuf serta makam putrinya yang
bernama Selçuk Hatun, Sitti Hatun dan Ayse Hatun serta makam pengasuh Sultan Çelebi
Mehmet yang bernama Daya Hatun.
Masjid Yesil
juga dilengkapi dengan Madrasah yang letaknya sekitar 100 meter dari masjid,
Madrasah Sultaniye begitu namanya. bangunan madrasahnya dikelilingi dengan
pelataran dan gazebo berkubah. Madrasah ini dilengkapi dengan pusat
pembelajaran dan ruangan untuk para siswa. di tengah tengah halaman-nya
terdapat sebuah kolam dengan pancuran yang dibuat dari batu marmer. Dulunya
disekitar masjid Yesil juga terdapat pemandian umum khas Turki (Hamam) namun
kini sudah tidak ada lagi berganti menjadi pusat perdagangan. Seperti halnya masjid
Agung Bursa, Masjid Yesil Cami atau Green Mosque ini juga menjadi salah satu destinasi
wisata pavorit di Bursa.
Paralelisasi
Sejarah
Tahun 1419, Bila
sejajarkan dengan sejarah Indonesia, Usia Masjid Yesil (Blue Mosque) di kota
Bursa ini lebih muda 5 tahun dibandingkan dengan Masjid Tua Wapauwe yang sudah
lebih dulu dibangun tahun 1414 di Maluku. Pada saat pembangunan masjid Yesil
ini dimulai tahun 1419, bersamaan dengan tahun wafatnya Sunan Gresik atau
Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur. Sementara di wilayah barat pulau Jawa
sedang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran dengan Prabu Siliwangi
sebagai Maharajanya.
Ruangan dalam Masjid Yesil Cami ke arah pintu masuk utama. |
Di tahun 1420
pada saat masjid Yesil di Bursa menjelang penyelesaian ahir, di pelabuhan Muara
Jati (kini Cirebon) datanglah serombongan pedagang Islam dari Baghdad yang
dipimpin Syekh Idlofi Mahdi. Oleh Ki Surawijaya penguasa disana kala itu, Syekh
Idlofi diijinkan menetap dan tinggal di kampung Pasambangan yang terletak di
Gunung Jati. Disana beliau mulai berdakwah, dan ajaran Islam berkembang begitu
cepat.
Itulah awal mula
Gunung Jati sebagai Pangguron Islam. Muridnya diantaranya adalah Raden
Walangsungsang dan adiknya, Ratu Rarasantang, serta istrinya Nyi Endang Geulis.
Raden Walangsungsang dan Ratu Rara Santang adalah anak dari Prabu Siliwangi
dari Istrinya yang bernama Subang Larang.***
Terima kasih infonya.. saya sedang menulis tentang masjid hijau ini, ijinkan saya untuk mengambil beberapa informasi dari tulisan anda.
BalasHapus