Warisan Sultan Siak Sri Indrapura. Masjid Syahabuddin merupakan masjid kabupaten sekaligus masjid bersejarah peninggalan kesultanan Siak Sri Indrapura di kota Siak |
Masjid Syahabuddin merupakan
masjid tertua di kota Siak Sri Indrapura, ibukota kabupaten Siak di Provinsi
Riau, masjid ini merupakan warisan dari Kesultanan Siak yang dibangun semasa
kekuasaan Sultan Siak ke-12, Sultan Syarif Kasim II. Sehingga masjid ini sering dikenal masyarakat dengan
sebutan Masjid Sultan Siak. Pasa masa kejayaan kesultanan Siak Sri
Indrapura Masjid ini menjadi salah satu pusat pengkajian Islam terbesar di Asia
Tenggara.
Sampai kini masjid tersebut masih
menjadi tempat ibadah warga kota Siak. Apa lagi masjid ini dilengkapi fasilitas
pendingin udara AC yang membuat ruangan masjid bertambah sejuk. Selama bulan
Ramadan pun banyak masyarakat yang menjatuhkan pilihannya untuk melaksanakan
salat fardu maupun sunah di masjid ini. Selain itu, di sebelah masjid juga
terdapat makam sultan.
Megah dalam balutan warna kuning khas melayu dengan sedikit sentuhan warna hijau |
Selain menjadi tempat beribadah,
masjid tersebut juga dijadikan lokasi wisata riligi. Berbagai tamu wisata baik
lokal maupun mancanegara sering singgah barang sejenak di masjid ini. Diantara
wisatawan lain, pengunjung dari negeri jiran Malaysia yang paling banyak
mengunjungi masjid ini. Karena memang Kesultanan Siak pada mulanya berawal dari
Kesultanan Johor di Malaysia.
Lokasi Masjid Syhabuddin Siak
Jl. Sultan Ismail Kota Siak Sri
Indrapura
Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia
Masjid Syahabuddin terletak di Jl
Sultan Ismail, tepat di
persimpangan dengan ruas jalan Datuk Pesisir di kota Siak yang berjarak
sekitar 30 meter dari bibir sungai Siak. Masjid berwarna kuning dengan polesan
cat hijau dibeberapa tiang penyangganyanya ini dikelilingi rerumputan hijau
yang menambah keindahan tersendiri. Ada dua bangunan megah dalam komplek masjid ini, yakni bangunan Masjid
Syahabuddin dan bangunan kedua yang mirip dengan bangunan masjid modern dengan
kubah bawang merupakan bangunan komplek pemakaman raja raja Siak, keluarga dan
kerabatnya.
Kehadiran masjid ini tidak hanya
sekedar menjadi tempat ibadah semata. Sejak dulu, Masjid Syhabuddin menjadi
pusat pendidikan islam terbesar di Asia Tenggara. Pada waktu itu, Sultan
mendatangkan guru-guru islam dari tanah Arab. Sejarah membuktikan, kerajaan
Siak tempo dulu merupakan pusat pendidikan Islam terbesar di Asia Tenggara.
Banyak negara sahabat seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand belajar
pendidikan Islam di Kesultanan Siak.
Teras Masjid Syahabuddin |
Asal Muasal Nama Syahabuddin
Nama masjid Syahabudin diambil dari nama suku Syahad dari keturunan
Sultan Kerajaan Siak yang berasal dari Arab, mulai dari Sultan ke-2 yaitu
Sultan Muhammad Ali. Sumber yang lain mengatakan bahwa Nama masjid ini diambil
dari nama imam Sayyid Osman Syahabuddin. Adapula yang mengartikan nama Masjid
ini sebagai perpaduan dari dua kata “syah” yang berarti penguasa dan “Addin”
yang berarti agama.
Sejarah Masjid Syahabuddin
Masjid Syahabudin yang pertama terletak di Jalan Syarif Kasim dibangun
tahun 1302 Hijriah bertepatan dengan tahun 1882 Miladiah, berdekatan dengan
istana kesultanan. Bangunan fisiknya terbuat dari kayu, di dalamnya terdapat
mimbar yang berukir dari Jepang. Kemudian masjid Syahabudin dipindahkan secara
permanen pembangunannya ke Jalan Sultan Ismail di tepi Sungai Siak, berjarak
lebih kurang 300 M dari istana As Seraya Hasniliyah Siak.
Masjid Syahabuddin dari jalan Sultan Syarif Khasim |
Masjid Syahabudin didirikan oleh Sultan yang ke-12 bernama Sultan
Assayyidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaefudin (Sultan Syarif Qasim II), dimulai
pada tahun 1927 dan selesai dibangun pada tahun 1935. Dana pembangunan masjid
tersebut berasal dari dana kerajaan dan partisipasi masyarakat Siak. Dalam
pelaksanaan pembangunan masjid, untuk menimbun tanah khususnya pondasi masjid
dilakukan secara gotong-royong oleh kaum ibu pada malam hari, mengingat masa
itu masih berlaku Adat Pingitan bagi kaum wanita (pada masa Pemerintahan Sultan
Syarif Qasim II).
Untuk menjadi imam pada masa itu persyaratannya telah lulus tes oleh
Qodi Siak di zaman Sultan pada masa itu. Kepengurusan Masjid Syahabudin
dikoordinir oleh Sultan Siak, karena itu yang menjadi imam dan khatib digaji
oleh Sultan Siak. Diantara mereka adalah: H. Abdul Wahid, Tuan Lebay Abdul
Muthalib, dan Imam Suhel.
Kemudian pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, seluruh aset
kerajaan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia, sehingga masjid
tersebut dijadikan masjid kecamatan. Dengan adanya pemekaran wilayah di
Provinsi Riau, Siak menjadi kabupaten, maka masjid itupun naik status menjadi
masjid kabupaten. Dengan demikian, selain bersatus sebagai masjid kabupaten,
masjid ini juga menjadi masjid bersejarah. (Bersambung ke bagian 2).
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA