Mauritius adalah sebuah negara pulau yang
terletak di Samudera Hindia sebelah barat daya, berjarak sekitar 900km kea rah timur
dari pulau Madagaskar atau sekitar 2000km dari lepas pantai benua Afrika bagian
Tenggara. Mauritius terdiri dari Pulau Mauritius sebagai pulau terbesar dan
beberapa pulau kecil lainnya yang berdekatan yakni pulau Cargados Carajos,
Rodrigues dan Kepulauan Agalega. Pulau Mauritius memilki luas 1.836km2
atau sedikit lebih kecil dibandingkan dengan pulau Morotai di provinsi Maluku
Utara yang memiliki luas 2.266km2. Mauritius merupakan negara
berbentuk Republik Parlementer dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala
negara dan seorang Perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Ibukotanya
berada di Port Louis di pulau Mauritius.
Masjid Jummah merupakan masjid
utama di kota Port Louis, Ibukota Mauritius. Disebut sebagai masjid Jummah atau
Masjid Jum’at karena memang masjid ini merupakan masjid yang digunakan untuk
pelaksanaan sholat Jum’at berjemaah. Hampir sama dengan halnya Masjid Jami’ di
Indonesia. Tidak semua masjid menyelenggarakan sholat Jum’at selain
penyelenggaraan sholat lima wajib lima waktu. Sebelumnya masjid ini dikenal
dengan nama Mosquée des Arabes atau Masjidnya orang Arab sebelum kemudian di ubah menjadi Masjid Jummah. Masjid
ini pertama kali dibuka pada tanggal 20 Oktober 1852 saat ini dikelola oleh
Cutchi Maiman Society.
Seperti kebanyakan masjid masjid yang berada di pusat kota, di depan masjid Jummah Port louis inipun ramai dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya. |
Masjid Jummah di Port Louis ini
telah menjadi salah satu penanda kota tersebut, aspek sejarahnya yang begitu
dominan serta arsitektural dan lokasinya yang strategis menjadikan masjid ini
salah satu objek kunjungan bagi wisatawan yang berkunjung kesana baik muslim
maupun non muslim, untuk sekedar menikmati detil ekterior dan interior masjid
ini hingga menikmati bentangan kota Port Louis dari atap masjid. Kunjungan bagi
wisatawan umum dibuka setiap waktu kecuali diwaktu sholat dan semua wisatawan
diminta untuk berpakaian sopan.
Masjid Jummah bukanlah satu
satunya masjid di Port Louis, masjid kedua yang dibangun setelah masjid ini
adalah masjid dengan ukuran lebih kecil di daerah yang kemudian dikenal dengan
Malabar Town, dengan daya tampung tidak lebih dari seratus jemaah dan berjarak
hanya beberapa kilometer dari pusat kota. Kementrian Pariwisata Mauritius
bahkan menyebut Masjid Jummah sebagai bangunan tempat ibadah terindah di
seluruh negara Mauritius.
The
Jummah Mosque Port Louis
Royal Road, A1,Queen St,Port Louis,Mauritius
Dari aspek sejarah, Masjid Jummah
Port Louis ini merupakan salah satu bangunan tempat ibadah paling penting dan
tertua di Mauritius. Lokasinya berada di ruas jalan Royal Street berdekatan
dengan kawasan China Town di jantung kota Port Louis. Sejak dibangun masjid ini
telah memainkan peranan vital bagi komunitas muslim Mauritius hingga hari ini.
Keberadaan masjid ini sudah
bermula dari tahun 1850, merupakan bagian dari rumah kediaman dari Jama Shah,
seorang ulama dari daerah Kutch, India, yang kemudian dibangun menjadi masjid.
Makam beliau berbalut batu pualam berada di samping masjid ini. Bangunan masjid
ini dibangun dengan perpaduan gaya arsitektur India, Creole dan Seni bina
Islam.
Masjid Jummah Port Louis disekitar tahun 1890 |
Di tahun 1852 sekelompok anggota
komunita pedagang di Port Louis terdiri dari Joonus Allarakia, Casseem Hemeem,
Joosub Satardeenah, Elias Hamode, Abdoollah Essack, Ab doorahim Allanah, Ismael
Ibrahim dan Omar Yacoob, membeli dua properti di Queen Street, Port Louis, dengan
total harga senilai Rs 6,800. Proses pembelian tersebut dilaksanakan pada
tangga 20 Oktober 1852, dari pembelian tersebut kemudian dibuat ketetapan
diantara para muslim bahwa para pengusaha musim telah melakukan pembelian
dengan ketetapan sebagai berikut,
... baik sebagian ataupun keseluruhannya,
dengan nama mereka sendiri ataupun mewakili keseluruhan jemaah muslim Mauritius
yang memberikan mereka kuasa. Pembelian tersebut dinyatakan bahwa sejumlah uang
yang digunakan untuk melakukan pembayaran properti tersebut bukan merupakan
uang milik mereka secara pribadi namun dari jemaah muslim Mauritius secara
keseluruhan. . . .
Dari Halaman tengah Masjid Jummah. |
Periode Masjid Orang Arab
Salah satu gedung dari dua
properti yang dibeli sementara waktu digunakan sebagai tempat ibadah selama
proses pembangunan masjid berlangsung. Ismael Jeewa yang memimpin para jemaah
sebagai imam. Di tahun 1853 sebuah masjid berukuran kecil telah selesai dibangun
dan sudah layak untuk digunakan untuk pelaksanaan sholat. Bacosse Sobedar, imam
dari masjid Camp des Lascars, yang kemudian menghias mihrab masjid baru
tersebut sehingga kemudian selama beberapa tahun masjid tersebut pun dikenal
dengan nama Mosquée des Arabes atau masjidnya orang Arab. Bangunan masjid
pertama tersebut yang kemudian masyarakat umum secara salah kaprah menyebutnya
sebagai masjid orang Arab, mampu menampung 200 orang Jemaah, merupakan bangunan
asli dari Masjid Jummah di Port Louis ini.
Periode Masjid Jummah
Seiring dengan semakin
meningkatnya populasi muslim di kota Port-Louis, dibutuhkan bangunan masjid
yang lebih luas untuk dapat menampung jemaah yang sudah membludak. Sehingga di
antara tahun 1857 dan 1877, para pengusaha muslim disana melakukan pembelian
terhadap tujuh petak lahan disekitar masjid dengan luas keseluruhan mencapai
tiga perempat hektar senilai Rs 134,260 dan kemudian dihibahkan untuk
pembangunan masjid.
Interior Masjid Jummah Port Louis, langgam bangunan dinasti Mughal sangat terasa. |
Sebagian dari dana pembelian
tersebut berasal dari dua sen Rupee yang disisihkan oleh para pengusaha muslim
yang melakukan perdagangan gandum dari setiap karung-nya, dana tersebut
dikumpulkan dari para pedagang muslim disana selama beberapa tahun. Dan dalam
salah satu dokumen pembelian disebutkan dengan tegas bahwa pembelian lahan
untuk perluasan masjid Jummah dilakukan oleh keseluruhan komunitas muslim
Mauritius. Dan pada ahirnya keseluruhan lahan disekitar masjid menjadi milik
masjid Jummah, yang berbatasan
langsung dengan empat ruas jalan yang disekitarnya yakni Royal Road, New Little Mountain (kini
menjadi Joseph Rivière), Queen and Little Mountain (kini menjadi Jalan Masjid Jummah).
Proyek perluasan dimulai tahun
1878 dengan pengawasan dari Jackaria Jan Mahomed. Artisans, dipimpin oleh Ishaq
Mistry, sedangkan material bangunan dikirim dari India. Namun penyakit yang
diderita oleh para pekerja dan kurangnya pasokan bahan bangunan membuat
penyelesaian pembangunan masjid tertunda hingga tahun 1895. Proyek perluasan
masjid tersebut menempati hampir keseluruhan lahan yang dibeli namun tetap
menyisakan sedikit ruang untuk disewakan kepada para pelaku bisnis.
bagian dari properti masjid Jummah. |
Sebagian besar penanganan ahir
bangunan masjid ini yang berhubungan dengan ke-ahlian khusus untuk pekerjaan
finishing interior dan ekterior ditangani oleh para pekerja berpengalaman yang
juga didatangkan langsung dari India, maka tidak mengherankan bila pengaruh
seni bina bangunan sangat kental di masjid ini. para pekerja dari India
tersebut tinggal di lokasi proyek pembangunan selama proses pembangunan
berlangsung. Sedangkan untuk biaya transportasi mereka dari India tidak terlalu
menjadi masalah karena beberapa anggota panitia pembangunan masjid ini juga
merupakan para pemilik kapal yang senantiasa berlayar pulang pergi
India-Mauritius dan sebaliknya.
Arsitektur bangunan perluasan
masjid ini merupakan paduan pengaruh dari Seni bangunan bangsa Moor (Maroko)
dan tentu saja pengarus seni bina bangunan Mughal (india). Bangunan masjid baru
dari proyek perluasan tersebut disatukan dengan bangunan masjid lama,
keseluruhan ruang masjid lama kini menjadi ruang sholat utama di terangi dengan
lampu gantung dari kaca. Sebatang pohon Almond India atau Pohon Badamia yang
memang sudah ada sebelum proyek perluasan masjid dilaksanakan dibiarkan berdiri
di tengah tengah pelataran masjid ini, yang merupakan bagian dari lahan yang
dibeli pertama kali untuk masjid lama di-tahun 1852.
Pengurus Masjid Jummah Mauritius
Imam masjid ini di jabat oleh Muhammad
Fakii Ali dari Kenya. Beliau juga menjadi kepala sekolah Madrasah di Masjid
Jummah yang salah satu kurikulumnya mengajarkan Hafalan Al-Qur’an. Upacara
kelulusan madrasah ini diselenggarakan malam hari disetiap tanggal 27 Ramadhan
bertepatan dengan masa masa Laylat al-Qadr. Khatib Masjid dijabat oleh Muhammad
Ishaq Qadiri Razvi dari Pakistan.
Dewan pengurus masjid ini dipilih
setiap tiga tahun oleh para anggota the Cutchi Maiman Society of Mauritius. Setelah
masa bakti tiga tahun diadakan pemilihan ulang atau diperpanjang masa baktinya.
Ketua Dewan Pengurus (Mutawalli) saat ini dijabat oleh Nissar Ahmad Ramtoola.***
---------------
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA