Halaman

Minggu, 23 Oktober 2016

Masjid Lala Mustafa Paşa Famagusta Cyprus

Berada cukup jauh dari ibukota negara di Nicosia, Masjid Lala Pasha di Famagusta ini terlihat menawan berdiri kokoh ditengah kota berlatar laut mediterania.

Cyprus adalah sebuah pulau yang berada di laut mediterania, laut yang memisahkan benua Afrika di selatan dengan benua Eropa di sebelah utara. Pertikaian politik masa lalu telah membagi wilayah pulau Cyprus menjadi empat wilayah yakni dua entitas negara, masing masing adalah Republik Cyprus di bagian selatan dan Republuk Cyprus Turki di sisi utara pulau tersebut. Diantara dua entitas negara tersebut dipisahkan oleh satu zona netral yang di kontrol oleh PBB dan sebagian kecil lagi wilayahnya yang berada disisi Cyprus selatan menjadi wilayah enclave militer Inggris yang mendapatkan mandat dari PBB untuk menjaga wilayah zona netral diantara kedua negara tersebut.

Secara administratif kedua negara tersebut sama sama beribukota di Nicosia, kota tua yang juga terbagi dua ke dalam dua entitas negara tersebut, diantara dua bagian kota yang terbelah tersebut juga membentang wilayah zona netral yang dikontrol oleh PBB. Karena masa lalunya juga, Cyprus di selatan kadangkala juga disebut sebagai Cyprus Yunani untuk membedakannya dengan negara Cyprus disebelah utara.

sebelum menjadi masjid bangunan ini sebelumnya adalah Katedral Santo Nikolas

Berawal sebagai Katedral St Nicholas

Di Famagusta sejak tahun 1298 sudah berdiri sebuah bangunan tua yang kini dikenal dengan nama Masjid Lala Mustafa Paşa. Bangunan ini sebelumnya merupakan sebuah Katedral, yang bernama Katedral Santo Nicholas. Bangunan tersebut kemudian di-ubah-suai-kan menjadi masjid. Bangunan ini memiliki sejarah yang kuat terkait dengan kerajaan Cyprus di masa lalu, di ruangan utama masjid ini saat masih menjadi Katedral disebut ruang Nave merupakan tempat penobatan dinasti Lusignans sebagai raja Cyprus.

Cerita tutur menyebutkan gereja ini juga merupakan tempat penobatan Dinasti Lusignan dari Prancis sebagai Raja Jerusalem di pengasingan, meskipun hal tersebut hanyalah seremonial belaka karena faktanya pasukan tentara Salib (Crusader) gagal menaklukkan pasukan Islam, dalam upaya mereka merebut Jerussalem di Palestina di tahun 1291, kemudian para bangsawan Prancis melarikan diri ke Cyprus untuk membentuk Kerajaan Jerusalem di pengasingan.

Lala Mustafa Paşa Camisi
Mahmut Celaleddin Sk, Gazimağusa



Gaya gotik yang kental pada bangunan ini sangat mirip dengan Katedral Agung Rheims di kota Paris, Prancis terutama menara kembarnya. Mirip dengan Katedral St. Sophia di Nicosia (kini menjadi Masjid Selimiye) dan Bellapais Abbey, semuanya terlihat seperti sebuah karya agung dari Arsitek Prancis, hal tersebut dapat difahami manakala satu realita bahwa Raja dari Cyprus dari tahun 1190 hingga 1489 dimana semuanya berasal dari dinasti Lusignan Prancis, setidaknya gereja mereka merupakan Cyprus yang sudah ter-Prancisi-sasi.

Di Konversi Menjadi Masjid

Bagian atas menara masjid ini mengalami rusak parak akibat bombardir pasukan dinasti Usmani yang menyerbu Cyprus tahun 1571 dan ketika pasukan Turki Usmani mengambil alih kota Famagusta dari kekuasaan Venesia yang berkuasa di Cyprus sejak tahun 1489. Sejak saat itu wilayah Cyprus menjadi bagian dari wilayah dinasti Turki Usmani. Di tahun yang sama bangunan Katedral Santo Nikolas di-ubahsuai-kan menjadi Masjid, semua pernik kristiani berganti Islami. Konon dulunya disekitar bangunan ini ada begitu banyak makam makam kuno yang kemudian di bongkar di tahun yang sama menyisakan hanya beberapa.

Interior Masjid yang sudah di ubah suai

Beberapa diantaranya adalah makam para bangsawan termasuk James II the Bastard dan Bayi laki-laki-nya, James III, dan dua penguasa terahir dinasti Lusignan tahun 1473 dan 1474, dan kini menjadi bagian dari masjid tersebut. Gempa telah beberapa kali merusak bangunan ini salah satunya gempat tahun 1735 sehingga ahirnya ditambahkan tiang tiang penopang untuk menahan beban struktur atap dan dinding bangunan. Bangunan ini juga memiliki pernik bersejarah diantaranya adalah Jendela James II yang berisi pernyataan hak keningratannya menyerahkan Cyprus kepada Dinasti Doge dari Vanisia tahun 1489.

Sebuah bangunan menara kemudian ditambahkan yang merupakan penyesuaian dari bangunan menara asli di sisi utara, sementara menara yang lain hanya tersisa bagian bawahnya saja. Nama lengkap bangunan itu kini  berubah menjadi Masjid Lala Mustafa Pasha. Beberapa bagian bangunan telah diubahsuaikan sebagai masjid, semua bentuk gambaran manusia termasuk patung, ukiran dinding maupun mozaik kaca jendela disingkirkan dari masjid atau ditutup dengan plester semen, namun demikian semua aspek jejak jejak gaya Gotik tetap terjaga pada bangunan ini hingga kini, termasuk pintu masuk berkanopi di sisi timur bangunan yang berkarakter Katetdral Prancis. Interior bangunan berubah total sebagaimana layak nya ruang sholat, dengan hamparan karpet sajadah, lengkap dengan mimbar dan mihrab. Ruang dalam masjid ini berukuran panjang 55m dan lebar 23m.

Pohon tertua di Cyprus ada di depan masjid Lala Mustafa Pasha ini.

Sebagaimana kebanyakan bangunan tua di mediterania, bangunan masjid ini dibangun dengan atap yang rat. Fasad nya terdiri dari batu batu bewarna madu tua, membuatnya tampak begitu impresif diantara jalanan kota Famagusta yang sempit. Muka sisi baratnya dilengkapi dengan tiga bentuk beranda, salah satunya dibuat lebih lebar dibandingkan dengan dua lainnya.

Pohon Tertua di Cyprus

Salah satu pernik menarik lainnya dri Masjid Lala Mustafa Pasha ini adalah sebatang pohon yang berada di halaman depan masjid. Menurut penuturan para ahli botani, pohon tersebut ditanam di tempat tersebut berbarengan dengan pembangunan masjid tersebut sebagai Katedral di tahun 1298 yang berarti pohon tersebut sudah berumur lebih dari 700 tahun sebagaimana bangunan masjidnya. Ukurannya sangat besar dan menjadi peneduh bagi siapa saja yang sedang berada disana.

Masih menurut ahli botani, pohon tersebut masuk katagori Fig Tree yang merupakan tanaman tropis dari Afrika Timur, nama Ilmiahnya dalah “Ficus Sycomorus”. Uniknya pohon ini akan kehilangan semua daunnya di bulan Februari dan memberikan kesan bahwa pohon tersebut sudah mati, namun sebulan kemudian perlahan lahan bermunculan daun daun baru dan pohon tersebut kembali menghijau royo royo. Karena sejarahnya, pohon tersebut didastarkan sebagai cagar budaya oleh Department of Culture's National Heritage dan berada dibawah pengawasan Department of Forestry Famagusta Office.***

Baca juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA