Sebuah masjid di Fiji di abadikan di salah satu seri perangko keberagaman negara tersebut. |
Muslim di Fiji diperkirakan mencapai 7% dari total penduduk negara
tersebut atau kira kira setara dengan 62,534 jiwa. Komunitas muslim disana
terdiri dari muslim yang berasal dari India, keturunan dari para pekerja paksa dengan
masa kontrak tertentu yang
dibawa ke pulau tersebut
di penghujung abad 19 masehi oleh penguasa kolonial Inggris pada masa itu, ditambah dengan
mualaf pribumi salah satunya merupakan tokoh politik disana bernama Apisai Tora.
Pendatang dari India
ini kemudian dikenal sebagai warga Indo-Fijian atau warga Fiji keturunan India.
Mayoritas dari komunitas Indo-Fijian ini menganut agama
Hindu dan diperkirakan sekitar
16% diantaranya adalah
muslim. Sekitar 59.7% Muslim Fiji bermazhab Hanafi yang bernaung
dibawah Organisasi Liga Muslim Fiji, sebagian lagi sekitar 30% mengikuti mazhab
Syafi’I, bernaung dibawah organisasi Maunatul Islam Association of Fiji, dan
sisanya tidak mengikuti atau
tidak dijelaskan dengan jelas mazhab yang diikutinya.
Perkembangan Islam
di Fiji cukup baik, dukungan negara terhadap komunitas muslim disana juga
memberikan atmosfir yang baik bagi perkembangan Islam di negara pulau di
Samudera Pasific bagian selatan itu. seiring dengan perkembangan Islam disana
sempat menimbulkan kekhawatiran berlebihan dari negara tetangganya, Samoa
Amerika. Di tahun 2002 Fiji menjadi salah satu dari 25 negara yang warga
negaranya dilarang masuk ke wilayah Samoa Amerika. Kebijakan yang mengundang
protes keras dari pemerintah Fiji, dan di tahun 2003, Fiji sudah dicoret dari
daftar larangan tersebut.
Sejarah Muslim Fiji
Seperti disebutkan
di awal tadi, muslim Fiji pada mulanya merupakan para pekerja paksa yang di
datangkan oleh pemerintah kolonial Inggris ke pulau tersebut untuk bekerja
dengan ikatan kontrak selama 5 tahun di perkebunan perkebunan tebu disana.
Kelompok muslim pertama yang tiba di Fiji merupakan bagian dari rombongan
pekerja paksa yang dibawa kapal Leonidas tahun 1879, diperkirakan setidaknya terdapat 22% seluruh penumpang kapal
tersebut adalah muslim.
Diantara tahun 1879 hingga tahun 1916 tercatat 60.553 jiwa telah
dibawa ke Fiji dari India dengan untuk dipekerjakan disana. Mereka diberangkatkan dari pelabuhan Kalkuta, 6.557 jiwa diantaranya adalah pekerja muslim. Diantaranya adalah 1.091 jiwa muslim datang dari Madras dan 1.450 jiwa dari kawasan provinsi di utara, Baluchistan-Afghanistan dan
wilayah Punjab.
Kehidupan Semasa Kerja Paksa
Sementara waktu,
dengan kehilangan sistem kasta, pekerja yang beragama Hindu tidak memiliki satu
institusi atau sistem yang mengikat mereka dalam satu kebersamaan, sedangkan
ajaran Islam agak mempengaruhi
kehidupan meskipun
sedikit hingga ke kawasan pedalaman, kendatipun komunitas mereka pada awalnya cukup memprihatinkan karena ketiadaan
masjid dan tanpa pemuka agama.
Masjid Jami' Toorak yang menjadi tempat bersejarah, dimasjid ini Liga Muslim Fiji pertama kali dibentuk. |
Komunitas muslim mampu menjaga ritual agama mereka, pelaksaaan ibadah
dan hari besar Islam namun dibawah realitas tekanan hebat sistem kerja paksa,
mereka sangat sulit untuk sekedar melaksanakan sholat lima waktu dan
melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadahan
akibat perbudakan semasa sistem kerja paksa yang mengikat mereka.
C.F. Andrews dalam salah satu laporannya setelah kunjungan ke Fiji
mencatat, bahwa kemerosotan beragama di kalangan penganut Islam tidak lah
separah di kalangan umat hindu, dan dalam kunjungan keduanya dia mencatat bahwa
muslim Fiji mampu mempertahankan sistem sosial dan kehidupan keagamaan mereka.
Muslim di Fiji memainkan peran penting dalam aksi protes menentang
sistem kerja paksa. Di tahun 1907 sekelompok Indo-Fijian melakukan unjuk rasa
di Labasa setelah dipaksa untuk bekerja di perkebunan tebu, padahal pada saat
perekrutan mereka dijanjikan akan dipekerjakan sebagai polisi, sebagian besar
dari para pengunjuk rasa tersebut merupakan muslim Pasthun dari Afgan dan Punjab,
India.
Masjid Pertama di
Fiji
Dari dan setelah
tahun 1884, para pekerja paksa di Fiji telah menyelesaikan masa kontrak kerja
lima tahun mereka, Muslim disana mulai membangun kehidupan mereka sebagai orang
merdeka di berbagai lini kehidupan di Fiji. Meski jumlah mereka sedikit
kadangkala juga terisolir namun menunjukkan keinginan saling bersilaturrahmi
dan bekerjasama diantara sesame muslim dalam kehidupan social dan keagamaan.
Kelompok muslim ini
merupakan kelompok generasi pertama dari para pekerja paksa dari India, rata
rata dari mereka memiliki kemampuan baca tulis yang baik termasuk kemampuan
membaca kitab suci Al-Qur’an sehingga tak terlalu sulit untuk membentuk
struktur mayarakatnya sendiri termasuk dalam kepemimpinan pelaksanaan sholat,
pengajaran dan sebagainya. sholat berjamaah masih dilaksanakan di rumah karena
belum adanya masjid, namun semangat itu telah sangat membantu mengokohkan
identitas ke-Islaman mereka serta menunjukkan ukhuwah yang kuat.
Di tahun 1898 Mulla
Mirza Khan tiba di Fiji dari India sebagai imigran dan membantu penguatan
da’wah Islam di Fiji karena keterlibatannya secara aktif dalam dunia pendidikan
dan keagamaan. Dua tahun setelah itu atau di tahun 1900 sebuah masjid pertama
dibangun di Navua di atas lahan yang disediakan
oleh Perusahaan Gula Fiji kemudian menyusul pembangunan Masjid Kecil dan
Sekolah di Nausori di atas
lahan yang disediakan oleh Perusahaan Refineri Gula Kolonial, dan sebuah Masjid
lainnya dibangun di Labasa tahun 1902. Di tahun 1908 ada sekitar 4000 muslim di
Fiji dan sepertiga dari mereka saat itu masih berstatus sebagai para pekerja
paksa.
Organisasi Islam di
Fiji
Di tahun 1915
organisasi muslim pertama di Fiji dibentuk di Nausori
dengan nama the Anjuman
Hidayat-e-Islam, ditahun yang sama the Anjuman Hidayat ul-Islam mengeluarkan petisi kepada pemerintah setempat
untuk mengakui pernikahan yang dilaksanakan secara Islam dan meminta mengangkat
seorang Kadi (semacam penghulu pernikahan) untuk wilayah Suva.
Masjid Noor saat senja datang |
Setahun kemudian, di
tahun 1916 organisasi Islam Anjunan Isha Ithul Islam terbentuk di Lautoka, dalam upaya muslim di Lautoka untuk membangun masjid
disana. Suva yang merupakan Ibukota pemerintahan Fiji, kala itu belum memiliki
masjid ataupun sekolah bagi sekitar 70 muslim disana, namun jumlah mereka
mengali peningkatan pesat di tahun 1919, kemudian dibentuk organisasi Anjuman-e-Islam bagi muslim yang
tinggal disana. dalam pertemuan para pengurus organisasi Islam di Masjid Jami
di Toorak, disepaki pembentukan Liga Muslim Fiji (The Fiji Muslim League) pada
tanggal 31 Oktober 1926.
Di tahun 1942
organisasi Islam bernama Maunatul
Islam Association of Fiji dibentuk untuk mewadahi kaum muslimin yang
bermazhab Syafi’e yang terdiri dari sekitar 30% dari keseluruhan muslim di
Fiji. Organisasi ini bergerak dengan nama "The India Maunatul Islam Association of Fiji”. Muslim
bermazhab Syafi’i ini merupakan kaum muslimin keturunan dari para pekerja paksa
muslim dari Malayalam yang di datangkan ke Fiji dari Kerala antara tahun 1903
hingga 1916.
Peran Muslim Fiji di
Dunia Pendidikan, Sosial dan Politik
Muslim di Fiji
terlibat aktif di dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah sekolah Islam.
Sekolah Islam tertua di Fiji dikenal dengan nama Suva Muslim Primary School (SD
Islam Suva) didiirikan tahun 1926 oleh Liga Muslim Fiji yang kini telah
memiliki dan mengelola 17 Sekolah Dasar Islam dan 5 SMP Islam diseluruh Fiji
ditambah dengan satu institut dengan nama the Islamic Institute of the South Pacific.
Sekolah sekolah
tersebut tidak hanya menerima murid dari kalangan muslim namun juga menerima
murida murid dari pemeluk agama lain yang berminat untuk sekolah disana.
disamping itu dengan di topang sumber pendanaan yang kuat dari para pendiri dan
dari Bank Pembangunan Islam (IDB) sekolah sekolah tersebut juga memberikan
bantuan bea siswa ataupun dana pinjaman pendidikan kepada para muridnya yang
kurang mampu. Termasuk membantu pendidikan mereka hingga ke luar negeri.
Masjid Lautoka |
Organisasi
organisasi muslim di Fiji juga terlibat aktif dalam aktivitas sosial bagi bagi
para anggotanya maupun secara umum baik berskala nasional maupun lokal,
termasuk terlibat aktif dalam penanganan bencana alam yang sempat menghantam
negara pulau tersebut. organisasi Islam di Fiji berperan secara aktif melakukan
tindakan tanggap bencana termasuk membuka masjid masjid yang selamat dari
bencana sebagai tempat perlindungan sementara bagi para pengungsi.
Sejak tahun 1929 Liga
Muslim Fiji telah berusaha untuk mendapatkan pemisahan perwakilan khusus bagi
muslim di kursi dewan legislatif negara dan sejak tahun 1970 berupaya untuk
menempatkan perwakilannya di parlemen. Kecuali antara tahun 1932-1937, muslim
Fiji telah terwakili dengan di Parlemen Fiji. Dari tahun 1937 – 1963 setidaknya
satu perwakilan muslim selalu masuk nomisasi untuk duduk di Dewan Legislatif
dari lima perwakilan Indo-Fijian. sehingga dengan sendirinya muslim mewakili
20% dari anggota Indo-Fujian di Dewan legislatif dengan kisaran 15% populasi
muslim di dalam kelompok masyarakat Indo-Fijian (warga Fiji Keturunan India).
Muhammad Sidiq Koya
menjadi muslim pertama yang terpilih untuk pertama kali duduk di dewan
perwakilan di tahun 1963 sehingga untuk pertama kalinya juga muslim Fiji
menempatkan dua perwakilannya di Dewan Legislatif dari enam kursi yang sediakan
bagi masyarakat Indo-Fijian. Satu perwakilan muslim lainnya adalah C.A. Shah
yang menduduki posisinya dari proses nominasi. Pada pemilu tahun 1966 dari 12
anggota legislatif mewakili Indo-Fijian merupakan muslim. mereka adalah Sidiq Koya, C.A. Shah, dan Mohammed Towahir Khan dari
Partai Federasi (Federation
Party) dan Abdul Lateef dari Partai Aliansi
(Alliance Party).***
------------------------
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA