|
Muslim Kazakhstan dalam kesibukan menyiapkan domba di hari raya Idul Adha di pekarangan masjid Agung Al-Maty. |
Tentang Kazakhstan
Republik Kazakhstan adalah sebuah
negara pecahan Uni Soviet yang memproklamirkan kemerdekaannya pada 16 Desember
1991. Secara geografis Kazakhstan berada di kawasan Asia Tengah, wilayahnya
terkunci di daratan tanpa akses sama sekali ke lautan. Luas Kazakhstan mencapai 2,724,900 Km2, bahkan lebih
luas dari luas gabungan seluruh negara Eropa Barat. Dengan luasnya itu
menjadikan negara ini sebagai Negara daratan tanpa lautan dengan wilayah
terluas di dunia, sekaligus menjadi negara bekas wilayah Soviet terluas kedua
setelah Rusia, dan negara terluas ke 9 di dunia.
Kazakhstan juga merupakan negara lintas
benua, sebagian besar wilayahnya masuk dalam kawasan Asia bagian Tengah dan
sebagian kecil lainnya masuk kawasan Eropa bagian Timur, sehingga memiliki
keuntungan geografis dan secara geopolitik layak diperhitungkan. Wilayahnya
yang terbentang dari barisan Pegunungan Altai di timur, hingga Laut
Kaspia di barat. Kazakhstan sering disebut dengan “Virgin Lands” karena beberapa
wilayahnya yang belum tersentuh sama sekali. Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia,
terutama di sebelah utara dan barat. Di sebelah timur, berbatasan dengan
Provinsi Xinjiang, Tiongkok, dan di sebelah selatan berbatasan dengan
Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan.
Kazakhstan, Al-Farabi & Boikonur
Kazakhstan merupakan tanah kelahiran Al-Farabi
(870-950), Ahli filsafat Islam dimasa kekuasaan dinasti Abasiyah, beliau berasal
dari Farab dan bernama asli Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' dikenal
di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. ia
mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya
terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik.
Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting
dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan
telah menciptakan bebagai alat musik.
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru
kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles
yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam
pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin
menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya
membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemerintah
Kazakhstan memberikan penghormatan kepada Al-Farabi dengan mengabadikan lukisan
dirinya di lembaran uang kertas Kazakhstan.
Baikonur adalah sebuah kota di Kazakhstan
bagian selatan. Terkenal di dunia internasional dengan kosmodrom-nya atau pusat
peluncuran pesawat luar angkasa yang sudah ada sejak masa Uni Soviet. Pesawat
luar angkas Uni Soviet, Sputnik, yang melegenda karena keberhasilannya mendarat
di bulan, diluncurkan dari tempat ini. Kini Kosmodrom Baikonur di operasikan
oleh Pemerintah Rusia dengan status sewa lahan kepada pemerintah Kazakhstan
hingga tahun 2050 dengan nilai sewa mencapai US$115,000,000 per tahun. Aidyn
Aimbetov adalah astronot Kazakhstan pertama yang meluncur ke angkasa luar dari
Kosmodrom Boikonur di tahun 2015.
|
Al-Farabi di mata uang kertas kazakhstan, Tenge (KZT) |
Sejarah Singkat Kazakhstan
Wilayah yang kini menjadi
Republik Kazakhstan dalam sejarahnya pada awalnya dihuni oleh suku suku yang
hidup nomaden. Selama berabad abad wilayah ini dipengaruhi begitu kuat oleh
Turki dan Mongol, pernah juga menjadi bagian dari wilayah dinasti Abasiyah. Di
abad ke 13 Gengis Khan dari Mongolia mencaplok wilayah tersebut dan
menjadikannya sebagai bagian dari Kekaisaran Mongolia. Wajar bila kini secara
genetik Kazakhstan merupakan perpaduan antara etnis Turki dan Mongol.
Kekuasaan Rusia mulai masuk ke
wilayah itu di abad ke 18 hingga pertengahan abad ke 19 sampai ahirnya seluruh
wilayah tersebut masuk ke dalam kekuasaan Kekaisaran Rusia. Seiring dengan
terjadinya revousia Rusia tahun 1917 dan serangkaian perang sipil, wilayah
Kazakhstan kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet dengan nama Kazakh Soviet
Sosialis Republic. Dan ketika Emperium Uni Soviet runtuh di tahun 1991,
Kazakhstan menjadi negara terahir yang memproklamirkan kemerdekaan nya lepas
dari Uni Soviet.
Kazakhstan pada mulanya beribukota
di Almaty hingga tahun 1998 atau tujuh tahun setelah merdeka dari Uni Soviet,
ibukota negaranya dipindahkan ke Astana yang merupakan kota baru yang sengaja
dibangun sebagai ibukota pemerintahan negara. Hingga kini Astana menjadi kota
terbesar ke dua di negara tersebut setelah Almaty.
Agama di Kazakhstan
Jumlah penduduk Kazakhstan
sekitar 15.753.460 jiwa, Etnik terbesar Kazakstan merupakan keturunan dari
kabilah Turki dan Mongol. Komposisi pemeluk agama di Kazakhstan yaitu 70,2
persen Muslim; 26,6 persen Kristen; 0,1 persen Budha; 0,2 Yahudi dan 2,8 persen
Atheis. Sementara 0.5 persen tidak menjawab, kemungkinan Kristen dari campuran
Rusia atau Eropa.
|
Masjid Agung Al-Maty |
Paling Makmur di Asia Tengah
Titik penting Kazakhstan bisa
dilihat dari sosok negara ini yang dahulunya tak dikenal karena terpencil di
wilayah Asia Tengah, kini menjelma menjadi sebuah negara dengan kekuatan minyak
dunia. Ketika masih bergabung dengan Uni Soviet, Kazakhstan hanya dikenal
karena masakan khasnya berupa hasil olahan daging kuda. Namun kini, Kazakhstan
berubah menjadi negara paling makmur di antara negara-negara Asia Tengah.
Dengan cadangan minyak sebesar 29 miliar barel, menjadikan negara ini sebagai
pemilik cadangan minyak terbesar di luar kawasan Timur Tengah.
Cadangan tersebut diperkirakan
berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya, sehingga mendatangkan
pebisnis-pebisnis dari luar negeri. Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika
Serikat, Total dari Perancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese
National Petroleum Company dari Republik Rakyat Tiongkok sudah mengantri untuk
mengeksploitasi minyak. Ladang minyak yang dia buka di Tengiz dan Kazhagan
banyak menghasilkan keuntungan bagi Kazakhstan. Tiongkok bahkan merancang jalur
pipa sepanjang 1.000 km untuk mengalirkan minyak dari Atasu di Kazakhstan ke
Daerah Otonomi Xinjiang di Tiongkok.
|
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan |
Hubungan Indonesia
dan Kazakhstan
Pemerintah Republik Indonesia
telah menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Kazakhstan sejak 2 Juni
1993. Pembukaan hubungan diplomatik secara resmi tersebut merupakan titik awal
hubungan kerja sama kedua negara, setelah sebelumnya Indonesia memberikan
pengakuannya bagi proklamasi kemerdekaan negara Republik Kazakhstan, pada 16
Desember 1991. Indonesia telah menempatkan kantor Kedutaan besar Republik
Indonesia di kota Astana. Duta Besar Republik Indonesia yang berkedudukan di
Astana sekaligus merangkap sebagai duta besar dan berkuasa penuh Republik
Indonesia untuk Republik Tajikistan. Kunjungan tingkat kepala negara pernah
dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Kazakhstan di Bulan
September 2013.
Indonesia dan Kazakhstan memiliki
banyak kesamaan, berupa sumber daya alam melimpah, yang membuat keduanya dapat
memperoleh pendapatan negara yang signifikan. Mayoritas penduduk kedua negara
memeluk agama Islam, dengan keanekaragaman budaya yang melimpah dan dapat hidup
berdampingan secara harmonis, serta sama-sama memiliki komitmen di bidang
penegakan hak asasi manusia, supremasi hukum dan demokrasi.
Islam di Kazakhstan
Islam mulai masuk ke Kazakhstan di
abad ke-8 saat bangsa Arab mulai masuk ke Kazakhstan dan memperkenalkan Islam.
Bangsa Arab menguasai Transoxania (Mavarannahr) di bagian selatan Kazakhstan,
terletak antara sungai Syr-dar’ya dan Amu-dar’ya dan secara bertahap berkembang
hingga wilayah utara. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Irak menguasai wilayah
Kazakhstan hingga abad ke-12. Islamisasi pertama kali terjadi pada masa ini,
dimana penduduk Kazakhstan saat itu masih banyak menganut Zoroaster (penyembah
api), Kristen, Budha dan pagan masih banyak dianut oleh penduduk Kazakhstan.
Namun proses Islamisasi ini berakhir ketika Mongol menguasai Kazakhstan pada
tahun 1220-an.
|
Tradisi Islam. Pakaian tradisional Kazakhstan di abadikan dalam salah satu prangko resmi Kazakhstan. Dari pakaiannya terlihat tradisi Islam memang sudah mengakar dalam tradisi dan budaya Kazakhstan, sejak berabad abad yang lalu. |
Gelombang kedua Islamisasi
terjadi pada abad ke-18 dan 19, ketika Islam mendominasi di bidang politik saat
Kazakhstan berada di bawah kekuasaan Tsar Rusia. Kekaisaran Rusia memberi ruang
bagi perkembangan Islam dimasa Kazakhstan berada dibawah kendali Kazan Khanate.
Gerakan nasionalisme sempat muncul di tahun 1917 digaungkan oleh kelompok
nasionalis sekuler yang dikenal dengan Horde of Alash (nama legendaris bagi
bangsa Kazakhs) dan mereka berhasil mewujudkannya, namun hanya berlangsung
selama dua tahun (1918-1920).
Pemerintahan ini akhirnya
dilindas oleh Uni Soviet, dan Kazakhstan akhirnya dijadikan salah satu republik
otonom di lingkungan Uni Soviet. Berkuasanya Uni Soviet di Kazakhstan sekligus
juga menghentikan perkembangan Islam periode kedua di wilayah tersebut. Seiring
dengan runtuhnya Tsar Rusia dan berganti dengan rezim Uni Soviet yang berhaluan
Komunis memberangus Nasionalisme dan Islamisasi di Kazakhstan.
Runtuhnya Uni Soviet
Mikhail S. Gorbachev naik sebagai
penguasa Soviet pada tahun 1985-1991 dia menunjuk Gennady Kolbin sebagai
penguasa di Kazakhstan, menggantikan Dinmukhamed Kunayev yang dianggap oleh
pemerintah Moscow melakukan KKN. Namun kepemimpinan Kolbin tak disukai oleh
warga Kazakhstan. Pada akhirnya kedudukan Kolbin digantikan oleh Nursultan
Nazarbayev, seorang insinyur, pada tahun 1989.
|
Masjid Agung Oktobe di kota Oktober, Kazakhstan |
Ketika Gorbachev mendeklarasikan
perestroika, dan diikuti oleh kemerdekaan negara-negara di bawah payung Uni
Soviet, pada tahun 1990, maka pada bulan Maret 1990, Kazakhstan mengadakan
pemilu multipartai, dan Nursultan Nazarbayev memenangkan pemilu tersebut.
Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1991, Kazakhstan menyatakan kemerdekaannya,
dan melepaskan diri dari cengkeraman Uni Soviet, Nursultan A. Nazarbayev terpilih
sebagai presiden pertama di era merdeka.
Kemerdekaan negara itu memberikan
ruang kepada Islam untuk kembali berkembang di Kazakhstan. Islam tumbuh dengan
cepat antara tahun 1990-1995. Pembangunan masjid baru maupun menghidupkan
masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet berkuasa dilakukan hampir
seluruh kota di seluruh Kazakhstan. Hingga tahun 1991 saja, sudah 170 masjid
yang dibuka di negara ini, dan lebih setengahnya adalah masjid masjid baru, dan
diperkirakan komunitas Islam saat itu sudah mencapai 230 organisasi yang aktif
berdakwah. Edisi al-Qur’an terjemahan pertama dalam bahasa Kazakhs yang
didasarkan pada alfabet Cyrillic diterbitkan di Almaty pada tahun 1992.
Perguruan tinggi Islam banyak
didirikan, terutama untuk mengkaji literatur-literatur Arab. Dengan ghirah
Islam seperti itu, banyak negara-negara Islam yang bersimpati dan akhirnya
memberikan bantuan dana demi tegaknya Islam di Kazakhstan, antara lain berasal
dari Turki, Mesir dan Saudi Arabia. Mereka memberikan donasi sebesar US $ 10
juta untuk membangun Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Cultural Center) di
Almaty, dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Nursultan Nazarbayev,
Presiden Kazakhstan pada tahun 1993.
|
Masjid Agung Nur Astana di Astana, Ibukota Kazakhstan |
Islam dan Negara
Di tahun 1990 Nulsultan
Nazarbayev yang berstatus sebagai Sekjen Partai Komunis Kazakhstan di era
Soviet, mendirikan lembaga Islam negara yang lepas dari Otoritas Lembaga Islam
Asia Tengah bentukan Uni Soviet yang berfungsi sebagai lembaga induk seluruh
organisasi Islam di kawasan Asia Tengah. Nazarbayev kemudian membentuk lembaga
Islam sendiri (Mufti) bagi muslim Kazakhstan. Pemisahan diri dari lembaga Mufti
Asia Tengah tersebut justru menandai dengan tegas pemisahan agama (Islam) dari
Negara.
Konstitusi Kazakhstan tahun 1993
dengan jelas melarang parta politik berbasis agama. Disusul kemudian dengan
konstitusi tahun 1995 dengan tegas melarang organisasi apapun yang berlabel
suku bangsa tertentu baik secara politik ataupun agama, serta memberikan
pengawasan yang ketat terhadap lembaga keagamaan negara luar yang beroperasi di
Kazakhstan. Konstitusi 1995 tersebut secara tegas menjadikan negara itu sebagai
negara sekuler, Sekaligus menjadikan Kazakhstan sebagai satu satunya negara Asia
Tengah yang tidak memberikan status khusus apapun kepada Islam dalam
konstitusinya, meskipun negara tersebut menjadi bagian dari Organisasi
Konfrensi Islam (OKI).
Kazakhstan menjadi sebuah negara
berpenduduk mayoritas muslim namun memproklamirkan diri sebagai negara sekuler.
Akan tetapi di sisi lain tetap mempertahankan identitas ke-Islaman-nya. Nursultan
Nazarbayev berusaha memainkan peran sebagai penghubung dunia Islam di timur
dengan dunia Kristen di barat, menjalin hubungan erat dengan negara negara
Islam dan dunia barat namun tetap berupaya mendapatkan dukungan dari Rusia, sebagai
contoh nyata adalah ketika di tahun 1994 beliau berkunjung ke ke kota suci
Mekah, namun di tahun yang sama beliau juga melakukan kunjungan kenegaraan ke
Paus Paulus II di Vatikan.
***
-----------------
Baca Juga
Masjid Baiken Dibangun di Bekas Tempat Judi
Masjid Heydar Baku – Azerbaijan