Masjid Raya Syahabuddin Siak Sri Indrapura dan Makam Raja Siak |
Arsitektur Masjid Syahabuddin
Masjid ini merupakan perpaduan kemajemukan arsitektur Masjid Nusantara,
pengaruh arsitektur Islam Mughal India terlihat pada atap kubah bawang, bukan
pada balok lengkung dan bentuk kusen nya. Karakter lokalnya tampak pada kubah
utama di atas ruang shalat ruang sholat dan juga kubah yang lebih kecil di atas
ruang mihrab. Pada interiornya terdapat mimbar kayu berukir diperkirakan seusia
dengan masjid ini. mimbar di dalam masjid ini mirip dengan kebanyakan mimbar
masjid masjid di pulau Jawa.
mesjid ini bentuknya khas dan unik. Di dalamnya ada ukiran kaligrafi
yang indah mengelilingi ruangan mesjid dan terdapat pula sebuah mimbar yang
terbuat dari kayu berukir indah bermotifkan daun, sulur dan bunga. Di ruang
utama, langit-langit berbentuk segi delapan dan ditopang delapan tiang yang
mengelilingi pusat ruang. Masjid dipenuhi ornamen-ornamen bewarna hijau
dan emas, Langit-langitnya tinggi dihiasi lampu gantung kristal. Di sebelah barat mesjid ini terdapat
pemakaman Sultan Syarif Kasim beserta permaisuri dan istrinya yang selalu
diziarahi. Komplek makam ini dibangun sebagai sebuah kolosium dengan gaya
modern karena memang dibangun sejak tahun 2002.
Masjid Raya Syahabuddin Siak Sri Indrapura |
Mengenal Kesultanan Siak Sri
Indrapura
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik
yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud
Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan.
Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang
banyak terdapat di situ.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan
Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan
di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang
memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut
cukai hasil hutan dan hasil laut.
Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah
II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu
itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu
lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.
Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun
Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Interior Masjid Raya Syahabuddin |
Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut
tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh
Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat
Syah.
Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa
bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang
cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak
mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik
mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir
Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di
Buantan.
Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan
kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah
kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa
pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil
Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri
Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan
Siak terakhir.
Bangunan baru dengan kubah bawang di bagian depan foto adalah kubah makam Sultan Syarif Khasim II dan raja raja Siak serta kerabatnya. |
Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul
Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 - 1908, dibangunlah istana
yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah
Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Dan oleh bangsa Eropa menyebutnya
sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari dari Timur).
Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan
terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke
Eropa yaitu Jerman dan Belanda. Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya
yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif
Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12
dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir
terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).
Sultan As-Sayyidi Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin II atau Sultan
Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893) adalah
sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun
menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.
Kuning merupakan warna kebesaran kesultanan melayu dengan sedikit sentuhan warna hijau |
Riau di bawah Kesultanan Siak
pada masa Sultan Syarif Kasim II
Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kashim
menghadapi 3 pilihan: berdiri sendiri sperti dulu, bergabung dengan Belanda,
atau bergabung dg Republik Indonesia. Sultan menentukan pilihan bergabung dengan
NKRI. Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau
pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau
berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik
Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu
Gulden. Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru
pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.
Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku
Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu. Pada tahun 1997 Sultan
Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan
Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah
Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid
Syahabuddin.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan
Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah
status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi
Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun
1999.***
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA