TAK MIRIP MASJID. Bangunan Islamic Center Turath di kota Tallin, Estonia |
Islamic Center Turath berada tidak jauh
dari bandara Ülemiste kota
Tallin, Ibukota Estonia. Secara resminya masjid ini bernama Kultuuri Keskus Turath atau Cultural
Center Turath. Tidak ada kata Masjid ataupun Islam di nama resminya. Sama
seperti halnya dengan bangunan masjidnya yang sama sekali tidak mirip dengan bentuk
masjid pada umumnya. Bangunan masjid yang berdiri diantara gedung gedung
bertingkat di kota Tallin diantara hingar bingar kota yang ahirnya mengizinkan
pembangunan masjid setelah perjuangan bertahun tahun muslim disana, meski
dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi termasuk tentang penggunaan
nama dan bentuk bangunan yang disebutkan tadi.
Masjid ini dapat dicapai menggunakan bus Nomor 65, 15 dan 7. berhenti di
perhentian bus Dvigateli, lalu
menyeberang jalan dibelakang Universitas. Masjid ini berada di sebelah gedung the big black Microlink building. bila
dari pusat kota dapat menggunakan bus nomor 2. kemudian berhenti di disebelah Ülemiste shopping center, lalu menyeberang jalan berbelok ke kiri kemudian
ke kanan. Imam Masjid ini Mufti
Ildar Muhhamedšin dapat memandu anda menuju masjid ini, beliau mampu
berbicara dalam Bahasa Estonia,
Russia, Arab, Tatar dan sedikit
Bahasa Inggris. Hingga kini, masjid ini merupakan masjid satu satunya di
Estonia.
9, Keevise St
11415 Tallinn, Estonia
Mufti Ildar Muhhamedšin (00 372) 55 94 76 89(00 372) 55 94
76 89
Berdirinya masjid dan Islamic Center di Kota Tallin,
Ibukota Estonia ini tidaklah berjalan mulus. Seperti telah disinggung dalam
artikel sebelumnya tentang Islam di Estonia, perdebatan panjang dan penolakan keras mewarnai pembangunan masjid
ini sejak baru pada tahap wacana. Pembangunan masjid yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan muslim setempat yang digagas oleh Komunitas Muslim Azeri di
negara kawasan Nordic tersebut memicu perdebatan sengit ditengah masayarakat
yang mayoritas beragama Kristen di negara itu.
Diperkirakan ada sekitar 10 ribu muslim di Estonia
yang berasal dari etnis Tatar dan Azeri (Azerbaijan) yang berimigrasi ke
Estonia selama kekuasaan Uni Soviet. Sebelum negara tersebut menjadi bagian
Soviet bahkan sudah ada komunitas muslim di kota Narva dan Tallin. Negara baru seperti Estonia yang merdeka penuh setelah
runtuhnya Uni Soviet memang tidak serta merta mampu mengintegrasikan seluruh
elemen masyarakatnya yang beragam etnis selain etnis Estonia yang merupakan
pribumi untuk semua nya menjadi Satu Estonia yang multikultural.
Penolakan keras dari kalangan elit politik partai
Kristen yang mengaku mewakili kaum Lutheranis dan Kristen Ortodok yang
merupakan mayoritas di Estonia. Namun dengan jumlah 10 ribu jiwa, muslim disana
bahkan sudah jauh lebih banyak dibandingkan komunitas Katholik ditambah dengan
komunitas Baptis yang ada di negara tersebut. Berita tentang Islam memang
sangat jarang muncul di media Estonia dikarenakan sebagian besar muslim disana
tidak berbicara dalam Bahasa Estonia dalam kesehariannya tapi berbicara dalam
Bahasa Rusia, juga jarang muncul di media berbahasa Rusia dikarenakan rata rata
orang Estonia yang menggunakan Bahasa Rusia adalah penganut Kristen Ortodok.
Manakala wacana pembangunan masjid muncul di salah
satu media pada bulan januari 2001 langsung mendapatkan tanggapan serius dari
masyarakat disana dan memicu depat dan penolakan berkepanjangan termasuk dari
parlemen negara tersebut. Namun demikian Walikota Tallin Jüri Mõis mengungkapkan hal
yang sedikit berbeda daripada sekedar menolak mentah mentah pembangunan masjid.
Beliau fokus pada lokasi masjid yang akan dibangun, harus dalam bentuk yang
senada dengan bangunan yang sudah ada sehingga tidak merusak panorama kota
serta tentang kemungkinan masa depan terkait dengan pariwisata dan investasi
yang akan masuk ke kota itu. Sementara inisiator pembangunan masjid tersebut,
Habib Gulijev menyebutkan bahwa kemungkinan wilayah Prita di Kota Tallin
sebagai lokasi yang dipilih dengan pemandangan yang baik ke arah laut. Habib
Gulijev adalah muslim keturunan Azerbaijan yang meraih sukses di Tallin dengan
bisnis import jus pomegranad dari Azerbaijan ke Estonia.
Bagian dalam masjid Turath |
Turath Islamic Center ahirnya berdiri di tahun 2009 dengan berbagai
persyaratan yang harus dipatuhi termasuk tidak diperkenankan mengumandangkan azan
ke luar bangunan. persyaratan lainnya yang harus tetap dipenuhi adalah agar
masjid yang dibangun bentuknya harus menyelaraskan dengan bangunan disekitarnya
dan tidak menyolok. itu
sebabnya bangunan masjid ini dibangun layaknya sebuah bangunan bertingkat
biasa. tidak seperti bangunan masjid yang biasa kita kenal.
Kini
muslim disana kini sudah memiliki tempat berkumpul resmi dan permanen untuk
menyelenggarakan sholat berjamaah, pengajian dan aktivitas lainnya. Muslim dari berbagai bangsa
termasuk dari Estonia sendiri, dari timur tengah, Rusia, Turki, Tatar dan lain
lain tumpek plek disana secara akrab dan terbuka. Ildar Muhhamedšin,
imam masjid ini selalu dengan
ramah kepada siapapun yang datang ke masjid ini. Beliau bahkan masih menyimpan
Al-Qur’an pemberian Kakeknya yang sudah wafat.
Dimasa
pendudukan Uni Soviet di Estonia, ummat Islam disana berada dalam situasi yang
teramat tidak menguntungkan. Untuk sekedar melaksanakan sholat pun mereka harus
melaksanakannya secara sembunyi sembunyi karena penguasa komunis saat ini
sangat melarang aktivitas peribadatan. Kondisi berubah drastic saat Estonia
Merdeka, meski diskriminasi dan sentiment anti Islam juga merebak di negara
itu.
Masjid Turath
Masjid
Turath terbuka untuk semua muslim, Ruang sholat untuk Jemaah pria disediakan di
lantai dua sedangkan Jemaah wanita ruang sholatnya berada di lantai tiga. Masing
masing lantai sudah disediakan rak kayu untuk menyimpan alas kaki para jamaah. Jemaah
wanita akan bergabung ke lantai dua di balik tirai pada saat sesi pelajaran Bahasa
Arab dan kajian lainnya. Ruang sholat di masjid ini cukup leluasa, lengkap
dengan mimbar dari kayu berukir tempat khatib menyampaikan khutbah. Seluruh
lantainya ditutup dengan karpet merah sajadah. Di beberapa bagian di pasang
beberapa hiasan kaligrafi.
Pemisahan
ruang sholat antara jema’ah pria dan wanita ini memang hal yang mutlak dalam
Islam, namun merupakan hal yang aneh bagi tradisi Eropa. Itu sebab nya hal ini
menjadi salah satu hal wajib yang harus dijelaskan kepada non muslim yang berminat
untuk berkunjung ke masjid, termasuk juga tentan kewajiban untuk menutup aurat.
Turath
dalam Bahasa Arab berarti Heritage (warisan budaya), digunakannya nama Turath
untuk masjid dan Islamic Center ini dikarenakan para pendiri masjid ini
berharap para jemaahnya untuk tetap mengingat budaya (Islam) dan memperkenalkan
budaya tersebut kepada siapapun yang tertarik kepada agama Islam, sebagai
bagian dari usaha untuk membangkitkan kembali Islam di Estonia dari Masjid satu
satu nya tersebut.
bila
dibandingkan dengan Kota kota besar Eropa lainnya, perkembangan Islam di
Estonia dapat dikatagorikan stagnan karena berbagai factor termasuk aturan
ke-imigrasian yang mempersulit bahkan melarang masuknya imigran dari negara
negara Islam ke negara tersebut. wajar bila kemudian para Pendiri masjid Di
Tallin ini memberi nama Turath (Heritage) pada masjid pertama tersebut sebagai
do’a untuk senantiasa mempertahankan Islamic Heritage di negara tersebut.
Sebagai
pusat ke-Islaman, Masjid Turath ini menyelenggarakan pendidikan Bahasa Arab,
Pembinaan pemuda / remaja muslim, sekolah minggu serta mencetak dan
mendistribusikan koran koran islami ke seluruh kelompol kelompok pengajian yang
tersebar di Estonia dan wilayah Baltik lainnya. Masjid Turath juga
menyelenggarakan pernikahan dan pengurusan jenazah secara Islam.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA