Halaman

Selasa, 03 Mei 2016

Islam Di Estonia

Estonia berada di kawasan Laut Baltik, Sebelumnya negara ini merupakan bagian dari Uni Soviet. Setelah merdeka, kini malah bergabung dengan NATO yang dulunya merupakan musuh bebuyutan nya Uni Soviet.

Estonia adalah adalah sebuah negara berdaulat berbentuk Republik di kawasan Baltik di Eropa Utara. yang kembali memproklamirkan kemerdekaannya setelah lepas dari Uni Soviet. Estonia ber-ibukota di Tallin sekligus menjadi kota terbesar di negara itu. Secara geografis Estonia berbatasan dengan Teluk Finlandia di utara, dengan Laut Baltik di barat, dengan Latvia dan Teluk Riga di selatan, dan Danau Peipus (Peipsi) dan Rusia di timur. Estonia turut menandatangani perjanjian Schengen 1985 yang menghapuskan pengawasan perbatan diantara negara negara Eropa.

Wilayah Estonia seluas 45,227 km2 sedikit lebih kecil dari luas provinsi Sulawesi Selatan (46,717.48km2). Namun dari jumlah penduduk, Estonia merupakan anggota Uni Eropa dengan penduduk paling sedikit dengan hanya 1.34 juta jiwa. Bandingkan dengan penduduk provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 8.034.776 jiwa, dengan luas wilayah yang hampir sama.

Estonia memiliki produk domestik bruto per kapita yang tinggi di antara bekas republik-republik Soviet, terdaftar sebagai Ekonomi Berpendapatan Tinggi oleh Bank Dunia, sebagai Ekonomi Maju oleh Dana Moneter Internasional dan anggota OECD berpendapatan tinggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan Estonia sebagai negara maju dengan Indeks Pembangunan Manusia yang "Sangat Tinggi". Negara ini juga berperingkat tinggi dalam hal kebebasan pers, ekonomi, demokrasi dan politik, dan pendidikan.

Muslim di Estonia

Berdasarkan hasil sensus yang diselenggarakan tahun 2000 jumlah muslim di Estonia yang menyatakan diri mereka sendiri sebagai Muslim ada 1,387 jiwa. Namun demikian beberapa sumber mengklaim bahwa jumlah muslim disana jauh lebih banyak dari jumlah tersebut dengan perkiraan jumlah mencapai 10 ribu atau bahkan hingga 20 ribu jiwa.

Muslim di Estonia kebanyak merupakan kaum Sunni Tatars dan Syi’ah Azeri yang merupakan keturunan dari para imigran yang datang ke Estonia setelah melintasi Livonia Estonia masuk ke dalam Emperium Russian di tahun 1721 dan mereka (yang secara mayoritas) berimigrasi selama periode Soviet (1940–1991).

Sejak tahun 1860, KomunitasTatar menunjukkan aktivitas mereka, yang berpusat di kota Narva. Jemaah muslim ((Narva Muhamedi Kogudus) telah terdaftar di pemerintahan berdiri sendiri Republic of Estonia tahun 1928 kemudian yang kedua adalah (Tallinna Muhamedi Usuühing) di Tallinn tahun 1939. Sebuah bangunan yang dibangun untuk menerima donasi dari jemaah kemudian di gunakan sebagai masjid di kota Narva.

Di tahun 1940 Estonia berada dibawah otoritas Uni Soviet, pemerintahan komunis saat itu melarang aktivitas kedua kelompok jemaah tersebut dan gedung yang digunakan sebagai masjid dihancurkan selama perang dunia kedua berlangsung (tahun 1944). Ketiadaan masjid di Tallinn, jemaah muslim disana kemudian menggunakan apartment yang di fungsikan sebagai ruang sholat berjamaah. Muslims di Estonia di dominasi oleh muslim Volga Tatars (2,363), kemudian disusul oleh muslim dari etnis lainnya Azeri (818), Uzbek (394), Kazakh (233), Turkish (43), Georgian (25) dan dari berbagai etnis lain lain nya (129).

Jejak Islam di Estonia

Temuan arkeologis yang cukup menarik terkait dengan jejak Islam di Estonia. Di Museum Sejarah Estonia di Kota Tallim (Estonian History Museum, Great Guild Hall) menyimpan koin mata uang dari berbagai dinasti Islam. Koin koin tersebut berasal dari dinasti Abasiah, Samaniah dan Karachi. Sejarawan menyakini bahwa koin koin tersebut terjatuh diwilayah Estonia oleh para pedagang bangsa Viking di abad ke delapan masehi.

Beberapa koin dari berbagai dinasti Islam yang ditemukan di wilayah Estonia, kini menjadi salah satu artefak penting yang tersimpan di musium nasional Estonia.

Minoritas dan Marjinal

Sebelum kedatangan Islam, Kristen merupakan agama resmi bagi hampir keseluruhan penduduk Estonia bersama negara negara Baltik lainnya. Sejak tahun 533 masehi setelah Romawi menaklukkan Bizantium dan kemudian Islam tiba di daerah tersebut sekitar tahun ke 25 Hijriah, setelah menaklukkan Armenia dan namanya kemudian dikenal dengan nama Islam sebagai negeri Al-Krj atau Kyrgystan.

Muslim Estonia

Kemudian setelah itu seluruh area kaukasus menjadi wilayah muslim dan kemudian terhubung dengan ke ke-khalifahan Umar Bin Khatab r.a sampai ahirnya benar benar terbuka di masa khalifah Usman Bin Affan r.a. Islam benar benar hadir di wilayah Baltik dimasa kekuasaan dinasti Umayyah berlanjut ke Dinasti Abasiyah. Sampai kemudian menjadi daerah taklukan bangsa Seljuk Turki yang kemudian mengambil alih daerah tersebut, sebelum kemudian diserbu oleh bangsa Mongol. Semanjung Baltik kemudian tercabik cabik dalam kendali tiga dinasti; Mongol, Turki Usmani dan Dagestan.

Manakala kendali tiga negara tersebut pecah menjadi pertikaian dan konflik, wilayah ini kemudian di caplok oleh Tsar Rusia.yang awalnya menawarkan bantuan dan perlindungan kepada negara tersebut termasuk Estonia setelah perang usai. Perlakuan buruk menimpa muslim disana yang berhadapan dengan pembersihan etnis dan upaya kristenisasi paksa oleh rezim tsar Rusia.

Setelah pecah revolusi, komunisme berkuasa di Rusia dan mulai memaksakan penggunaan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi, pelarangan agama dan segala aktivitasnya termasuk juga pelarangan bahasa arab yang benar benar menjadi terlarang di masa itu, serta penyebaran faham atheisme, Muslim estonia menjadi korban termasuk juga seluruh muslim di seantero kekuasaan Uni Soviet hidup dibawah tekanan Komunis dan terancam pengusiran paksa.

Setelah ambruknya rezim Komunis Soviet muslim di Estonia dapat kembali menghirup kebebasan untuk meski dalam jumlah yang semakin marginal setelah puluhan tahun terindas. Konstitusi Estonia menjamin kebebasan beragama namun pemerintah tidak memberikan bantuan apapun kepada kelompok agama minoritas termasuk kepada muslim disana. Jumlah yang minoritas ditambah dengan kondisi perekonomian mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan serta pemahaman tentang islam yang semakin menipis setelah selama puluhan tahun digerus oleh kekuasaan anti Islam membuat perkembangan islam disana cukup memprihatinkan.

Beberapa laporan menyebutkan kondisi diskriminasi pemerintah terhadap warganegara Estonia non pribumi terutama terhadap warga muslim cukup menambah permasalahan muslim disana. Reformasi pendidikan di negara tersebut telah dilakukan namun tidak memberikan ruang kepada warga non pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dalam bahasa ibu mereka masing masing.

Pemerintah Estonia Haramkan Masjid

Di tahun 2001 rencana pembangunan masjid pertama di Ibukota Tallin terhenti. Partai Rakyat Kristen Estonia memenangkan kampanye pengumpulan tanda tangan untuk menghentikan pembangunan masjid dimaksud. Gerakan yang dilakukan sebagai bagian dari keinginan partai sayap kanan untuk membatasi dan meminimalkan kehadiran Muslim di negara tersebut, mendapatkan dukungan penuh dari para anggota parlemen Estonia.

Namun demikian, kelompok-kelompok Kristen lainnya menentang keras kampanye ekstrimis tersebut, mereka mengatakan bahwa Partai Rakyat Kristen sama sekali tidak ada hubungannya dengan para penduduk negara tersebut, oleh karena itu mereka tidak sudi dikait-kaitkan dengan Partai ekstrimis tersebut.

Bereaksi terhadap kampanye diskriminatif Kristen tersebut, mufti Estonia, Sheikh Ahmed Harsinov, mengatakan bahwa pembangunan masjid sama sekali tidak akan membahayakan kepentingan agama lain di negara tersebut. Islam adalah ajaran agama yang penuh dengan kedamaian, sama sekali tidak mengajarkan tindakan rasisme terhadap umat Kristiani, apalagi sampai mengajarkan kekerasan.

Dia kembali mengingatkan pada sejarah Estonia. Umat Muslim kali pertama menginjakkan kaki di negara tersebut sejak 100 tahun yang lalu dan sejak saat itu sama sekali tidak pernah membuat masalah, hal tersebut sebenarnya adalah alasan yang kuat bagi warga Estonia untuk tidak memperlihatkan ketakutan berlebihan terhadap Islam.

Ibukota Tallinn hanya memiliki 13 ruangan yang bisa dipergunakan untuk shalat, namun negara tersebut sama sekali tidak memiliki masjid. Setengah dari 10.000 orang penduduk Muslim di Estonia – yang mana jumlahnya nyata-nyata lebih besar dari umat Katolik Roma – menetap di Tallinn. Namun nyatanya pemerintah yang dikuasi oleh partai Kristen Estonia telah mengeluarkan keputusan yang menentang konstitusi negara-nya sendiri.

Masjid Pertama di Estonia Berdiri di Tallin

Tahun 2009 setelah melalui perjuangan bertahun tahun, muslim Estonia ahirnya memiliki sebuah bangunan masjid di Ibukota negara tersebut. bangunan masjid yang sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal. Hal tersebut merupakan kompromi terhadap sekian banyak kepentingan termasuk syarat yang diajukan pemerintah kota yang meminta agar masjid yang dibangun bentuknya harus menyelaraskan dengan bangunan disekitarnya dan tidak menyolok.

MASJID PERTAMA DI ESTONIA, diberi nama Masjid Turath. Sama sekali tidak mirip dengan masjid yang biasa kita kenal. 

Masjid dan Islamic Center Estonia berada tidak jauh dari bandara Ülemiste kota Tallin, Dibelakang gedung Universitas. pembangunannya digagas oleh muslim Azeri (muslim Azerbaijan) yang sudah menjadi warga negara Estonia. sementara inisiator pembangunan masjid tersebut, Habib Gulijev menyebutkan bahwa kemungkinan wilayah Prita di Kota Tallin sebagai lokasi yang dipilih dengan pemandangan yang baik ke arah laut. Habib Gulijev adalah muslim keturunan Azerbaijan yang meraih sukses di Tallin dengan bisnis import jus pomegranad dari Azerbaijan ke Estonia.

Masjid ini menjadi masjid satu satunya di kota Tallin dan bahkan mungkin satu satunya di Estonia. namun setidaknya kini muslim disana kini sudah memiliki tempat berkumpul resmi dan permanen untuk menyelenggarakan sholat berjamaah, pengajian dan aktivitas lainnya.

Waktu Puasa Ramadhan Yang Panjang

Bila muslim di negara negara wilayahnya tidak jauh dari garis khatulistiwa melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dalam waktu terbilang normal sekitar 12-14 jam sejak dari waktu imsak hingga tiba waktu magrib. Lain hal nya dengan muslim yang tinggal di negara negara yang jauh dari garis Khatulistiwa termasuk muslim yang tinggal di Estonia.

Muslim Estonia harus menjalani puasa Ramadhan sekitar 20.5 jam setiap harinya. waktu yang cukup panjang tentunya. Disamping waktu yang begitu panjang, saudara saudara muslim disana masih harus berhadapan dengan lingkungan yang tak bersahabat seperti di negara negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. di Estonia semua berjalan seperti biasa tidak ada warung atau rumah makan yang tutup selama bulan Ramadhan atau himbauan dari pemerintah untuk menghormati orang yang sedang berpuasa.

Namun terlepas dari semua itu, muslim disana tetap menjalankan ibadah puasa. Bulan Ramadhan tetaplah bulan yang spesial. Selama bulan Ramadhan muslim dis Tallin secara bergiliran dan sukarela menjadi juru masak di Masjid kota Tallin, untuk menyediakan makanan berbuka dan sahur bagi sekitar 200 muslim yang secara rutin berkumpul di masjid tersebut. Mereka semua memiliki kekerabatan yang sangat dekat satu sama lain meski berasal dari berbagai latar belakang bangsa yang berbeda beda. Sesuatu yang tidak akan kita temukan dikampung halaman sendiri bukan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA