Halaman

Sabtu, 24 Desember 2016

Masjid Maidan Al-Jazair Square, Tripoli

Masjid Jamal Abdul Naseer atau Masjid Maidan Sl-Jazair Square, masjid megah di pusat kota Tripoli, Libya. dahulunya adalah sebuah bangunan Katedral.

Libya, Selayang Pandang

Mungkin anda pernah menyaksikan film ‘Lion of the Desert (1981)” yang menceritakan tentang tokoh bernama Omar Mukhtar. Sejatinya Omar Mukhtar memang tokoh nyata yang merupakan pejuang kemerdekaan Libya dari penjajahan Italia. Omar Mukhtar di hukum mati oleh tentara penjajahan Italia tahun 1931. Dua puluh tahun setelah itu Libya memproklamirkan kemerdekaannya, dan lukisan wajah Omar Mukhtar diabadikan di uang dinar Libya, sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh pahlawan nasional Libya tersebut.

Nama Libya adalah penamaan oleh orang Yunani untuk menyebut seluruh wilayah Afrika Utara. Italia-lah yang kemudian menggunakan Nama itu untuk menyebut wilayah jajahannya yang kini dikenal sebagai Negara Libya. Libya merupakan salah satu negara di wilayah magribi, berada di sebelah utara benua Afrika, menghadap ke laut mediterania, berseberangan dengan benua Eropa. Sepanjang sejarahnya wilayah ini silih berganti penguasa terutama oleh beberapa kerajaan Eropa.

Tahun 647 pasukan Islam menyerbu wilayah Libya dari tiga penjuru dibawah pimpinan para sahabat nabi yakni Amru Bin Ash, Abdullah bin Sa’ad dan Uqba bin Nafi merebut seluruh wilayah Libya dari kekuasaan Bizantium dan kekuatan lainnya. Setelah itu Libya secara tradisi menjadi wilayah beberapa dinasti kekhalifahan Islam hingga ke khalifahan Usmaniyah yang berpusat di Istambul, Turki.  Namun kemudian Libya jatuh ke tangan Italia di tahun 1912 setelah Turki mengalami kekalahan dalam perang dunia pertama.

Masjid Maidan di tahun 2012 dan ketika masih berupa katedral di tahun 1960-an

Dalam perang dunia kedua Italia mengalami kekalahan dari pasukan sekutu. Adalah Idris al-Mahdi as-Sanussi yang merupakan Emir di wilayah Cyrenaica, mewarisi kekuasaan sejak masa kekuasaan Islam, memimpin perjuangan kemerdekaan Libya dan memproklamasikan kemerdekaan Libya pada tanggal 24 Desember 1951 sebagai kerajaan merdeka. Idris al-Mahdi as-Sanussi menjadi Raja pertama Libya merdeka, berkuasa selama 18 tahun.

Di tahun 1969 Raja Idris di kudeta oleh Kolonel Muamar Khadafi yang ketika itu baru berusia 27 tahun. Namun kemudian sejarah kembali berulang, setelah 42 tahun berkuasa giliran Khadafi yang di kudeta oleh berbagai faksi di Libya di dukung oleh pasukan NATO dan Uni Eropa. Muammar Khadafi terbunuh di kota Sirte tanggal 20 Oktober 2011. Sirte adalah kota kelahiran Muammar Khadafi dan di kota itu pula beliau wafat.

Paska tumbangnya pemerintahan Khadafi, Libya tak lagi benar benar utuh sebagai sebuah negara dengan satu pemerintahan. Pemerintahan yang terbentuk setelah itu tidak pernah benar benar berkuasa dan mengendalikan negara. Dari berbagai laporan media menyebutkan bahwa hingga hari ini Libya terpecah pecah dalam berbagai faksi dengan kekuatan dan wilayah kekuasaan mereka masing masing.

Sudah berdiri sejak zaman kolonial Italia dan masih bertahan hingga kini di pusat kota Tripoli.

Pemerintahan pusat Libya yang diakui PBB dan negara negara dunia, tidak memiliki pengalaman dan kekuatan untuk menegakkan kewibawaan pemerintahan negara karena tidak memiliki angkatan bersenjata nasional yang dapat diandalkan untuk mengendalikan kondisi negaranya sendiri. Sementara kekuatan asing yang tadinya disambut hangat untuk menggulingkan rezim khadafi “lepas tangan” dengan buruknya situasi setelah itu.

Islam telah memerintah di wilayah Libya selama hampir 13 abad meski dengan silih berganti dinasti. Dengan sejarah pemerintahan yang begitu panjang maka wajar bila mayoritas penduduk Libya beragama Islam, dan paska runtuhnya pemerintahan Khadafi beberapa faksi Islam pun bersikukuh untuk menegakkan syariat Islam di negara tersebut, ide yang tak sejalan dengan faksi lainnya dan menjadi salah satu amunisi ke-engganan masing masing faksi untuk tunduk kepada pemerintahan Negara yang berpusat di Tripoli.

Tentang kota Tripoli Sepintas Lalu

Tripoli merupakan ibukota negara Libya sekaligus kota terbesar di negara tersebut, dulunya merupakan pusat dari wilayah Tripolitania, salah satu nama yang dinisbatkan kepada wilayah Libya. Nama Libya baru digunakan tahun 1934 oleh Italia yang menjajah wilayah itu.  Di pusat kota Tripoli terdapat sebuah lapangan yang disebut Al-Jazair Square, tempat salah satu bangunan penanda kota ini berdiri, yakni Masjid Maidan Al-Jazair Square atau Masjid Jamal Abdel Nasser.

Tampak samping Masjid Maidan

Dilapangan yang berada di depan masjid ini seringkali dijadikan tempat pavorit warga Libya untuk berkumpul dan berorasi menyuarakan kebebasan berpendapat di muka umum paska keruntuhan pemerintahan Libya dibawah Presiden Muammar Khadafi.  Masjid Maidan ini juga merupakan bangunan dari masa pemerintahan mendiang Muammar Khadafi. Awalnya bangunan ini adalah sebuah katedral katholik yang terkenal dengan nama Tripoli Cathedral atau dalam Bahasa Italia disebut La Cattedrale di Tripoli.

Sejarah Masjid Maidan

Bangunan masjid Maidan ini awalnya merupakan sebuah katedral katholik Roma yang pertama kali dibuka secara resmi pada tahun 1928. Proses pembangunannya juga melibatkan seorang interior designer dari Libya yang bernama Othman Nejem. Pembangunannya di arsiteki oleh arsitek Italia Saffo Panteri, dengan rancangan gaya Romanesque dilengkapi dengan kubah besar di atapnya. Sedangkan Menara loncengnya dihias dengan ukiran gaya Venetian. Kala itu Katedral ini merupakan gereja katholik kedua yang dibangun di Tripoli setelah gereja Santa Maria degli Angeli, yang dibangun oleh komunitas orang orang Malta di Tripoli pada tahun 1870.


Ada sekitar 50,000 umat katholik di Libya sebagian besar tinggal di wilayah Tripoli dan sekitarnya atau kurang dari satu persen dibandingkan dengan penduduk Libya secara keseluruhan. Kebanyakan dari penganut Katholik di Libya merupakan orang berdarah Itali, Malta, Imigran dari Philipina dan para warga migran lainnya. Sebagian besar dari mereka bahkan sudah meninggalkan Libya tahun 2010-2015 saat pecah perang saudara di Libya.

Di Ubah menjadi Masjid Maidan

Di Masa kekuasan Muammad Khadafi, sekitar tahun 1970 atau tahun 1990-an bangunan katedral tersebut di konversi menjadi bangunan masjid dengan nama Masjid Maidan Al-Jazair Square. Perubahan fungsi dari katedral menjadi masjid telah merubah bangunan ini secara total meski pola bangunan lama masih tampak pada bangunan masjid ini. Hampir keseluruhan pernak Pernik dari bangunan lama dibongkar dan diganti dengan rancangan baru bergaya arabia. Bangunan tersebut masih difungsikan sebagai masjid hingga hari ini. ***

2 komentar:

  1. Perkenalkan kak, saya Dela Meisuda salah satu mapala IPB, Boleh berbagi lebih detail lebih dalam gimana cerita-cerita kakak di Pulau Natal ini?

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA