Halaman

Minggu, 11 Desember 2016

Masjid Agung At-Taqwa Kutacane Aceh Tenggara

Masjid megah seperti masjid masjid Eropa. Masjid Agung At-Taqwa Kutacane menjadi landmark baru bagi kabupaten Aceh Tenggara.

Kutacane adalah ibukota kabupaten Aceh Tenggara di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Wilayah Aceh Tenggara berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah timur dengan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan.

Di Kutacane sejak tahun 1956-1962 sudah berdiri sebuah Masjid Agung At-Taqwa yang berada di komplek pelajar Babussalam di pusat kota Kutacane yang dibangun secara bergotong royong oleh masyarakat muslim disana. Kini masjid tersebut sudah bermetamarfosis menjadi sebuah masjid agung modern dengan rancangan yang sangat apik menghadirkan sebuah masjid bergaya Eropa dengan sentuhan seni islami Aceh yang sangat kental.

Lokasinya yang strategis di tengah-tengah kota dan terlihat jelas jika memasuki Ibu Kota Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara apalagi di lihat dari dataran tinggi di pegunungan Mbarung dan puncak Gunung Pokhkisen (TNGL) di ketinggian 2828 mdpl. Pada waktu malam hari masjid agung At-Taqwa terlihat lebih indah dan memukau dengan tata cahaya nya yang memang diatur dengan baik sejak proses perencanaannya.

Masjid Agung At-Taqwa Kutacane
Jl Cut Nyak Dhien, Kute Kutacane Kecamatan Babussalam,
Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh 24651.
Indonesia



Masjid Agung At-Taqwa sudah berdiri sejak masa pemerintahan yang pada saat itu daerah Tanah Alas dan Gayo Lues masih merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Tengah. Untuk wilayah Tanah Alas dan Gayo Luwes ditunjuk seorang Kepala Perwakilan Kabupaten Aceh Tengah yang dijabat oleh Letkol Syahadat selama sebelas tahun.

Pembangunan Masjid Agung At-Taqwa hampir bersamaan dengan pembangunan Komplek Pelajar Babussalam tahun 1956-1962. Pembangunan tersebut dipimpin oleh Letkol Syahadat (patih) sebagai Kepala Perwakilan Kabupaten Aceh Tengah bersama Mayor Amin Komandan Sektor VII (Kodim) kemudian komplek pelajar Babussalam tersebut di resmikan oleh Gubernur Kepala Daerah (KDH) Istimewa Aceh Ali Hasjmy pada tanggal 9 Juli 1962. Prasasti peresmiannya terdapat di tugu Kampung Pelajar Babussalam.

METAMORFOSIS Masjid Agung At-Taqwa Kutacane. Gambar 1 adalah foto Masjid Jami di Kutacane pada masa penjajahan Belanda, Gambar 2 : Masjid Agung At-Taqwa pada masa Letkol Syuhada, gambar 3 : Masjid Agung At-Taqwa Kutacane pada masa Bupati T. Johan Syahbudin SH, Gambar 4 : Masjid Agung At-Taqwa Kutacane saat ini.

Jauh sebelum pembangunan Masjid Agung At-Taqwa di masa Letkol Syahadat, dalam rekaman sejarah koleksi Topen Museum Belanda, wilayah Aceh Tenggara telah memiliki Masjid ber-arsitektur masjid khas Nusantara dengan atap limas bertingkat. Perubahan arsitektur masjid ini dari masa ke masa cukup signifikan hingga ke bentuknya saat ini, namun bila mencermati bentuk terahir masjid ini sebelum di bangun ke bentuknya saat ini ada beberapa kemiripan meskipun sedikit.

Pada saat dibangun dimasa pemerintahan Letkol Syahadat sekitar tahun 1956-1962, berupa Masjid sederhana yang dibangun di atas tanah yang tidak begitu luas dan dari dahulu berdekatan dengan Lapangan Jenderal Ahmad Yani, karena lokasi masjid tersebut adalah tempat yang strategis di tengah-tengah kota, pusat pemerintahan dan perekonomian daerah dan pusat perdagangan.

Kabupaten Aceh Tenggara dibentuk pada tahun 1974 berdasarkan Undang Undang nomor 4/1974 dengan pusat pemerintahan di Kutacane. Peresmian Kabupaten Aceh Tenggara dilakukan oleh menteri dalam negeri, Amir Machmud pada tanggal 26 Juni 1974. Pada hari itu juga Gubernur Daerah Istimewa Aceh A. Muzakkir Walad melantik Syahadat sebagai Pejabat Bupati Kabupaten Aceh Tenggara. Pada tanggal 24 Juli 1975 Syahadat secara definitif diangkat sebagai Bupati Aceh Tenggara yang pertama. Pembangunan infrastruktur penunjang sebagai daerah Otonomi Baru pun dilaksanakan di berbagai sector termasuk pembangunan Masjid Agung At-Taqwa Kutacane sebagai Masjid Agung Kabupaten Aceh Tenggara.

Aerial View Masjid Agung At-Taqwa Kutacane 

Bupati Aceh Tenggara T. Johan Syahbudin SH. melakukan perluasan dan membangun Masjid tersebut. Berbagai sumber danapun di galang guna untuk membangun masjid At-Taqwa, salah satunya bantuan dari presiden Soeharto, pada tanggal 31 Maret 1985 melalui Menteri/Sekretaris Negara, Sudharmono, SH, menyerahkan bantuan Presiden untuk pembangunan Masjid Agung At-Taqwa di Kutacane, Aceh Tenggara. Bantuan sebesar Rp 250 juta itu diterima oleh Bupati Aceh Tenggara, T. Johan Syahbudin, SH. (Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988″, hal 307-308).

Masjid Agung Attaqwa saat ini

Pada bulan Oktober tahun 2009 dimasa pemerintahan Bupati H. Hasanuddin B, Masjid Agung At-Taqwa mulai dibangun ulang di atas lahan seluas 1,5 hekar, lokasinya kini sudah berada di pusat perkantoran Kabupaten Aceh Tenggara. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan oleh Gubernur Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Pembangunan masjid ini menelan dana sebesar Rp 72 miliar, dari berbagai sumber dana termasuk dari sumbangan Gubernur Aceh sebesar Rp 10 miliar, APBK Rp 7,5 miliar, sumbangan dari pengusaha Abu Rizal Bakhrie Rp 500 juta, pengusaha Lukman CM Rp 200 Juta, bantuan dari dana aspirasi anggota DPRA Rp 465 Juta dan sumbangan masyarakat Rp 56 Juta.

Masjid Agung At-Taqwa Kutacane diresmikan pada hari Jum’at tanggal 8 April 2016 oleh Sekretaris Daerah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Dermawan bersama DPR RI, Ade Komaruddin, Bupati Aceh Tenggara, Ir. H. Hasanuddin dan dihadiri ribuan tamu undangan dari berbagai daerah di Aceh. Peresmian ditandai dengan pemukulan beduk dan penandatangan prasasti.

Interior Masjid Agung At-Taqwa Kutacane

Dalam sambutannya Sekda Aceh berharap agar Masjid Agung tersebut dapat memacu perkembangan ilmu pengetahuan, dakwah dan syiar Islam di Aceh Tenggara. Sementara itu, Ketua DPR RI, Ade Komaruddin mengatakan, Mesjid yang begitu megah ini merupakan wujud dari kerja keras pemerintah di Aceh dan warga Aceh Tenggara yang telah bersama-sama menyumbang dalam pembangunan masjid tersebut.  Setelah peresmian, masjid tersebut sepenuhnya dikelola oleh sebuah UPTD dari Dinas Syariat Pemerintah Aceh Tenggara yang secara  khusus bertugas untuk pemeliharaan bangunan tersebut.

Arsitektur Masjid Agung At-Taqwa

Gaya Eropa rasa Aceh, sepertinya kalimat yang tepat untuk menyebut arsitektur Masjid Agung At-Taqwa Kutacane ini. Bangunan masjid tinggi besar dan megah dengan kubah besar di atapnya merupakan ciri dari masjid masjid dinasti Usmaniyah Turki yang berpusat di Istambul. Rancangan geometris kotak kotak seperti rancangan pada Menara dan kisi kisi jendela merupakan ciri khas bangunan bertema minimalis.

Bentuk kisi kisi pada jendela masjid ini mengingatkan pada bentuk yang sama dengan bangunan masjid sebelumnya. beberapa bentuk dasar bangunan masjid ini memang terasa memiliki kesamaan dengan bangunan sebelumnya. Denah bangunan masjid dibuat simetris dengan empat bentuk beranda di ke empat sisinya yang masing masing beranda di lengkapi dengan satu kubah lebih kecil di bagian atapnya, sehingga secara keseluruhan menampilkan bangunan masjid megah dengan multi kubah di bagian atap dan empat Menara di ke empat penjuru bangunan masjid.

Peresmian Masjid Agung At-Taqwa Kutacane oleh Sekda Provinsi Aceh, Dermawa

Sentuhan Aceh sangat terasa dari ornamen hias yang ditempatkan sebagai garis horizontal pada dinding luar bagian atas masjid, rasa Aceh juga terdapat pada ragam hias kaca patri jendela dan ragam hias interiornya. Penggunaan warna gelap pada bagian dinding luar membuat warna emas pada kubah kubah masjid ini tampak begitu menonjol begitupun dengan putihnya kisi kisi jendela pada bangunan utama dan pada bagian bawah kubah kubahnya.

Interior masjid dikerjakan dengan cukup detil dan teliti menyajikan ragam kaligrafi bewarna emas di tembok dinding bagian dalam pada serta beragam ornamen lainnya yang turut memperindah tampilan interior masjid ini. tema minimalis moderen mendominasi interior masjid ini dengan penggunaan warna warna natural, bukaan jendela jendela kaca yang begitu banyak di sisi bawah kubah dan jendela jendela besar dan tinggi hampir di sekeliling bangunan memberikan pencahayaan alami ke dalam ruangan.

Masjid Agung At-Taqwa memiliki luas bangunan 2.675 m, berdiri di atas area seluas 14.118 meter persegi (1,5 hektare) dengan kapasitas mencapai 4.000 jamaah, menjadikan masjid ini sebagai masjid terbesar dan termegah di kabupaten Aceh Tenggara. Masjid ini juga dirancang tahan gempa dan diperkirakan mampu bertahan secara alami hingga 300 tahun dan tahan terhadap gempa berkekuatan hingga 9,0 Skala Richter.***


3 komentar:

Dilarang berkomentar berbau SARA