Halaman

Minggu, 18 September 2016

Masjid Agung Ngaoundere Kamerun

Masjid Agung Lamido, di kita Ngoundere, Kamerun

Ngaoundéré atau N'Gaoundéré adalah ibukota propinsi Adamawa di Kamerun. Kota dengan populasi 152,700 (sensus 2005). Kota ini merupakan ujung paling utara dari jalur kereta yang menghubungkannya dengan Yaoundé, Ibukota negara Kamerun. Kota ini terkenal dengan Istana Lamido dan Masjid Agung Lamido atau Masjid Agung Ngaoundéré.

Wilayah Ngaoundéré saat ini sebelumnya pernah menjadi ibukota Mbum. Namun kota yang kini ada merupakan kota yang didirikan oleh Etnis Fulani disekitar tahun 1835 oleh seorang pemimpin Etnis Fulani bernama Ardo Njobdi. Etnis Fulani berkuasa disini di abad ke 19 dan di tahun 1882 Ngaoundéré dikunjungi oleh Robert Flegel.


Ardo Muhammadu Abbo kemudian menandatangani perjanjian dengan penjelajah Jerman bernam Siegfried Passarge tahun 1894 dan serangkaian perjanjian dengan Jerman, Inggris dan Prancis, menempatkan daerah ini dalam pengaruh Prancis yang kuat. 

Tentara Jerman mencaplok kota ini dengan kekuatan penuh pada tanggal 20 September 1901. Pada 29 Juli 1915 kota ini menjadi ajang perang antara Jerman dan Inggris dalam perang dunia pertama di Kamerun. Namun ahirnya daerah tersebut jatuh ke tangan Prancis sampai ahirnya Kamerun memperoleh kemerdekaannya. 

Masjid Agung Lamdo

Masjid Agung Ngaoundéré

Masjid ini dibangun di lokasi yang sama dengan masjid sebelumnya yang lebih kecil. Denahnya merujuk kepada bentuk masjid masjid Afrika Utara pada era awal perkembangan Islam. Ruang sholat-nya berdenah segi empat memanjang dengan pintu masuk utama segaris lurus dengan mihrab.

Ruang sholat utamanya dibangun lebih tinggi dari ruangan disekitarnya, sejejeran jendela jendela kecil dibagian atas memberi ruang kepada sinar matahari masuk ke dalam masjid dengan cahaya yang tak telalu menyilaukan. Dua menara menjulang tinggi mengapit bangunan masjid.**

Baca Juga 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA