Masjid Jami' Matraman, Salah satu masjid tertua di Jakarta, sekaligus Masjid Agung Pertama di Jakarta, dibangun pertama kali oleh bala tentara Mataram saat menyerbu VOC Belanda di Batavia. |
Masjid Jami' Mataraman di Jakarta Pusat dulunya merupakan perkampungan pasukan Mataram yang memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram paska dua kali penyerbuan mereka yang tak berjaya terhadap Belanda di Batavia di tahun 1648 dan 1649 dan kemudian menetap di wilayah tersebut. Nama Matraman untuk wilayah ini disinyalir berawal dari kata Mataraman yang kemudian berubah menjadi Matraman seperti yang dikenal saat ini. Keturunan dari anggota pasukan Mataram ini yang dikemudian hari membangun masjid ini sebagai tempat beribadah mereka.
Masjdi Jami’
Matraman bukanlah satu satu nya masjid tua di Jakarta yang berkaitan dengan
anggota pasukan Mataram, selain masjid ini sebelumnya telah berdiri Masjid Al-Ma’mur di Tanah Abang dibangun tahun 1704 atau sekitar 133 tahun lebih dulu dari Masjid Jami
Matraman dan Masjid Jami’ Al-Mansyur di Kampung Sawah Lio Jembatan Lima dibangun tahun 1717 atau 120 tahun
lebih dulu dari Masjid Jami’ Matraman.yang juga sama sama dibangun oleh para
keturunan Pasukan Mataram yang menetap di sekitar Batavia.
Beberapa bagian dari masjid ini masih dipertahankan keasliannya hingga kini |
Dibangun
oleh Tentara Kerajaan Mataram
Masjid
Jami Matraman memang tak lepas dari aktivitas bekas pasukan Sultan Agung dari
Mataram yang menetap di Batavia. Nama wilayah Matraman pun disinyalir karena
dahulunya merupakan tempat perkumpulan bekas pasukan Mataram. Untuk menjalankan
aktivitas keagamaan bekas pasukan Mataram mendirikan sebuah Masjid di kawasan
tersebut. Masjid Jami’ Matraman semula merupakan gubuk kecil tempat pasukan
Sultan Agung menjalankan sholat. Terletak di bekas kandang burung milik Belanda
yang digunakan oleh orang Mataram sebagai pos komando panglima Mataraman.
Pada
tahun 1837 dua orang generasi baru keturunan Mataram yang lahir di Batavia, H.
Mursalun dan Bustanul Arifin (keturunan Sunan Kalijaga) memelopori pembangunan
kembali tempat ibadah itu. Setelah selesai pembangunannya, dahulu masjid ini
diberi nama Masjid Jami' Mataraman Dalem. Yang artinya masjid milik para abdi
dalem (pengikut) kerajaan Mataram. Dipilihnya nama itu dimaksudkan sebagai
penguat identitas bahwa masjid itu didirikan oleh masyarakat yang berasal dari
Mataram. Namun seiring perubahan zaman dan perbedaan dialek, nama Masjid
Mataram pun berubah nama menjadi Masjid Jami Matraman.
Masjid Jami Matraman
Jl.
Matraman Masjid 1, Pegangsaan, Menteng
Jakarta
Pusat 10320 - INDONESIA
Penggunaan
masjid secara resmi dikukuhkan oleh Pangeran Jonet dari Kasultanan Yogyakarta,
yang merupakan keturunan langsung dari Pangeran Diponegoro. Sholat Jum'at
pertama di Masjid Jami Matraman itu juga dipimpin sendiri oleh Pangeran Jonet.
Sejak itu hingga masa-masa pergerakan, Masjid Jami Matraman diramaikan oleh
berbagai aktivitas keagamaan. Karena letaknya yang berdekatan dengan
kantong-kantong pergerakan pemuda-daerah Pegangsaan dan Kramat, masjid ini
sempat juga dicurigai sebagai tempat memupuk gerakan anti kolonialisme.
Di
samping menyisakan sejarah bekas pasukan Sultan Agung Mataram, sejarah lain
dari Masjid Jami Matraman juga pernah dijadikan tempat pertemuan para pejuang.
Bahkan, mantan Presiden Soekarno kala masa perjuangan, menjadikan masjid itu
sebagai tempat perkumpulan untuk mengadakan rapat dan menyusun strategi malawan
kolonialisme.
Dibangun
lagi oleh warga Matraman
Bangunan
masjid masih berupa tumpukan batu batako Kemudian dibangun lagi oleh sekelompok
warga Matraman yang diketuai orang Ambon yang bernama Nyai Patiloy (1930). H.
Agus Salim juga pernah menjadi ketua pembangunan masjid ini. Belanda tidak setuju dengan
pembangunan masjid yang berada di pinggir jalan dan memerintahkan supaya
dibangun lebih ke dalam. Mereka berjanji akan membantu biaya sebesar 10.000
gulden.
Usul
dari Belanda ini mendapat pertentangan dari pengurus pembangunan masjid bahkan
sampai dipermasalahkan pada sidang Gemeenteraad. Masjid ini juga pernah
mendapat bantuan dari Saudi Arabia (1940). Moh. Hatta, Bapak Proklamasi RI,
dulu setiap Jumat selalu bersembahyang di masjid Jami Matraman dan di akhir
hayatnya juga disembahyangkan di mesjid ini. Masjid Jami Matraman pertama kali
dipugar pada tahun 1955-1960 dan dilanjutkan pada tahun 1977.
Interior Masjid Jami Matraman. Gambar sebelah kanan atas adalah kalender antik yang merupakan salah satu pernik bersejarah di masjid ini. |
Kuburan tua Di Masjid Matraman
Di
dalam Masjid Jami ini masih tersimpan kalender yang terbuat dari kayu
bertuliskan bahasa Arab dan hurup nasional. Kalender ini konon biasa
digunakan oleh orang Mataram untuk mengetahui hari dan sampai sekarang pun
masih digunakan sebagai ciri khas dari Masjid Jami matraman. Di depan masjid
terdapat dua makam milik tentara Mataram. Konon, kedua makam itu adalah
Wanandari dan Wandansari. Namun masih simpangsiur apakah makam itu ada di situ
sebelum dibangun masjid atau setelah masjid itu ada. Beberapa pihak yang mengetahui
keberadaan makam tua itu, tak jarang menziarahi makam tersebut.
Salah
satu Masjid Tua Jakarta
Hingga saat ini, Masjid Jami Matraman
yang berada di Jalan Matraman, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta
Pusat ini,
merupakan salah satu Masjid tertua dan bersejarah di Jakarta yang masih terjaga
keasliaannya. Meskipun sejauh ini ada pemugaran pada beberapa bagian gedung yang
rusak. Termasuk menambah luad bangunan
menjadi 2 lantai, untuk keperluan pendidikan Islam
Keaslian
Masjid Jami Matraman masih terlihat dari bagian depan gedung masjid yang belum
pernah direnovasi. Pada jaman dahulu masjid itu merupakan masjid paling bagus
di kawasan tersebut, dengan perpaduan gaya arsitektur masjid dari Timur Tengah
dan India. Jika dilihat dari depan akan nampak bangunan seperti benteng dan
pada dinding tembok mimbarnya dipenuhi dengan tulisan kaligrafi serta terlihat
pula bentuk kubah bundar.
Arsitektural
Melihat
tampilan arsitekturnya, Masjid Jami Matraman dipengaruhi oleh gaya dari Mekah
dan India. Sebagai seorang yang menyandang gelar haji pada masanya, H. Mursalun
terkagum-kagum dengan bangunan Masjidil Haram dan Taj Mahal. Dua ciri kuat dari
arsitektur kedua masjid itu adalah, bentuk beranda yang menggunakan pilar-pilar
tipis dengan profil melengkung-lengkung diantaranya. Lalu bentuk kubah yang
bulat bundar serta menara disamping masjid. Hal inilah yang juga kelihatannya
diterapkan pada Masjid Jami Matraman.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA