Masjid Jamal Abdul Naseer atau Masjid Maidan Sl-Jazair Square, masjid megah di pusat kota Tripoli, Libya. dahulunya adalah sebuah bangunan Katedral. |
Libya, Selayang Pandang
Mungkin anda pernah menyaksikan film ‘Lion of the Desert (1981)” yang
menceritakan tentang tokoh bernama Omar Mukhtar. Sejatinya
Omar Mukhtar
memang tokoh nyata yang merupakan pejuang kemerdekaan Libya dari penjajahan
Italia. Omar Mukhtar di hukum mati oleh tentara penjajahan Italia tahun 1931.
Dua puluh tahun setelah itu Libya memproklamirkan kemerdekaannya, dan lukisan
wajah Omar Mukhtar diabadikan di uang dinar Libya, sebagai bentuk penghormatan
kepada tokoh pahlawan nasional Libya tersebut.
Nama Libya adalah penamaan oleh orang Yunani untuk menyebut seluruh wilayah
Afrika Utara. Italia-lah yang kemudian menggunakan Nama itu untuk menyebut
wilayah jajahannya yang kini dikenal sebagai Negara Libya. Libya merupakan salah
satu negara di wilayah magribi, berada di sebelah utara benua Afrika, menghadap
ke laut mediterania, berseberangan dengan benua Eropa. Sepanjang sejarahnya
wilayah ini silih berganti penguasa terutama oleh beberapa kerajaan Eropa.
Tahun 647 pasukan Islam menyerbu wilayah Libya dari tiga penjuru dibawah
pimpinan para sahabat nabi yakni Amru
Bin Ash, Abdullah bin Sa’ad dan Uqba bin Nafi merebut seluruh wilayah
Libya dari kekuasaan Bizantium dan kekuatan lainnya. Setelah itu Libya secara
tradisi menjadi wilayah beberapa dinasti kekhalifahan Islam hingga ke
khalifahan Usmaniyah yang berpusat di Istambul, Turki. Namun kemudian Libya jatuh ke tangan Italia di
tahun 1912 setelah Turki mengalami kekalahan dalam perang dunia pertama.
Masjid Maidan di tahun 2012 dan ketika masih berupa katedral di tahun 1960-an |
Dalam perang dunia kedua Italia mengalami kekalahan dari pasukan sekutu. Adalah Idris al-Mahdi as-Sanussi yang merupakan Emir di wilayah Cyrenaica, mewarisi kekuasaan sejak masa kekuasaan Islam, memimpin perjuangan kemerdekaan Libya dan memproklamasikan kemerdekaan Libya pada tanggal 24 Desember 1951 sebagai kerajaan merdeka. Idris al-Mahdi as-Sanussi menjadi Raja pertama Libya merdeka, berkuasa selama 18 tahun.
Di tahun 1969 Raja Idris di kudeta oleh Kolonel Muamar Khadafi yang
ketika itu baru berusia 27 tahun. Namun kemudian sejarah kembali berulang,
setelah 42 tahun berkuasa giliran Khadafi yang di kudeta oleh berbagai faksi di
Libya di dukung oleh pasukan NATO dan Uni Eropa. Muammar Khadafi terbunuh di
kota Sirte tanggal 20 Oktober 2011. Sirte adalah kota kelahiran Muammar Khadafi
dan di kota itu pula beliau wafat.
Paska tumbangnya pemerintahan Khadafi, Libya tak lagi benar benar utuh
sebagai sebuah negara dengan satu pemerintahan. Pemerintahan yang terbentuk
setelah itu tidak pernah benar benar berkuasa dan mengendalikan negara. Dari
berbagai laporan media menyebutkan bahwa hingga hari ini Libya terpecah pecah
dalam berbagai faksi dengan kekuatan dan wilayah kekuasaan mereka masing
masing.
Sudah berdiri sejak zaman kolonial Italia dan masih bertahan hingga kini di pusat kota Tripoli. |
Pemerintahan pusat Libya yang diakui PBB dan negara negara dunia, tidak memiliki pengalaman dan kekuatan untuk menegakkan kewibawaan pemerintahan negara karena tidak memiliki angkatan bersenjata nasional yang dapat diandalkan untuk mengendalikan kondisi negaranya sendiri. Sementara kekuatan asing yang tadinya disambut hangat untuk menggulingkan rezim khadafi “lepas tangan” dengan buruknya situasi setelah itu.
Islam telah memerintah di wilayah Libya selama hampir 13 abad meski
dengan silih berganti dinasti. Dengan sejarah pemerintahan yang begitu panjang
maka wajar bila mayoritas penduduk Libya beragama Islam, dan paska runtuhnya
pemerintahan Khadafi beberapa faksi Islam pun bersikukuh untuk menegakkan
syariat Islam di negara tersebut, ide yang tak sejalan dengan faksi lainnya dan
menjadi salah satu amunisi ke-engganan masing masing faksi untuk tunduk kepada pemerintahan
Negara yang berpusat di Tripoli.
Tentang
kota Tripoli Sepintas Lalu
Tripoli merupakan ibukota negara Libya sekaligus kota terbesar di negara
tersebut, dulunya merupakan pusat dari wilayah Tripolitania, salah satu nama
yang dinisbatkan kepada wilayah Libya. Nama Libya baru digunakan tahun 1934
oleh Italia yang menjajah wilayah itu. Di
pusat kota Tripoli terdapat sebuah lapangan yang disebut Al-Jazair Square,
tempat salah satu bangunan penanda kota ini berdiri, yakni Masjid Maidan
Al-Jazair Square atau Masjid Jamal Abdel Nasser.
Tampak samping Masjid Maidan |
Dilapangan yang berada di depan masjid ini seringkali dijadikan tempat pavorit warga Libya untuk berkumpul dan berorasi menyuarakan kebebasan berpendapat di muka umum paska keruntuhan pemerintahan Libya dibawah Presiden Muammar Khadafi. Masjid Maidan ini juga merupakan bangunan dari masa pemerintahan mendiang Muammar Khadafi. Awalnya bangunan ini adalah sebuah katedral katholik yang terkenal dengan nama Tripoli Cathedral atau dalam Bahasa Italia disebut La Cattedrale di Tripoli.
Sejarah Masjid Maidan
Bangunan masjid Maidan ini awalnya merupakan sebuah katedral katholik
Roma yang pertama kali dibuka secara resmi pada tahun 1928. Proses
pembangunannya juga melibatkan seorang interior designer dari Libya yang
bernama Othman Nejem. Pembangunannya
di arsiteki oleh arsitek Italia Saffo
Panteri, dengan rancangan gaya Romanesque
dilengkapi dengan kubah besar di atapnya.
Sedangkan Menara loncengnya dihias dengan ukiran gaya Venetian. Kala itu
Katedral ini merupakan gereja katholik kedua yang dibangun di Tripoli setelah
gereja Santa Maria degli
Angeli, yang dibangun oleh komunitas orang orang Malta di
Tripoli pada tahun 1870.
Ada sekitar 50,000 umat katholik di Libya sebagian besar tinggal di
wilayah Tripoli dan sekitarnya atau kurang dari satu persen dibandingkan dengan
penduduk Libya secara keseluruhan. Kebanyakan dari penganut Katholik di Libya
merupakan orang berdarah Itali, Malta, Imigran dari Philipina dan para warga migran
lainnya. Sebagian besar dari mereka bahkan sudah meninggalkan Libya tahun
2010-2015 saat pecah perang saudara di Libya.
Di Ubah menjadi Masjid Maidan
Di Masa kekuasan Muammad Khadafi, sekitar tahun 1970 atau tahun 1990-an bangunan katedral tersebut di konversi menjadi bangunan masjid dengan nama Masjid Maidan Al-Jazair Square. Perubahan fungsi dari katedral menjadi masjid telah merubah bangunan ini secara total meski pola bangunan lama masih tampak pada bangunan masjid ini. Hampir keseluruhan pernak Pernik dari bangunan lama dibongkar dan diganti dengan rancangan baru bergaya arabia. Bangunan tersebut masih difungsikan sebagai masjid hingga hari ini. ***
Perkenalkan kak, saya Dela Meisuda salah satu mapala IPB, Boleh berbagi lebih detail lebih dalam gimana cerita-cerita kakak di Pulau Natal ini?
BalasHapus:)
Hapus