Masjid Aslanhane atau Aslanhane Mosque adalah salah satu masjid tertua
yang masih eksis keberadaanya hingga saat ini di kota Ankara, Ibukota Turki,
bahkan merupakan salah satu masjid tertua di Negara Turki. Dibangun tahun 1290
pada masa kekuasaan Dinasti Seljuk. Masjid ini menyimpan sejarah keindahan seni
bina bangunan dari masa Seljuk, dan merupakan salah satu masjid tua di Turki yang
menggunakan pilar pilar penopang dari kayu yang masih utuh hingga saat ini. Berdiri
kokoh di kawasan kota tua Ankara dekat dengan bangunan Kastil Ankara sekitar 3
Km dari pusat kota Ankara, di wilayah dengan ketinggian 947 meter dari
permukaan laut, dari tempat ini pengunjung dapat melihat panorama kota Ankara
dari ketinggian.
Aslanhane Bila di-Indonesia-kan artinya cukup
menyeramkan – Gedung atau Sarang Singa – nama yang terlalu sangar untuk sebuah nama masjid. Nama
tersebut bukanlah nama sebenarnya dari masjid ini, disebut Masjid Sarang Singa
semata mata karena banyaknya patung singa disekitar tempat itu, yang
kemudian seluruhnya dikubur di bawah tembok pagarnya. Selain Aslanhane Masjid ini juga seringkali
disebut dengan Masjid Lion Den. Aslinya Masjid ini bernama Masjid Ahi
Şerafettin tokoh pemimpin muslim setempat yang
pernah memperbaiki masjid ini, makam beliau berada
di dekat Masjid ini.
Address: İzmir Caddesi Ihlamur Sokak No:9/19 Kızılay –
Ankara
Phone: +90.312 419 9203
39°56′12″N 32°51′55″E
Phone: +90.312 419 9203
39°56′12″N 32°51′55″E
Ebubekir Mehmet selaku arsitek masjid ini merancang masjid ini
dengan gaya Seljuk yang kental, selesai dibangun tahun 1290 dengan material
utama berupa batu batu kali yang disusun sebagai dinding bangunan, bagian
lantai dan ubin nya menggunakan batu kali yang diratakan, sesuatu yang sangat
unik dan antik, ditambah lagi dengan pilar pilar penopang atapnya yang terbuat
dari balok kayu utuh berukuran besar dengan sentuhan seni ukir batu di bagian
atasnya.
Sejarah Masjid Aslanhane
Masjid Aslanhane merupakan salah satu masjid
tertua di Turki yang masih berdiri hingga saaat ini. Dibangun pada masa
kekuasaan Sultan Mesud II dari kerajaan Seljuk Anatolia tahun 1290. Arsitek
yang merancang masjid ini adalah Ebubekir Mehmet. Pembangunannya dilaksanakan oleh dua orang
pemimpin suku Ahi bernama Hüsamettin dan Hasaneddin. Masjid
ini sempat diperbaiki tahun 1330 oleh pemimpin suku Ahi lainnya bernama Ahi Şerafettin.
Nama beliau lah yang kemudian di abadikan menjadi nama masjid ini.
Struktur kayu mendominasi bangunan masjid ini. dibagian dalamnya berjejer tiang tiang kayu utuh menopang struktur atapnya yang juga terbuat dari kayu. |
Setelah mengalami beberapa perbaikan kecil
bangunan masjid ini ahirnya di restorasi secara keseluruhan oleh pemerintah
Turki tahun 2010-2013. Direktorat purbakala Turki menurunkan tim khusus
untuk restorasi masjid ini untuk melakukan restorasi total namun tetap
mengkonservasi ke-asliannya. Hasilnya seperti terlihat saat ini bangunan masjid
tersebut berhasil dipulihkan dari kerusakan tanpa merusak ke-asliannya,
termasuk struktur atapnya yang terbuat dari kayu serta bangunan menaranya yang
terbuat dari batu bata.
Bangunannya berdenah segi empat
berukuran 400m2 dilengkapi dengan satu bangunan menara. Dindingnya menggunakan
susunan batu batu koral berukuran besar, sedangkan struktur atapnya seluruhnya
dari kayu. Ada 24 tiang besar dari kayu utuh menopang struktur atap masjid tua ini. sedangkan aksesnya
dilengkapi dengan 3 pintu utama dan 12 jendela. Bagian menarik dari masjid ini
ada di mihrabnya yang kental dengan langgam seni masjid masa kejayaan Dinasti
Seljuk Anatolia.
Mihrab masjid Aslanhane, indah dengan ukiran khas masa kejayaan dinasti Seljuk |
Bangunan masjid masjid di Turki terkenal dengan bangunannya yang besar dilengkapi dengan kubah besar di atap masjid ditambah dengan satu atau lebih menara ramping yang lancip menjulang seperti pensil berdiri. dengan interior megah yang mengagumkan. tapi hal itu tidak berlaku di masjid ini dan masjid masjid peninggalan dinasti Seljuk lainnya. Masjid Aslanhane memang memiliki ukuran yang cukup besar dengan dinding yang kokoh, namun tanpa plester, temboknya dibiarkan memperlihatkan susunan batu batu koral yang berjejer rapi.
Tidak ada kubah besar di atap masjid, karena seluruh struktur atap masjid ini berbahan kayu. atapnya dibangun sama dengan atap bangunan lainnya. Seni pertukangan dan seni ukir kayu menjadi daya tarik tersendiri. Tiang tiang kayu berukuran besar dibiarkan polos tanpa sentuhan seni namun dibagian ujungnya yang menopang strtuktur atap dihias dengan ukiran stako bewarna putih, kontras dengan tiangnya. sementara plafon masjid ini terdiri dari susunan kayu berukir indah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA