Empat menara antik dari Bata menjadi salah satu ciri khas masjid tertua dan masih berfungsi hingga hari ini di kota Adelaide, Australia. |
Adelaide adalah ibukota bagi wilayah selatan Australia,
didirikan tahun 1830 disepanjang sisi sungai Torrens, mulanya di diami oleh
pemukim bebas, kini penduduk Adelaide mencapai 1.28 juta jiwa menjadikannya
sebagai kota terbesar ke lima di Australia. Adelaide merupakan kota pantai yang
indah. Pantai merupakan tempat hang-out paling paforit bagi penduduk kota ini.
Islam Telah hadir di Australia dan Adelaide sejak tahun
1860-an, di mulai dengan masuknya muslim imigran dari Afganistan yang masuk ke
Australia sebagai penunggang Onta yang digunakan sebagai moda transportasi
untuk mendukung aktivitas pertambangan di daerah gurun Australia. Mereka yang
kemudian membangun masjid pertama di Adelaide yang kini dikenal dengan nama
Masjid Sentral Adelaide atau Central Mosque Adelaide, dikelola oleh islamic
Sociaty of South Australia.
Masjid Sentral Adelaide atau The Central Adelaide Mosque dibangun tahun 1888, dan merupakan
masjid tertua di Australia yang berada di kota besar. Bangunan masjid nya
dilengkapi dengan empat menara yang dibangun tahun 1903. Umat islam yang
berasal dari berbagai tempat yang cukup jauh termasuk dari Broken Hill dan Kalgoorlie berkumpul di masjid
ini terutama selama bulan suci Romadhan. Di tahun 1890 dilaporkan jemaah masjid
ini terdiri dari 80 muslim Afgan yang meramaikan masjid ini selama bulan suci
Romadhan dan hari raya Idul fitri.
Adelaide Central Mosque
Little Gilbert Street, Adelaide
Australia
Masjid Sentral Adelaide ini seringkali disebut juga dengan
nama Masjid Afgan atau Afghan Chapel, karena memang dibangun oleh para muslim
imigran dari Afganistan yang kala itu tinggal di bagian barat daya kota
Adelaide. Pembangunan masjid ini menghabiskan dana 150 pound yang ditanggung
oleh muslim penunggang onta setempat dan dibantu oleh beberapa sponsor dari
kota Melbourne sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar yang terbit saat itu.
Para penunggang Onta pertama kali tiba di Austalia pada tahun 1860 mereka
menyediakan jasa transportasi di daerah gurun di sentral Australia.
Di abad ke 19 tepatnya tahun 1865 ratusan Onta di
datangkan ke Adelaide untuk digunakan sebagai moda transportasi di daerah gurun
Australia. Turut didatangkan juga para penunggang onta dari Afgan ke Adelaide.
Para penunggang Onta ini seluruhnya beragama Islam dan kemudian mendirikan
masjid disana sebagai tempat peribadatan.
Masjid Adelaide pada saat dalam proses restorasi dengan satu menaranya yang masih belum selesai. |
Sebuah harian surat kabar yang terbit di bulan April 1930
dalam salah satu tajuk utamanya yang berjudul “Mohammedan Mosque Brings the East to the
West" (Masjid Pengikut Muhammad menjembatani timur dan barat) mengatakan:
“Perang telah memberikan perbedaan besar kepada masjid
Adelaide, pada saat dimana masyarakat umum merasa sangat tidak nyaman dengan
kehadiran orang asing sehingga masjid tersebut kemudian di tutup selama
beberapa tahun. Pada saat masjid tersebut dibuka kembali para jemaah kembali
kesana walau untuk pergi lagi. Hal tersebut merupakan kewajiban dalam agama
mereka datang ke masjid dan melakukan peribatan sebagaimana diajarkan oleh
agama”
“Sebagian besar dari mereka adalah para lelaki renta
dengan jenggot panjang yang sudah memutih, dengan tatapan mata lelah menatap
kehidupan. Dan pada hari dimana mereka tidak mampu lagi untuk pergi ke mekah
yang begitu mereka dambakan, sedangkan bangunan nya akan ditinggalkan sepi dengan para hantunya,
dengan kenangannya . . .”
Interior Masjid Adelaide |
Meskipun sebegitu muramnya prediksi surat kabar tersebut
terhadap masjid ini dan para jemaahnya saat itu, nyatanya Masjid Sentral
Adelaide masih bertahan dan eksis hingga kini, dan kini begitu banyak anak anak
muda yang melintasi pintu masjid ini, tidak hanya pria pria berjenggot ubanan
seperti ramalan surat kabar itu.
Pria pria tua berjenggot ubanan yang mereka gambarkan
dalam surat kabar itu kini memang sudah wafat dan dimakamkan di pemakaman the West Terrace Cemetery. Namun jangan pernah
lupa pada kerja keras dari para imigran muslim generasi awal tersebut, mereka
yang membangun masjid ini melaksanakan sholat di masjid ini, bertahan dengan
identitas ke-Islaman mereka meski terpisah teramat jauh dari kampung halaman
tempat mereka berasal.
Kehidupan muslim Afgan di era awal di Australia sebagai
penunggang Onta tidaklah mudah. Kehidupan keras yang diwarnai dengan tindakan
rasisme karena agama Islam yang mereka anut, karena warna kulit dan penampilan
mereka serta karena persaingan dengan penyedia jasa transportasi lainnya.
Sekedar salut tidaklah cukup untuk menghormati keteguhan mereka memegang teguh
ajaran agama yang mereka anut, bahkan mampu mewariskan sebuah bangunan sejarah
yang tidak saja sangat berharga bagi muslim saja tapi juga bagi Australia.
Hasil pemugaran dan restorasi oleh pemerintah Australia telah memulihkan kondisi masjid ini bahkan tampak lebih kokoh dan lebih apik. |
Arsitektural
Masjid Central Adelaide
Ukuran masjid ini tidak terlalu besar apalagi bila
dibandingkan dengan masjid masjid utama di negara negara Islam seperti di
Indonesia, malaysia atau Turki. Denah bangunan utamanya persegi panjang
membujur ke garis kiblat. Dindingnya menggunakan batu batu alam dan batu bata,
sedangkan dinding bagian dalam seluruhnya di tutup dengan kayu. Di bagian dalam
bangunan ini terkesan sangat sederhana atau bahkan mirip dalam ruangan sebuah
cabin atau bangunan pondok peristirahatan di tengah hutan pinus yang terbuat
dari kayu. Bahan kayu yang digunakan di dalam masjid ini memang memberikan
kesan hangat tersendiri.
Ruangannya sepi dari berbagai ornamen, namun lengkap
dengan mihrab kecil berupa ceruk kecil, sedangkan mimbarnya diletakkan di pokok
ruangan dan seluruhnya tebuat dari kayu. Jendela jendela kaca di buat tinggi
dengan lengkungan di atasnya. Bagian flafon nya pun menggunakan kayu yang tidak
di cat permukaannya melainkan di lapis dengan lapisan pernis untuk menjaga
ketahanan kayu namun tetap menonjolkan warna alaminya.
Bangunan nya di buat berlantai dua, bagian lantai dua
hanya berukuran separuh dari ukuran lantai dasarnya karena memang hanya menutup
separuh dari ruang di lantai dasar. Empat menara masjid ini terbuat dari bata,
dua diantaranya sempat runtuh karena termakan usia namun kini sudah dipulihkan
kembali setelah proses restorasi. Empat menara ini lebih sebagai bangunan
pelengkap, sebagai penanda karena sama sekali tidak difungsikan sebagai menara
untuk menyuarakan azan, dan memang tidak ada ruang untuk itu.
Rekaman sejarah Masjid Adelaide |
Restorasi
oleh Pemerintah Australia
Di tahun 2010 Pemerintah Australia mengucurkan dana untuk
melakukan perbaikan menyeluruh terhadap bangunan Masjid Sentral Adelaide.
Perbaikan dimaksud termasuk proyek restorasi terhadap dua menaranya yang sudah
runtuh dan mengembalikannnya kepada bentuk semula, sehingga masjid ini kembali
ke bentuk aslinya lengkap dengan empat bangunan menaranya. Menara sebelah barat
laut masjid ini telah runtuh sebagian sedangkan menara disebelah Timur Laut nya
sudah runtuh keseluruhannya, menyisakan hanya dua menaranya saja yang masih
utuh.
Proses restorasi dua bangunan menaranya menggunakan bahan
asli dari bangunan menara sebelumnya yang salah satunya memang sengaja
diruntuhkan demi keamanan jemaah karena sudah lapuk dan terancam runtuh
sendiri. Dua menara menar tersebut kemudian di bangun ulang sesuai bentuk
aslinya dan diperkuat dengan beton bertulang. Restorasi juga memulihkan seluruh
bagian bangunan termasuk area sekitarnya dan pagar keliling dan gerbang masjid.
Susunan batu alam yang menjadi dinding masjid ini menampilkan pemandangan alamiah dengan keindahannya yang khas. |
Program tersebut seluruhnya di danai oleh Skema pendanaan
dari Dewan Kota Adelaide sebesar $329,000
Dolar
Australia. Masjid Sentral Adelaide telah menjadi salah satu cagar budaya di
Adelaide sehingga pemerintah setempat turun tangan untuk melestarikannya. Hingga
kini masjid ini masih menjalankan fungsinya, menjadi pusat peribadatan bagi
muslim disana. Masjid Sentral Adelaide tidak saja merupakan masjid tertua di
Adelaide tapi juga merupakan masjid tertua di Australia yang dibangun di kota
besar.
Setelah dilakukan restorasi dan perbaikan menyeluruh,
kini masjid Sentral Adelaide kembali ke bentuk megahnya semula dengan empat
menara di ke empat sudut masjid nya. Perbaikan tersebut juga memulihkan kondisi
struktur masjid baik ekterior maupun interiornya. Masjid Sentral Adelaide
merupakan salah satu bangunan penting di Adelaide dengan nilai sejarah yang
melekat padanya, tidak saja menjadi pusat peribadatan bagi muslim disana tapi
juga menjadi salah satu tujuan wisata di kota itu.
Di Australia tercatat terdapat lebih dari 340 ribu muslim
yang tinggal disana atau setara dengan lebih dari 1.7% dari total 20 juta penduduknya.
Islam telah hadir di Australia lebih dari 200 tahun lamanya dan telah menjadi
agama terbesar kedua di Australia setelah Agama Kristen.***
-----------------------------------
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA