Kamis, 19 Mei 2016

Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo Purbalingga

# Masjid Masjid bergaya Tiongkok di Indonesia

Pertama kali Rosulullah S.A.W membangun masjid, hanya menggunakan material bangunan dari pohon kurma, pelepah dan daunnya, bangunan masjid yang teramat sederhana sebagai tempat berkumpul untuk melaksanakan sholat berjamaah dan pusat ke-Islaman. Masjid yang kini berubah menjadi Mega Masjid dikebal dengan Masjid Nabawi. Di kemudian hari bangunan bangunan masjid bertebaran di muka bumi dibangun dengan beragam bentuk sesuai dengan adat dan tradisi muslim setempat. Masjid dengan Gaya Tiongkok yang mirip Kelenteng seperti Masjid di Purbalingga ini  menambah khazanah perbendaharaan rancangan masjid masjid di Indonesia dan dunia Islam pada umumnya.

Kabupaten Purbalingga provinsi Jawa Tengah. Salah satu kabupaten yang di anugerahi keindahan panorama alam gunung Slamet. Di kota ini sudah bermukim beberapa generasi etnis Thionghoa yang sudah menjadi bagian dari masyarakat disana, dalam keseharianpun mereka fasih berbahasa Jawa. Sejak tahun 2011 yang lalu Purbalinga memiliki satu masjid unik yang dibangun oleh Muslim Thionghoa disana. Masjid dengan bentuk mirip Klenteng yang sangat khas. Menambah khasanah bangunan masjid serupa yang telah ada di tanah air, dan tentu saja menambah khasanah kekayaan arsitektur Masjid di Nusantara tercinta.

Di beberapa kota di Indonesia yang memiliki keterkaitan sejarah dengan Laksamana Cheng Hoo sudah berdiri masjid serupa dengan nama yang sama, yakni di kota Palembang ibukota provinsi Sumatera Selatan, di Kota Jambi provinsi  Jambi, Pasururuan dan Kota Surabaya provinsi Jawa Timur dan di Kabupaten Gowa provinsi Sulawesi Selatan. Selain dari masjid masjid tersebut, di Indonesia juga sudah berdiri masjid masjid dengan arsitektur mirip kelenteng namun tidak dengan nama Cheng Hoo, diantaranya adalah Masjid Latze Pasar Baru Jakarta, masjid Lautze-2 di kota Bandung provinsi Jawa Barat, Masjid Tan Kok Liong di dalam komplek pesantren Ustadz Anton Medan di Cibinong provinsi Jawa Barat, dan Masjid di Komplek Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang.

Kesemua masjid yang bergaya bangunan tradisional Tiongkok tersebut tidak lantas berarti hanya boleh dipakai dan digunakan oleh Muslim Tionghoa saja. Tapi sebagaimana fungsi masjid, keseluruhan masjid tersebut dibangun untuk digunakan oleh seluruh kaum muslimin tanpa memandang suku, bangsa, ras, wana kulit, golongan dan lain sebagainya, sama halnya dengan Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini.

Alamat dan Lokasi Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo Purbalingga

Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga, provinsi Jawa Tengah
Indonesia


Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini mulai dibangun tahun 2005 sempat terhenti di tahun 2006 karena berbagai kendala, dan diresmikan enam tahun kemudian tepatnya tanggal 5 Juli 2011 bertepatan dengan 3 Sya’ban 1432H oleh H.A Zaky Arslan Djunaid selaku Ketua Umum Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) JASAPembangunan masjid ini diprakarsai oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sebagai wadah kegiatan ke-Islaman dan dakwah bagi masyarakat muslimTionghoa terutama para mualaf di daerah Purbalingga. Muslim Thionghoa di Purbalingga ada sekitar 130-an orang mereka tersebar di 18 kecamatan, berdirinya masjid ini diharapkan bisa lebih memajukan Purbalingga khususnya dibidang dakwah Islam.

Sekilas tentang Laksamana Cheng Hoo

Haji Muhammad Cheng Hoo (1371-1435) memiliki berbagai varian nama diantaranya Ma He, Ma San Bao, Sam Po Bo atau Haji Mahmud Shams adalah seorang Laksamana Muslim dari kekaisaran ketiga Dinasti Ming. Beliau berasal dari suku Hui yang secara fisik mirip dengan suku Han, sempat ditangkap saat pasukan Dinasti Ming menaklukkan Yunan sampai kemudian menjadi Laksamana armada angkatan laut dinasti Ming yang melegenda dengan perjalanan keliling dunia yang dilakukannya ke berbagai pelabuhan laut di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan hingga ke Afrika Timur dari tahun 1405 hingga tahun 1433. Dunia Internasional kini bahkan telah mengakui beliau sebagai pengeliling dunia pertama jauh sebelum para penjelajah Eropa manapun.

Perjalanannya ke berbagai kepulauan Nusantara meninggalkan jejak yang masih bisa ditemui hingga kini. Sebagai salah satu contoh, rekam jejaknya di wilayah barat pulau Jawa menjadi pembuka jalan bagi dakwah Islam di wilayah kerajaan Pajajaran. Disetiap perjalanannya Laksamana Cheng Hoo selalu membawa mubaligh bagi para anggota ekspedisinya yang beragama Islam. Salah seorang mubaligh yang menyertai ekspedisinya bernama Syekh Hasanudin, dalam pelayaran pertama-nya ke Nusantara, Syech hasanuddin sempat singgah di wilayah Cirebon.

Arsitektur itu seperti kemasan, Seperti sampul buku. seringkali orang tertipu oleh sampul buku hanya karena tak tertarik dengan sampulnya. meskipun ternyata isinya adalah sesuatu yang dicari carinya. Seperti Arsitektur Masjid, bagaimanapun bentuknya tetaplah masjid. 

Dalam pelayaran keduanya ke Nusantara, Syech Hasanudin dan rombongan mendarat di wilayah (yang kini dikenal sebagai) kabupaten Karawang di provinsi Jawa Barat yang pada saat itu masih menjadi wilayah Kerajaan Pajajaran. Syech Hasanudin bersama dengan Syech Bentong kemudian mendirikan pesantren yang dikenal dengan nama Pondok Quro dan Syech Hasanuddin dikenal dengan nama Syech Quro karena ke-mahiran-nya melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Dari pondok Quro itulah Islam kemudian menyebar ke wilayah Pajajaran dengan menikahnya Pangeran Jaya Dewata putra Mahkota Kerajaan Pajajaran dengan Subang Larang, salah satu santriwati dari Syech Quro.

Bermula dari sana di kemudian hari berdirilah Kesultanan Cirebon melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran, tak lama setelah berdirinya Kesultanan Demak dengan dukungan dari para Wali. Pendiri dan Sultan Pertama di Kesultanan Cirobon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang tak lain adalah cucu kandung dari Pangeran Jaya Dewata yang saat itu sudah menjadi Mahajara di Kerajaan Pajajaran dengan gelar Sri Baduga Maharaja yang dikenal juga dengan nama Pangeran Pamanah Rasa atau lebih dikenal oleh rakyatnya dengan sebutan Prabu Siliwangi.

Meski di wilayah Jawa Barat masyarakat nya lebih mengenal Syech Quro daripada Laksamana Cheng Hoo sebagai tokoh pembawa Islam di wilayah tersebut namun tidak dapat dipungkiri besarnya peranan Sang Laksamana dalam mengantarkan Islam ke wilayah Jawa Barat khususnya dan Nusantara pada umumnya. Maka wajar bila kemudian di berbagai tempat di Indonesia masyarakat muslim menghormati beliau dengan cara mengabadikan namanya sebagai nama bangunan masjid masjid yang juga dibangun dengan bentuk bangunan tradisional yang biasa ditemui di daerah asal beliau yang kini menjadi bagian dari wilayah Negara Republik Rakyat China.

Serba Merah. Interior Masjid Cheng Hoo Purbalingga.

---------------ooo000ooo---------------

Artikel Terkait



Rabu, 11 Mei 2016

Islam di Bahama (bagian 2)

MASJID satu satunya di kota Nassau - Bahama

Awal dari Gerakan Islam di Bahama

Di penghujung tahun 1960-an hingga awal 1970-an ada orang Bahama yang menyebut dirinya sendiri sebagai Bashan Saladdin tinggal di kota Nassau, sehari hari selalu  menggunakan jubah panjang dan penutup kepala khas bangsa Arab. Orang orang disana memanggilnya dengan sebutan “Allah” karena kata itu yang selalu saja di ucapkannya setiap kali berbicara dengan siapapun yang dijumpainya. Nama beliau sebenarnya adalah Charles Cleare, dia tinggal di area Fort Fincastle dan mulai mengalihfungsikan rumah miliknya sebagai masjid.
                       
Beberapa penduduk setempat yang kemudian awal awal sekali memeluk Islam termasuk adalah Zubair Ali (sebelumnya bernama Howard Clarke) dan Mustafa Khalil Khalfani 1 (anggota pendiri Jamaat-ul-Islam, Gerakan Islam Revolusioner Bahama) yang masuk Islam di Bahama bersama dengan Bashan Salddin setelah bersekolah di New York. Mustafa Khalil Khalfani 1 menikah dengan muslimah dari Senegal.

Pada bulan Juli 1974, Dr.Vivian X Russell (juga anggota pendiri Jamaat-ul-Islam, Gerakan Islam Revolusioner Bahama) pulang kampung ke Bahama sebagai dokter spesialis gigi dan juga anggota dari organisasi Nation of Islam, organisasi Islam di Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Elijah Muhammad. Beliau berencana mendirikan Nation of Islam di Bahama dan diseluruh kawasan Karibia. Sedangkan Mustafa Khalil Khalfani I adalah seorang muslim suni anggota dari Organisasi yang bernama Islamic Party of North America (Partai Islam Amerika Utara). Dua organisasi yang sama sama mengaku sebagai organisasi Islam namun memiliki akidah dan kepercayaan yang berbeda.

Bashan Saladdin sendiri sebenarnya adalah muslim suni namun juga mengikuti ajaran Elijah Muhammad dan mencoba untuk menggabungkan keduanya dalam kesehariannya. Namun demikian sudah dapat difahami bahwa Bahama memang terlalu kecil untuk mencoba mengokohkan agama yang sejak awal sudah menjadi barang aneh dan asing bagi sebagian besar orang orang disana.

Dr. Munir Ahmad
Sebelum benih benih Nation of Islam berhasil ditanam di Bahama, Elijah Muhammad selaku pimpinan tertinggi organisasi tersebut di Amerika Serikat, wafat pada tanggal 26 Februari 1975 dan digantikan oleh putranya Wallace D. Muhammad. yang membawa perubahan mendasar di dalam organisasi Nation of Islam. Pada kata sambutan pertamanya Wallace D Muhammad mendeklarasikan kepada pengikutnya bahwa dia akan mengikuti Sunnah Rosulullah dan semua pengikutnya diminta untuk melakukan hal yang sama. Beliau memang tidak berharap perubahaa itu akan terjadi dalam waktu satu malam namun demikian beliau secara berkelanjutan melaksanakan sunnah dalam setiap aktivitas organisasinya. Dia-lah yang kemudian mengganti nama Dr. Vivian X menjadi Munir Ahmad.

Dengan sendirinya bagi muslim di Bahama yang juga menjadi target bagi Nation Of Islam terbuka peluang untuk bersama sama bergerak mendirikan ajaran Islam sebagaimana mestinya, membangun komunitas Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai ajaran Islam yang sebernarnya sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Muslim disana mulai mempelajari ajaran Islam yang benar termasuk dengan membaca buku ‘Towards Understanding Islam’ karya Maulana Maududi yang menjelaskan dengan detil tata cara pelaksanaan sholat wajib 5 waktu dengan baik dan benar, dan mulai melaksanakan sholat sebagaimana ajaran Rosulullah secara berjamaah dipimpin oleh Mustafa Khalil Khalfani 1, yang pernah mempelajari nya selama kuliah di New York.

Tahun 1977 seorang dokter muslim dari Bangladesh bernama Ghulam Muazzam datang ke Bahama untuk bekerja sebagai Patologis di Rumah Sakit Princess Margaret Hospital, manakala dia bertemu dengan beberapa muslim disana dia menawarkan diri untuk mengajarkan Al-Qur’an dan dasar baca tulis aksara Arab. Muslim disana kemudian berkumpul di Apartemennya di di Cable Beach setiap hari minggu sore untuk belajar. Beliau membacakan Al-Qur’an dalam bahasa arab kemudian menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris untuk memudahkan pemahaman  bagi jemaah.

Pertemuan lainnya dilakukan di kediaman Mustafa Khalil Khalfani 1, yang menyewa rumah di Albury lane, Shirley Street. Saat itulah Pascal Vergilius Hepburn kembali dari Inggris Raya setelah menyelesaikan kuliahnya disana. Beliau kemudian bertemu dengan Dr. Munir Ahmad (Dr.Vivian X) sebagai Pasien dan mendapatkan penjelasan tentang Islam selama proses operasi gigi di mulutnya. dikemudian hari Pascal Vergilius Hepburn masuk Islam dan berganti nama menjadi Faisal AbdurRahman Hepburn dan menjadi pemimpin dari Jamaat-ul-Islam, Gerakan Islam Revolusioner Bahama). Dr. Munir Ahmad (Dr. Vivian X) masuk Islam saat menempuh pendidikan tinggi di Inggris Raya, beliau kemudian menikah dengan seorang muslimah dari Malaysia teman kuliahnya semasa di Inggris Raya.

Masih di tahun 1977, Mustafa Khalil  Khalfani 1 mengundang seorang Maulana (guru agama Islam) dari Pakistan bernama Khurshid Abdullah (80 tahun) , beliau datang ke Bahama bersama istrinya, seorang muslimah Inggris dari Manchester. Maulana Khurshid Abdullah kemudian tinggal di rumah Mustafa Khalil Khalfani 1 di Albury Lane dan mulai mengajarkan pelaksanaan Islam dalam kehidupan sehari hari, mengajarkan bagaimana cara menghafal sepuluh surah terahir Al-Qur’an untuk keperluan sholat lima waktu. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sejak ba’da magrib hingga tiba waktu sholat Isya. beliau juga mengajarkan cara membaca huruf hijaiyah serta baca tulis hurup Arab. Sementara istrinya mengajar para muslimah. Meski usianya sudah lanjut Maulana Khurshid Abdullah sangat enerjik, setiap habis subuh beliau masih menyempatkan diri jalan jalan pagi ditemani oleh staff nya.

Berdirinya Komunitas Islam Bahama

Karena perbedaan latar belakang ke-Islaman dari muslim yang di dapat dari lingkungan selama belajar di luar negeri, maka kemudian disepakati untuk membentuk Komunitas Muslim di Bahama yang disandarkan kepada Kemurnian ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W serta para Sahabatnya.

Di bulan september 1978 pertemuan dilaksanakan di partemen Dr. Muazzam’s membahas tentang pembentukan komunitas Islam di Bahama. pada saat itu kebanyakan muslim yang datang ke Bahama adalah para pekerja profesional dari anak benua India dan Pakistan. Setiap orang yang belajar Islam akan mengenal tentang mazhab yang terdiri dari mazhab hanafim Syafi’i, Maliki dan Hambali. Sebagian besar muslim dari India dan Pakistan bermazhab Hanafi. Mazhab sendiri baru terbentuk setelah wafatnya Rosulullah (609-632) dan menjadi rujukan sebagian besar muslim di dunia. Bahkan muslim di Bahama pun pada awal Islam masuk kesana juga menganut mazhab Hanafi, namun dalam pertemuan untuk pembentukan komunitas Islam di Bahama, dengan sengaja tidak untuk menganut salah satu mazhab yang ada dan setuju untuk membentuk Jemaah yang berdasarkan ajaran Islam yang murni dengan pemahaman sebagaimana dilaksanakan oleh Rosulullah dan para sahabatnya.

Interior Masjid Di Nassau - Bahama

Di awal tahun 1980-an utusan muslim Bahama berangkat ke berbagai tempat di Amerika Serikat untuk menghadiri Ijtimah atau pertemuan sesama muslim yang diselenggarakan oleh organisasi Islam Jemaah Tabligh yang biasanya berkumpul bersama di fasilitas fasilitas publik selama masa libur nasional termasuk selama libur Paskah, Hari Buruh, Thanksgiving dan Natal. Selama pertemuan, fasilitas publik menjelma menjadi sebuah kamp besar dengan ratusan hingga ribuan muslim dari berbagai bangsa berkumpul untuk sholat berjamaah, ta’lim, tadarus, makan dan minum dan merasakan suasana di lingkungan Islami selama tiga atau empat hari. Jemaah Tabligh bermarkas di India dengan misi mengirimkan muslim untuk berda’wah ke berbagai negara untuk mengajak ummat Islam memperbaharui dan menghidupkan kembali akidah dan peribadatan mereka.

Tiga muslim Bahama kemudian tinggal di India selama empat bulan bergabung dengan Jemaah Tabligh. Dua diantaranya kemudian kembali ke Nassau sedangkan Abu Saeef Umar Barnett (atau sebelumnya bernama Carlos Barnet) menetap disana untuk belajar bahasa Arab dan Urdu di Pakistan, dia kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Madinah (Saudi Arabia) lalu dikirim ke Yaman dan menetap disana selama tujuh tahun. Beliau kemudian menikan dengan muslimah dari Malaysia dan sudah dikaruniai putra dan putri yang semuanya hafiz Al-Qur’an.

Seorang muslim lainnya bernama Fareed Abdullan (atau sebelumnya bernama Frederick Sturrup, anggota pendiri Jamaat-ul-Islaam, Gerakan Revolusioner Islam Bahama) berangkat ke Guyana untuk mengikuti kursus bahasa Arab selama setahun sebagai persiapan untuk kuliah di Universitas King Abdul Aziz (Riyadh, Saudi Arabia) hingga memperoleh gelar sarjana dibidang Syari’ah. beliau kemudian kembali ke Nassau tahun 1991 kemudian pergi ke Amerika Serikat untuk menjadi imam dan mengajar komunitas muslim disana.

Di awal awal periode Islam di Bahama, ada dua lagi muslim yang patut dicatat yakni Haneef Abdul Haq (John Russell) dan seorang muslimah bernama Najah Baker, yang menikah dengan Daoud Shabazz (sebelumnya bernama David Armbrister). Daoud Shabazz adalah salah satu dari pengawal pribadi Malcom X di era tahun 1960-an. Haneef Abdul Haqq dan Najah Baker juga merupakan anggota pendiri Jamaat-ul-Islaam, Gerakan Revolusioner Islam Bahama.

Perkembangan Islam di Bahama sejak tahun 1970-an merupakan masa yang sangat penting. Nenek moyang muslim Bahama dibawa ke Bahama sebagai budak dan tidak dapat menjalankan ke-Islaman mereka dan berakibat tidak berkembangnya Islam di Bahama. Namun suasana-nya berbeda di era 70-an dengan kondisi sudah lebih kondusif bagi perkembangan dan pertumbuhan agama Islam.

Bulan Oktober 1992, Jamaat-ul-Islam menyelenggarakan Simposium yang berjudul “Deeper Roots’ di Auditorium Kampus di Bahama dengan pembicara utama menghadirkan Dr. Abdullah Hakeem Quick, seorang sarjana Islam dan sejarawan yang mempresentasikan bahwa muslim dari benua Afrika telah berkelana ke dunia baru (Benua Amerika) satu abad sebelum Columbus. Informasi ini menjadi tajuk utama dalam buku berjudul “Deeper Roots 1” yang diterbitkan tahun 1990. Kemudian disusul dengan buku berikutnya berjudul “Deeper Roots-Muslims in the Americas and the Caribbean From Before Columbus to the Present” terbitan tahun 1997. Komunitas muslim Bahama juga cukup beruntung dengan kehadiran Daud Abdul Haqq dari Barbados yang merupakan seorang imam sekaligus pendidik. beliau datang ke Nassau di awal tahun 1990-an. Beliau sangat berperan dalam pembuatan dokumen yang berjudul ‘Recommendations for Crime and Punishment in the Bahamian Society” tahun 1995. Sebuah dokumen yang dipaparkan kepada pemerintah, media dan masyarakat Bahama, berisikan rekomendasi penanganan tindak kriminal dan sangsinya dalam masyarakat Bahama.

Muslim Bahama
Seiring dengan berkembangnya komunitas muslim, melalui upaya da’wah kepada kalangan yang lebih luas disana, menjadi kebutuhan untuk mendirikan organisasi Islam secara resmi dan terdaftar di pemerintahan sehingga mendapatkan ketetapan hukum sebagai sebuah organisasi resmi. Hal tersebut dilaksanakan tahun 1990. Anggota jemaah kemudian mulai melaksanakan pertemuan di berbagai tempat di kediaman sesama saudara muslim melalui upaya kolektif muslim di sana selama bertahun tahun serta donasi dari muslim di luar negara, Muslim Bahama ahirnya mampu membeli lahan seluas dua hektar di daerah Carmichael, kawasan yang sedang berkembang pesat di kota Nassau, tempat berdirinya Masjid dan rencananya akan dilengkapi dengan sekolah bagi anak anak, kediaman Imam serta area pusat bisnis sehingga muslim disanapun dapat berbisnis dilokasi tersebut.

Upaya Da’wah

Pertumbuhan dan perkembangan komunitas Islam di Bahama berkaitan langsung dengan jumlah dan upaya da’wah yang telah dilakukan. Hal yang tidak mungkin terjadi tanpa terus menerus mendakwahkan Islam secara konsisten. Komunitas muslim Bahama meskipun dalam jumlah yang relatif kecil namun cukup aktif dan terlihat berkembang dengan baik keanggotaannya sepanjang tahun dan memang dikarenakan oleh bertambahnya orang orang Bahama yang masuk Islam. Da’wah tidak hanya dilakukan di Nassau tapi juga dilakukan di kota terbesar kedua di Bahama yakni kota Freeport.

Pendekatan da’wah yang dilakukan meluas di Bahama. Komunitas muslim disana secara aktif menyampaikan pesan kepada khalayak luas melalui berbagai cara. Seperti program “street Da’wah” yakni da’wah yang disampaikan dengan mengujungi area tertentu dan berbicara langsung kepada masyarakat disana tentang Islam, secara aktif menyampaikan pesan tentang Islam melalui acara radio termasuk melaksanakan forum diskusi dan pameran sejarah Islam.

Isu Sosial dan Komunitas Islam

Muslim Bahama juga aktif melibatkan diri dalam kerja kerja sosial termasuk di dalamnya membagikan pakaian kepada yang membutuhkan serta berbagai aktivitas amal lainnya. berkaitan dengan isu sosial, komunitas muslim telah bersuara dengan keras dalam hal krimilitas dalam masyarakat untuk memperbaiki pandangan negatif masyarakat disana tentang Islam dan muslim di media masa. Komunitas muslim juga bekerja keras dalam menampilkan Islam sebagai obat bagi berbagai penyakit masyarakat.

Secara historis muslim Bahama senantiasa melibatkan diri dalam setiap gagasan pemerintah yang ber-orientasi aktivitas sosial. Saat pemerintah membentuk National Social development council (Dewan Perkembangan Sosial Nasional), Komunitas muslim Bahama langsung terjun untuk berkontribusi. Dewan tersebut merupakan amalgamasi dari lembaga lembaga amal yang ada untuk bersama sama menangani berbagai permasalahan sosial negara.*** Kembali ke bagian pertama

------------------

Islam di Bahama

BAHAMA adalah negara kepulauan di laut Karibia dengan sistem pemerintahan berbentuk commonwealth Inggris Raya. Ratu Elizabeth II adalah kepala negara Bahama diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal.

Tahukah Kamu Dimanakah letak Bahama

Bahama atau Bahamas atau nama resminya The Commonwealth of The Bahamas, adalah sebuah negara pulau yang berbentuk persemakmuran di Karibia. Sebagai negara persemakmuran, Ratu Elizabeth II merupakan kepala negara Bahama sedangkan kepala pemerintahannya di pegang oleh Seorang Perdana Menteri. Ratu Elizabeth II menunjuk seorang gubernur Jenderal untuk mewakili dirinya di Bahama. Wilayah Bahama memiliki lebih dari 700 pulau yang terdiri dari pulau pulau besar dan kecil serta pulau karang. Luas keseluruhan wilayah daratan-nya adalah 13.878 km2, hampir setara dengan luas provinsi Sulawesi Utara (13,851.64 km2), sedangkan luas keseluruhan Bahama termasuk wilayah lautnya adalah 470,000 km2.

Bahama beribukota di Nassau yang terletak di pulau New Providence. Keseluruhan pulau di Bahama memiliki permukaan datar dengan ketinggian tak lebih dari 15-20 meter dari permukaan laut (mdpl). Titik tertinggi di Bahama hanya 63 mdpl, berada di puncak gunung Alvernia di Cat Island. Bahama bertetangga dengan Cuba, Pulau Hispanola (Republik Dominika dan Haiti) di sebelah selatan, di sebelah tenggaranya berbatasan dengan pulau Turks and Caicos, sedangkan disebelah timur lautnya berbatasan dengan negara bagian Florida Amerika Serikat. Bagi yang biasa membaca artikel misteri, hampir keseluruhan wilayah Bahama masuk dalam wilayah yang disebut segitiga Bermuda.

Sekilas Tentang Bahama

Columbus dari Spanyol merupakan pelaut Eropa pertama yang menemukan kepulauan Bahama, namun demikian Bahama tidak pernah menjadi koloni Spanyol, justru pada tahun 1718 Bahama menjadi Koloni Inggris. Suku asli disana sudah menjadi korban perbudakan sejak masa Portugis menancapkan kukunya disana sampai ahirnya dihapuskan pada tahun 1834 pada masa penjajahan Inggris. Bahama memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 10 Juli 1973, namun tetap mempertahankan hubungan dengan Inggris sebagai sebagai sebuah negara Commonwealth. Saat ini keturunan para budak dan suku Afrika merdeka yang mendiami Bahama mencapai 90% dari keseluruhan populasi negara itu.

Jumlah penduduk Bahama di tahun 2013 mencapai 319.031 jiwa, terdiri dari  83% etnis Afro-Bahamian, 15% kulit putih, 0.7% tidak tercatat, 0.6% etnis Asia dan 0.3% dari etnis lainnya. Bahasa resmi Bahama adalah bahasa Inggris dan Bahamian. Bahama memiliki mata uang Bahamian dollar (BSD) namun dolar Amerika digunakan secara luas di negara ini. Penduduk asli Bahama disebut Lucayan yang merupakan bagian dari suku Arawakan yang berbahasa Taino, tempat dimana Columbus mendarat untuk pertama kalinya di dunia baru (benua Amerika) pada tahun 1492.

Dalam hal pendapatan perkapita, Bahama merupakan salah satu negara terkaya di benua Amerika setelah Amerika Serikat dan Kanada. Dengan sumber pendapatan utamanya berasal dari pariwisata dan sektor finansial. Nama Bahama berasal dari bahasa Spanyol ‘Baja Mar’ (laut dangkal) yang mencerminkan kondisi perairan di kepulauan tersebut, dan Bahama (The Bahamas) merupakan satu dari ‘hanya’ dua negara di dunia yang nama resminya dimulai dengan awalan “The” bersama dengan “The” Gambia di benua Afrika.

Agama Agama di Bahama

Merujuk kepada wikipedia tentang Bahama Agama yang dianut penduduk Bahama di dominasi oleh agama Kristen, terdiri dari Baptis 35.4%, Anglikan 15.1%, Katholik Roma 13.5%, Pentekosta 8.1%, Gereja Tuhan 4.8%, Methodist 4.2%, Kristen lainnya 15.2%, Protestan lainnya 12%, tidak beragama atau tidak diketahui 3%, dan pemeluk agama lain nya terdiri dari 2% termasuk di dalamnya Yahudi, Islam, Baha’I, Hindu, Rastafaria, dan penganut Obeah.

Islam di Bahama

Muslim di Bahama merupakan kelompok minoritas, namun belum ada angka pasti tentang jumlah muslim yang ada di Bahama. Wikipedia dan CIA World Fact Book tidak menyebutkan jumlah ataupun rasion muslim di Bahama secara spesifik sebagaimana disebutkan di alenia sebelumnya. Hanya laporan PEW Forum di halaman 32 yang menyebut jumlah muslim di Bahama dengan sedikit spesifik yakni 0.1% dari total penduduk Bahama. Beberapa laporan perjalanan muslim yang pernah singgah ke Bahama menyebutkan ada sekitar 60 orang jemaah yang menhadiri sholat Jum’at berjamaah di Masjid kota Nassau.

Kecilnya jumlah tersebut merefresentasikan besarnya tantangan bagi muslim disana yang kesehariannya hidup ditengah tengah lingkungan non muslim. Namun demikian cukup menggembirakan bahwa di Bahama sudah ada satu Masjid yang cukup megah di kota Nassau meski masih dalam upaya untuk kemungkinan menyuarakan azan dari menaranya 5x sehari. Sejarah Islam di Bahama di mulai sejak awal 1970-an ketika beberapa mahasiswa yang sudah memeluk Islam selama kuliah di luar negeri kembali ke kampung halaman dan mulai berkumpul untuk mendalami Islam bersama sama.

Sejarah Awal

Sejarah setempat menunjukkan bahwa Islam sudah ada Bahama sejak masa perbudakan dan banyak dari mereka yang cukup terdidik, namun kerasnya perbudakan membuat Islam tidak bertahan melalui masa teramat sulit tersebut. Informasi tentang keberadaan muslim di Bahama selama masa perbudakan dapat ditemukan di kantor Pencatatan Umum Pemerintah dibawah Kementrian pendidikan Budaya. Di dalam sebuah buklet berjudul “Aspek Perbudakan” halaman 15, catatan itu menyebutkan bahwa, “….di tahun 1802 diantara para jemaah gereja terdapat 140 orang kulit putih, 35 orang bebas dan 1078 Negro dan budak lainnya. Pada saat pertama kali datang banyak diantara orang Negro tersebut menyebut diri mereka pengikut Muhammad.  Namun kemudian mereka semua telah dibabtis sebanyak 93 orang dewasa dan 41 orang bayi dalam waktu kurang dari setahun…”.

MASJID di Kota Nassau, Ibukota Bahama

Pada halaman 25 buklet yang sama ditemukan bukti lebih lanjut dari sebuah surat yang ditulis dalam hurup Arab oleh Budak Afrika yang sudah diimerdekakan dan tinggal di Carmichael 1831 CO23/84 415-20. Surat tersebut ditujukan kepada Gubernur Sir James Carmichael Smyth, dari Budak Afrika merdeka yang tinggal di Adelaide. Budak Afrika yang sudah merdeka tersebut diyakini bernama Abul Keli, seorang bangsawan Afrika dari suku Ibo yang kemudian ditangkap oleh pedagang budak karena dianggap sebagai dagangan potensial, namun kemudian dia diselamatkan oleh intervensi berkali kali oleh angkatan laut kerajaan Inggris Raya yang menangkap kapal pedagang budak tersebut dan membawanya ke Bahama. Surat berbahasa Arab tersebut juga mengutip ayat Al-Qur’an dan sangat menarik karena kemampuan-nya menulis surat tersebut menghapus mitos bahwa semua budah Afrika adalah buta hurup.

Sejarawan terkenal, Michael Kraton, menyatakan dalam bukunya "A History of the Bahamas," "Dengan mempertimbangkan rute pengiriman yang biasa digunakan; besar kemungkinan bahwa sebagian besar orang Negro Bahama berasal dari bagian utara Afrika. Diantara mereka ditemukan berkulit sawo matang dari suku Mandingoes, Fulani dan Hausa .. " Fakta historis dan sosiologis menujukkan bahwa Mandingoes, Fulani dan Hausa suku yang mayoritas beragama Islam.

Timbuktu adalah nama yang seringkali di ucapkan oleh lidah orang orang tua Bahama dari Abaco hingga ke Inagua. Namun demikian sebagian besar orang Bahama sendiri tidak tahu bahwa Timbuktu adalah kota tua di Afrika yang sudah ada sejak sekitar tahun 1000 oleh nenek moyang orang Afrika yang kini menjadi orang Bahama. Disebutkan di dalam encyclopedia Britannica bahwa, “pada tahun 1310 Raja Mandingo, Kankan (Gongo) Musa memiliki masjid baru dibangun dan Timbuktu menjadi pusat pembelajaran Islam dan Budaya.

Dan diyakini muslim yang sama pula yang memberi alasan mengapa Christopher Columbus berlayar ke arah timur. Karena sudah di sebutkan di dalam Al-Qur’an, sehingga setiap muslim sangat faham bahwa bumi itu bundar dan sangat mungkin untuk menjelajahinya melalui jalur laut. Perjalanan global sudah menjadi pembicaraan biasa diantara kaum muslimin pada saat Eropa masih bersikukuh bahwa bumi itu datar.  Bangsa Moors dari wilayah Timbuktu telah menguasai Spanyol dari tahun 711 hingga tahun 1492.

Basil Davidson dalam bukunya "Africa", mencatat bahwa, “dalam perjalanannya ke Mekah melewati Kairo di tahun 1324, Mansa Musa yang Agung dari Mali telah menceritakan dongeng perjalanan petualangan laut yang dramatis. Dia mengatakan bahwa pendahulunya telah mengirimkan 2 kali ekspedisi besar, yang pertama empat ratus kapal dan yang berikutnya dua ribu kapal, menyeberangi lautan dalam upaya mengetahui ada apa disisi dunia yang lain namun hanya satu kapal saja beserta kru nya yang kembali.***  Bersambung ke bagian 2

Selasa, 10 Mei 2016

Masjid Agung Madani Islamic Center Rokan Hulu

GEMERLAP. Komplek Masjid Agung Madani Islamic Center (MAMIC) Rokan Hulu tampak gemerlap dengan sinar lampu di malam hari

Tuanku Tambusai, Minangkabau dan Rokan Hulu

Bila anda pernah menbaca sejarah Pahlawan Nasional Tuanku Tambusai yang terkenal dengan perlawanannya terhadap penjajah Belanda dalam perang Paderi, beliau adalah tokoh pejuang abad ke XIX yang berasal dari daerah yang kini menjadi Kabupaten Rokan Hulu. Pada masa itu daerah Rokan Hulu masih bagian dari wilayah Minangkabau di bawah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung. Setelah jatuhnya Benteng Bonjol dan penangkapan terhadap Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1837, maka perjuangan kaum Paderi dilanjutkan oleh Tuanku Tambusai. Sebagai panglima terakhir yang masih tersisa bersama sisa laskar Paderi bertahan di benteng terakhir kaum Paderi di daerah Dalu-Dalu Rokan Hulu. Benteng ini pun akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1838 setelah digempur selama hampir 1 tahun. Dengan jatuhnya benteng tersebut, berakhirlah era Perang Paderi di seluruh wilayah adat Minangkabau.

Rokan Hulu ini tidak bisa dipisahkan dari Kerajaan Rokan di Rokan IV Koto pada abad ke-18. Daerah ini juga ada Kerajaan Rambah dan Tambusai. Kedua nama ini kelak diabadikan menjadi nama Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu. Pada masanya kerajaan-kerajaan ini sempat mengalami keemasan. Pemerintah Penjajahan Belanda di Indonesia kemudian menjadikan kota Pasir Pengarayan yang kini menjadi ibukota kabupaten Rokan Hulu sebagai kewedanaan. Setelah Indonesia merdeka, wilayah Rokan Hulu dimasukkan ke dalam wilayah kabupaten Kampar dengan ibukotanya di Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah tanggal 9 November 1949 Nomor 10/GM/STE/49.

Melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26.525, tanggal 26 Mei 1997 Rokan Hulu menjadi wilayah kerja Pembantu Bupati Kampar Wilayah I. kemudian berdasarkan Undang Undang Nomor 53 tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 Rokan Hulu secara resmi menjadi Kabupaten Otonom dan diresmikan oleh pemerintah sebagai Kabupaten Rokan Hulu dengan ibu kota Pasir Pengarayan. Kemudian diperkuat lagi dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004 yang menjadikan Desa Tandun, Desa Aliantan, dan Desa Kabun sebagai bagian dari Kabupaten Rokan Hulu.

HUJAU. Disiang hari komplek masjid ini tampak menjulang diantara rindangnya pepohonan yang menghijau di sekitarnya, menampakkan sebuah harmoni antara karya manusia dengan keasrian alam sekitarnya. Kubah kubah masjid ini tampak senada dengan hijaunya alam. 

Negeri Seribu Suluk

Dalam kaitannya dengan agama Islam dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah. Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri, Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan, Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Kata suluk biasanya berhubungan dengan tasawuf, tarekat dan sufisme. Di Rokan Hulu terdapat surau-surau suluk yang banyak, maka dari itu Rokan Hulu dikenal dengan julukan " Negeri Seribu Suluk"

MAMIC Rohul

Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu ( MAMIC Rohul) atau biasa juga disebut sebagai Masjid Agung Madani Pasir Pengaraian adalah Masjid Agung sekaligus Islamic Center Kabupaten Rokan Hulu, provinsi Riau. Pembangunan-nya digagas oleh Bupati Rokan Hulu Drs. H. Achmad, M. Si, dan menjadi ikon Kabupaten Rokan Hulu. Pembangunan MAMIC Rokan Hulu dimulai pada Tahun 2008, dan diresmikan penggunaannya pada hari Jumat Tanggal 25 Syaban 1431 H, bertepatan dengan 06 Agustus 2010 M oleh Bupati Rokan Hulu Drs. H. Achmad, M. Si. Dengan menghadirkan Ustadz kondang, Dai Sejuta umat KH. Zainuddin MZ yang bertindak selaku Khatib pada Sholat Jumat saat itu.

Alamat dan Lokasi MAMIC Rohul

Jl. Komp. Perkantoran Pemda Rokan Hulu
Pematang Berangan, Rambah, Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau – Indonesia.



MAMIC Rokan Hulu didirikan diatas lahan seluas 22 hektar dengan luas bangunan 15 800 meter persegi dan berdaya tampung mencapai 15.000 hingga 20 000 jemaah. Pembangunannya di danai dengan dana dari APBD Kabupaten Rokan Hulu, menghabiskan setidaknya 400 milyar Rupiah. Pelaksanaan bangunannya dipercayakan kepada PT. Citra Murni Semesta Jakarta sebagai Konsultan Perencana, PT. Holistika Prima Grahita sebagai konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana PT. Total Bangun Persada.

Pengelolaan Masjid ini sepenuhnya diurus oleh Badan Pengelola Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu yang diketuai oleh Ir. Damri yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Rokan Hulu, dibantu oleh 44 orang Pekerja profesional lainnya yang terdiri dari Pegawai Sekretariat, cleaning service, pekerja taman, petugas keamanan dan kesehatan. Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu dilengkapi dengan Penyejuk Ruangan, Sound System dan multi media,

Arsitektur MAMIC Rohul

Fitur utama bangunan masjid ini terdiri bangunan utama masjid dan bangunan plaza yang dikelilingi oleh arcade. Arsitektur masjid mengadopsi bangunan masjid modern bergaya arabia dengan kubah besar berdiameter 25 meter di atap bangunan utama di apit empat menara di setiap sudut bangunan masjid masing masing setinggi 66.66 meter ditambah dengan satu menara utama setinggi 99 meter yang terpisah dari bangunan utama masjid.

MAMIC Rohul ini dilengkapi dengan sarana pendukung seperti MCK dan tempat wudhu yang nyaman dan bersih, juga dilengkapi dengan perpustakaan digital dan manual, TV Madani, Radio Daerah,  poliklinik, aula serbaguna, toserba serta ruangan belajar yang dilengkapi dengan akses internet.

Akses ke bangunan utama masjid ini terdiri dari 9 pintu masing masing 3 pintu di tiga sisi bangunan masjid, kesemua pintu tersebut diberi nama terdiri dari, Pintu utama di sebelah timur diberi nama Pintu Babussalam di apit oleh pintu Khodijah di sebelah kanan dan pintu Aisyah disebelah kirinya. Pintu Utama di sebelah selatan diberi nama Pintu Aisyah I di apit oleh Pintu Usman Bin Afan disebelah kanan dan Pintu Umar Bin Khatab  di sebelah kirinya. Pintu utama disisi Utara diberi nama pintu Khadijah I di apit pintu Abu Bakar As Siddiq di sebelah kanan dan Pintu Umar Bin Khatab di sebelah kirinya.

Interior Masjid dihiasi dengan berbagai kaligrafi serta lampu gantung seberat 2 ton, terbuat dari Pelat Kuningan dari Italia, dan batu hias, Batu Oksi dari Jawa Timur, Batu Akik dari Kalimantan dan Turki, Batu Cris Topas dari Jawa Barat, dan Kalimaya dari Banten, kaca lampu Gold Spectrum dari Amerika dan bagian tengah merupakan perisai muslim, bagian pinggir terdapat rantai yang merupakan persatuan umat Islam, 8 bilah pedang sabilillah Khaidir Ali, 16 busur panah Syaidina Ali bin Abi Tholib dan 8 tombak Abu Bakar Assiddiq, ditambah dengan bunga Kusuma lambang kejayaan Islam dan dikelilingi surat Al-Fatihah, surat Al –Kafirun, surat Annas serta 99 Asmaul Husna.

Aktivitas MAMIC Rohul

Kegiatan Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu adalah Sholat Fardu Lima waktu secara berjamaah, terutama waktu Zuhur dan Ashar, dimana seluruh Pegawai yang berjumlah hampir 3000 orang diwajibkan Sholat berjamaah ke-Masjid ini. Kegiatan lainnya adalah ceramah Agama yang dilaksanakan rutin setiap malam Kamis dengan materi dan penceramah yang sudah ditetapkan, yaitu Fiqih oleh Ustad Dr. Mawardi Saleh, Lc. MA,  Tafsir oleh Ustad Dr. Musthafa Umar, Hadist oleh Abdul Somad, Lc. MA dan Aqidah oleh Ustad Nurhadi Husein, Lc.

KE EMASAN. Gemerlap warna ke-emasan mendominasi interior Masjid Agung Madani Islamic Center Rokan Hulu

Disamping kegiatan tersebut Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu juga menyelenggarakan buka puasa setiap hari Senin dan Kamis, I’tikaf bersama sekali dalam sebulan serta kegiatan peringatan hari besar Islam, terkhusus bulan Ramadhan disediakan baik sahur atau berbuka untuk 500 orang setiap harinya. (R. Taher).

Masjid Agung Pasir Pengaraian ini selain menjadi tempat beribadah juga menjadi salah satu tempat wisata religi di kabupaten Rokan Hulu dengan salah satu fitur menariknya adalah memandang kota Pasir Pagaraian dari ketinggian menara Masjid ini yang memang dibangun menjulang hingga 99 meter.

Maha Karya Terbaik Indonesia Tahun 2015 Versi Kemenag

Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau, jadi Masjid terbaik di Indonesia untuk Tahun 2015, diantara 509 masjid di 33 provinsi. Prestasi diraih oleh Masjid Agung Madani Rohul sebagai Masjid Agung Percontohan Paripurna sudah meliputi penilaian kategori Idarah, Imarah, dan Riayah. Berdasarkan keputusan Dewan Penilai Masjid Agung Percontohan Nomor 01/DPM.MA/XI/2015, tentang penetapan Masjid Agung Percontohan Tingkat Nasional Tahun 2015,

SEPERTI BUKAN DI INDONESIA. Keindahan masjid ini memang cukup mengagumkan dengan rancangan yang berbeda dengan masjid masjid yang sudah ada di Indonesia sebelumnya. Empat menara mengitari empat penjuru bangunan utama, ditambah satu menara utama setinggi 99 meter, mengantarkan pengunjung memandang komplek masjid ini dan wilayah sekitarnya dari ketinggian. 

Tim panitia yang diketuai Prof Dr. H. Ahmad Satori, Masjid Agung Madani Rohul menjadi meraih terbaik dari kategori Masjid Agung Percontohan Paripurna di Indonesia dengan nilai 90,28. Lanjutnya, di posisi kedua ditempati Masjid Baiturrahman Provinsi Jawa Timur dengan nilai 88,77, dan posisi ketiga ditempati Masjid Dr. Wahidin 8 di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kemudian, dari kategori Masjid Agung Percontohan Idarah atau Administrasi, juara pertama ditempati Masjid Sindenreng Rappang Sulawesi Selatan, disusul Masjid Nurul Falah Sulawesi Barat, dan Masjid Baitul Hikmah Kalimantan Timur. Kategori Masjid Agung Percontohan Imarah atau Kemakmuran, Masjid Baitussalam DKI Jakarta menempati posisi pertama, disusul Masjid Al-Mukarram Amanah Kalimantan Tengah, dan Masjid Nurul Huda di Provinsi Bali.

Kategori Masjid Agung Percontohan Riayah atau Pemeliharaan dan Kebersihan, Masjid Agung Sibolga di Provinsi Sumatera Utara menjadi yang terbaik, disusul Masjid Agung Brebes Jawa Tengah,  dan Masjid An-Nur Sulawesi Tengah. Sebagai Masjid Agung terbaik, Masjid Agung Madani menerima hadiah berupa vacuum cleaner seharga Rp 20 juta dari Kemenag RI.

------------ooo000ooo------------

Baca Juga 


Rabu, 04 Mei 2016

Islamic Center Turath, Estonia

TAK MIRIP MASJID. Bangunan Islamic Center Turath di kota Tallin, Estonia

Islamic Center Turath berada tidak jauh dari bandara Ãœlemiste kota Tallin, Ibukota Estonia. Secara resminya masjid ini bernama Kultuuri Keskus Turath atau Cultural Center Turath. Tidak ada kata Masjid ataupun Islam di nama resminya. Sama seperti halnya dengan bangunan masjidnya yang sama sekali tidak mirip dengan bentuk masjid pada umumnya. Bangunan masjid yang berdiri diantara gedung gedung bertingkat di kota Tallin diantara hingar bingar kota yang ahirnya mengizinkan pembangunan masjid setelah perjuangan bertahun tahun muslim disana, meski dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi termasuk tentang penggunaan nama dan bentuk bangunan yang disebutkan tadi.

Masjid ini dapat dicapai menggunakan bus Nomor 65, 15 dan 7. berhenti di perhentian bus Dvigateli, lalu menyeberang jalan dibelakang Universitas. Masjid ini berada di sebelah gedung the big black Microlink building. bila dari pusat kota dapat menggunakan bus nomor 2. kemudian berhenti di disebelah Ülemiste shopping center, lalu menyeberang jalan berbelok ke kiri kemudian ke kanan. Imam Masjid ini Mufti Ildar Muhhamedšin dapat memandu anda menuju masjid ini, beliau mampu berbicara dalam Bahasa Estonia, Russia, Arab, Tatar dan sedikit Bahasa Inggris. Hingga kini, masjid ini merupakan masjid satu satunya di Estonia.

9, Keevise St
11415 Tallinn, Estonia
Mufti Ildar MuhhamedÅ¡in  (00 372) 55 94 76 89(00 372) 55 94 76 89



Berdirinya masjid dan Islamic Center di Kota Tallin, Ibukota Estonia ini tidaklah berjalan mulus. Seperti telah disinggung dalam artikel sebelumnya tentang Islam di Estonia, perdebatan panjang dan penolakan keras mewarnai pembangunan masjid ini sejak baru pada tahap wacana. Pembangunan masjid yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan muslim setempat yang digagas oleh Komunitas Muslim Azeri di negara kawasan Nordic tersebut memicu perdebatan sengit ditengah masayarakat yang mayoritas beragama Kristen di negara itu.

Diperkirakan ada sekitar 10 ribu muslim di Estonia yang berasal dari etnis Tatar dan Azeri (Azerbaijan) yang berimigrasi ke Estonia selama kekuasaan Uni Soviet. Sebelum negara tersebut menjadi bagian Soviet bahkan sudah ada komunitas muslim di kota Narva dan Tallin. Negara baru seperti Estonia yang merdeka penuh setelah runtuhnya Uni Soviet memang tidak serta merta mampu mengintegrasikan seluruh elemen masyarakatnya yang beragam etnis selain etnis Estonia yang merupakan pribumi untuk semua nya menjadi Satu Estonia yang multikultural.

Penolakan keras dari kalangan elit politik partai Kristen yang mengaku mewakili kaum Lutheranis dan Kristen Ortodok yang merupakan mayoritas di Estonia. Namun dengan jumlah 10 ribu jiwa, muslim disana bahkan sudah jauh lebih banyak dibandingkan komunitas Katholik ditambah dengan komunitas Baptis yang ada di negara tersebut. Berita tentang Islam memang sangat jarang muncul di media Estonia dikarenakan sebagian besar muslim disana tidak berbicara dalam Bahasa Estonia dalam kesehariannya tapi berbicara dalam Bahasa Rusia, juga jarang muncul di media berbahasa Rusia dikarenakan rata rata orang Estonia yang menggunakan Bahasa Rusia adalah penganut Kristen Ortodok.

Manakala wacana pembangunan masjid muncul di salah satu media pada bulan januari 2001 langsung mendapatkan tanggapan serius dari masyarakat disana dan memicu depat dan penolakan berkepanjangan termasuk dari parlemen negara tersebut. Namun demikian Walikota Tallin Jüri Mõis mengungkapkan hal yang sedikit berbeda daripada sekedar menolak mentah mentah pembangunan masjid. Beliau fokus pada lokasi masjid yang akan dibangun, harus dalam bentuk yang senada dengan bangunan yang sudah ada sehingga tidak merusak panorama kota serta tentang kemungkinan masa depan terkait dengan pariwisata dan investasi yang akan masuk ke kota itu. Sementara inisiator pembangunan masjid tersebut, Habib Gulijev menyebutkan bahwa kemungkinan wilayah Prita di Kota Tallin sebagai lokasi yang dipilih dengan pemandangan yang baik ke arah laut. Habib Gulijev adalah muslim keturunan Azerbaijan yang meraih sukses di Tallin dengan bisnis import jus pomegranad dari Azerbaijan ke Estonia.

Bagian dalam masjid Turath 

Turath Islamic Center ahirnya berdiri di tahun 2009 dengan berbagai persyaratan yang harus dipatuhi termasuk tidak diperkenankan mengumandangkan azan ke luar bangunan. persyaratan lainnya yang harus tetap dipenuhi adalah agar masjid yang dibangun bentuknya harus menyelaraskan dengan bangunan disekitarnya dan tidak menyolok. itu sebabnya bangunan masjid ini dibangun layaknya sebuah bangunan bertingkat biasa. tidak seperti bangunan masjid yang biasa kita kenal.

Kini muslim disana kini sudah memiliki tempat berkumpul resmi dan permanen untuk menyelenggarakan sholat berjamaah, pengajian dan aktivitas lainnya. Muslim dari berbagai bangsa termasuk dari Estonia sendiri, dari timur tengah, Rusia, Turki, Tatar dan lain lain tumpek plek disana secara akrab dan terbuka. Ildar MuhhamedÅ¡in, imam masjid ini selalu dengan ramah kepada siapapun yang datang ke masjid ini. Beliau bahkan masih menyimpan Al-Qur’an pemberian Kakeknya yang sudah wafat.

Dimasa pendudukan Uni Soviet di Estonia, ummat Islam disana berada dalam situasi yang teramat tidak menguntungkan. Untuk sekedar melaksanakan sholat pun mereka harus melaksanakannya secara sembunyi sembunyi karena penguasa komunis saat ini sangat melarang aktivitas peribadatan. Kondisi berubah drastic saat Estonia Merdeka, meski diskriminasi dan sentiment anti Islam juga merebak di negara itu.

Masjid Turath

Masjid Turath terbuka untuk semua muslim, Ruang sholat untuk Jemaah pria disediakan di lantai dua sedangkan Jemaah wanita ruang sholatnya berada di lantai tiga. Masing masing lantai sudah disediakan rak kayu untuk menyimpan alas kaki para jamaah. Jemaah wanita akan bergabung ke lantai dua di balik tirai pada saat sesi pelajaran Bahasa Arab dan kajian lainnya. Ruang sholat di masjid ini cukup leluasa, lengkap dengan mimbar dari kayu berukir tempat khatib menyampaikan khutbah. Seluruh lantainya ditutup dengan karpet merah sajadah. Di beberapa bagian di pasang beberapa hiasan kaligrafi.

Pemisahan ruang sholat antara jema’ah pria dan wanita ini memang hal yang mutlak dalam Islam, namun merupakan hal yang aneh bagi tradisi Eropa. Itu sebab nya hal ini menjadi salah satu hal wajib yang harus dijelaskan kepada non muslim yang berminat untuk berkunjung ke masjid, termasuk juga tentan kewajiban untuk menutup aurat.

Ada jejeran kursi di bagian shaf paling belakang. biasanya digunakan untuk jemaah yang tidak mampu untuk sholat berdiri. ataupun untuk jemaah pengajian yang tidak bisa atau tidak kuat untuk duduk dilantai.

Turath dalam Bahasa Arab berarti Heritage (warisan budaya), digunakannya nama Turath untuk masjid dan Islamic Center ini dikarenakan para pendiri masjid ini berharap para jemaahnya untuk tetap mengingat budaya (Islam) dan memperkenalkan budaya tersebut kepada siapapun yang tertarik kepada agama Islam, sebagai bagian dari usaha untuk membangkitkan kembali Islam di Estonia dari Masjid satu satu nya tersebut.

bila dibandingkan dengan Kota kota besar Eropa lainnya, perkembangan Islam di Estonia dapat dikatagorikan stagnan karena berbagai factor termasuk aturan ke-imigrasian yang mempersulit bahkan melarang masuknya imigran dari negara negara Islam ke negara tersebut. wajar bila kemudian para Pendiri masjid Di Tallin ini memberi nama Turath (Heritage) pada masjid pertama tersebut sebagai do’a untuk senantiasa mempertahankan Islamic Heritage di negara tersebut.

Sebagai pusat ke-Islaman, Masjid Turath ini menyelenggarakan pendidikan Bahasa Arab, Pembinaan pemuda / remaja muslim, sekolah minggu serta mencetak dan mendistribusikan koran koran islami ke seluruh kelompol kelompok pengajian yang tersebar di Estonia dan wilayah Baltik lainnya. Masjid Turath juga menyelenggarakan pernikahan dan pengurusan jenazah secara Islam.***

Selasa, 03 Mei 2016

Islam Di Estonia

Estonia berada di kawasan Laut Baltik, Sebelumnya negara ini merupakan bagian dari Uni Soviet. Setelah merdeka, kini malah bergabung dengan NATO yang dulunya merupakan musuh bebuyutan nya Uni Soviet.

Estonia adalah adalah sebuah negara berdaulat berbentuk Republik di kawasan Baltik di Eropa Utara. yang kembali memproklamirkan kemerdekaannya setelah lepas dari Uni Soviet. Estonia ber-ibukota di Tallin sekligus menjadi kota terbesar di negara itu. Secara geografis Estonia berbatasan dengan Teluk Finlandia di utara, dengan Laut Baltik di barat, dengan Latvia dan Teluk Riga di selatan, dan Danau Peipus (Peipsi) dan Rusia di timur. Estonia turut menandatangani perjanjian Schengen 1985 yang menghapuskan pengawasan perbatan diantara negara negara Eropa.

Wilayah Estonia seluas 45,227 km2 sedikit lebih kecil dari luas provinsi Sulawesi Selatan (46,717.48km2). Namun dari jumlah penduduk, Estonia merupakan anggota Uni Eropa dengan penduduk paling sedikit dengan hanya 1.34 juta jiwa. Bandingkan dengan penduduk provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 8.034.776 jiwa, dengan luas wilayah yang hampir sama.

Estonia memiliki produk domestik bruto per kapita yang tinggi di antara bekas republik-republik Soviet, terdaftar sebagai Ekonomi Berpendapatan Tinggi oleh Bank Dunia, sebagai Ekonomi Maju oleh Dana Moneter Internasional dan anggota OECD berpendapatan tinggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan Estonia sebagai negara maju dengan Indeks Pembangunan Manusia yang "Sangat Tinggi". Negara ini juga berperingkat tinggi dalam hal kebebasan pers, ekonomi, demokrasi dan politik, dan pendidikan.

Muslim di Estonia

Berdasarkan hasil sensus yang diselenggarakan tahun 2000 jumlah muslim di Estonia yang menyatakan diri mereka sendiri sebagai Muslim ada 1,387 jiwa. Namun demikian beberapa sumber mengklaim bahwa jumlah muslim disana jauh lebih banyak dari jumlah tersebut dengan perkiraan jumlah mencapai 10 ribu atau bahkan hingga 20 ribu jiwa.

Muslim di Estonia kebanyak merupakan kaum Sunni Tatars dan Syi’ah Azeri yang merupakan keturunan dari para imigran yang datang ke Estonia setelah melintasi Livonia Estonia masuk ke dalam Emperium Russian di tahun 1721 dan mereka (yang secara mayoritas) berimigrasi selama periode Soviet (1940–1991).

Sejak tahun 1860, KomunitasTatar menunjukkan aktivitas mereka, yang berpusat di kota Narva. Jemaah muslim ((Narva Muhamedi Kogudus) telah terdaftar di pemerintahan berdiri sendiri Republic of Estonia tahun 1928 kemudian yang kedua adalah (Tallinna Muhamedi Usuühing) di Tallinn tahun 1939. Sebuah bangunan yang dibangun untuk menerima donasi dari jemaah kemudian di gunakan sebagai masjid di kota Narva.

Di tahun 1940 Estonia berada dibawah otoritas Uni Soviet, pemerintahan komunis saat itu melarang aktivitas kedua kelompok jemaah tersebut dan gedung yang digunakan sebagai masjid dihancurkan selama perang dunia kedua berlangsung (tahun 1944). Ketiadaan masjid di Tallinn, jemaah muslim disana kemudian menggunakan apartment yang di fungsikan sebagai ruang sholat berjamaah. Muslims di Estonia di dominasi oleh muslim Volga Tatars (2,363), kemudian disusul oleh muslim dari etnis lainnya Azeri (818), Uzbek (394), Kazakh (233), Turkish (43), Georgian (25) dan dari berbagai etnis lain lain nya (129).

Jejak Islam di Estonia

Temuan arkeologis yang cukup menarik terkait dengan jejak Islam di Estonia. Di Museum Sejarah Estonia di Kota Tallim (Estonian History Museum, Great Guild Hall) menyimpan koin mata uang dari berbagai dinasti Islam. Koin koin tersebut berasal dari dinasti Abasiah, Samaniah dan Karachi. Sejarawan menyakini bahwa koin koin tersebut terjatuh diwilayah Estonia oleh para pedagang bangsa Viking di abad ke delapan masehi.

Beberapa koin dari berbagai dinasti Islam yang ditemukan di wilayah Estonia, kini menjadi salah satu artefak penting yang tersimpan di musium nasional Estonia.

Minoritas dan Marjinal

Sebelum kedatangan Islam, Kristen merupakan agama resmi bagi hampir keseluruhan penduduk Estonia bersama negara negara Baltik lainnya. Sejak tahun 533 masehi setelah Romawi menaklukkan Bizantium dan kemudian Islam tiba di daerah tersebut sekitar tahun ke 25 Hijriah, setelah menaklukkan Armenia dan namanya kemudian dikenal dengan nama Islam sebagai negeri Al-Krj atau Kyrgystan.

Muslim Estonia

Kemudian setelah itu seluruh area kaukasus menjadi wilayah muslim dan kemudian terhubung dengan ke ke-khalifahan Umar Bin Khatab r.a sampai ahirnya benar benar terbuka di masa khalifah Usman Bin Affan r.a. Islam benar benar hadir di wilayah Baltik dimasa kekuasaan dinasti Umayyah berlanjut ke Dinasti Abasiyah. Sampai kemudian menjadi daerah taklukan bangsa Seljuk Turki yang kemudian mengambil alih daerah tersebut, sebelum kemudian diserbu oleh bangsa Mongol. Semanjung Baltik kemudian tercabik cabik dalam kendali tiga dinasti; Mongol, Turki Usmani dan Dagestan.

Manakala kendali tiga negara tersebut pecah menjadi pertikaian dan konflik, wilayah ini kemudian di caplok oleh Tsar Rusia.yang awalnya menawarkan bantuan dan perlindungan kepada negara tersebut termasuk Estonia setelah perang usai. Perlakuan buruk menimpa muslim disana yang berhadapan dengan pembersihan etnis dan upaya kristenisasi paksa oleh rezim tsar Rusia.

Setelah pecah revolusi, komunisme berkuasa di Rusia dan mulai memaksakan penggunaan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi, pelarangan agama dan segala aktivitasnya termasuk juga pelarangan bahasa arab yang benar benar menjadi terlarang di masa itu, serta penyebaran faham atheisme, Muslim estonia menjadi korban termasuk juga seluruh muslim di seantero kekuasaan Uni Soviet hidup dibawah tekanan Komunis dan terancam pengusiran paksa.

Setelah ambruknya rezim Komunis Soviet muslim di Estonia dapat kembali menghirup kebebasan untuk meski dalam jumlah yang semakin marginal setelah puluhan tahun terindas. Konstitusi Estonia menjamin kebebasan beragama namun pemerintah tidak memberikan bantuan apapun kepada kelompok agama minoritas termasuk kepada muslim disana. Jumlah yang minoritas ditambah dengan kondisi perekonomian mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan serta pemahaman tentang islam yang semakin menipis setelah selama puluhan tahun digerus oleh kekuasaan anti Islam membuat perkembangan islam disana cukup memprihatinkan.

Beberapa laporan menyebutkan kondisi diskriminasi pemerintah terhadap warganegara Estonia non pribumi terutama terhadap warga muslim cukup menambah permasalahan muslim disana. Reformasi pendidikan di negara tersebut telah dilakukan namun tidak memberikan ruang kepada warga non pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dalam bahasa ibu mereka masing masing.

Pemerintah Estonia Haramkan Masjid

Di tahun 2001 rencana pembangunan masjid pertama di Ibukota Tallin terhenti. Partai Rakyat Kristen Estonia memenangkan kampanye pengumpulan tanda tangan untuk menghentikan pembangunan masjid dimaksud. Gerakan yang dilakukan sebagai bagian dari keinginan partai sayap kanan untuk membatasi dan meminimalkan kehadiran Muslim di negara tersebut, mendapatkan dukungan penuh dari para anggota parlemen Estonia.

Namun demikian, kelompok-kelompok Kristen lainnya menentang keras kampanye ekstrimis tersebut, mereka mengatakan bahwa Partai Rakyat Kristen sama sekali tidak ada hubungannya dengan para penduduk negara tersebut, oleh karena itu mereka tidak sudi dikait-kaitkan dengan Partai ekstrimis tersebut.

Bereaksi terhadap kampanye diskriminatif Kristen tersebut, mufti Estonia, Sheikh Ahmed Harsinov, mengatakan bahwa pembangunan masjid sama sekali tidak akan membahayakan kepentingan agama lain di negara tersebut. Islam adalah ajaran agama yang penuh dengan kedamaian, sama sekali tidak mengajarkan tindakan rasisme terhadap umat Kristiani, apalagi sampai mengajarkan kekerasan.

Dia kembali mengingatkan pada sejarah Estonia. Umat Muslim kali pertama menginjakkan kaki di negara tersebut sejak 100 tahun yang lalu dan sejak saat itu sama sekali tidak pernah membuat masalah, hal tersebut sebenarnya adalah alasan yang kuat bagi warga Estonia untuk tidak memperlihatkan ketakutan berlebihan terhadap Islam.

Ibukota Tallinn hanya memiliki 13 ruangan yang bisa dipergunakan untuk shalat, namun negara tersebut sama sekali tidak memiliki masjid. Setengah dari 10.000 orang penduduk Muslim di Estonia – yang mana jumlahnya nyata-nyata lebih besar dari umat Katolik Roma – menetap di Tallinn. Namun nyatanya pemerintah yang dikuasi oleh partai Kristen Estonia telah mengeluarkan keputusan yang menentang konstitusi negara-nya sendiri.

Masjid Pertama di Estonia Berdiri di Tallin

Tahun 2009 setelah melalui perjuangan bertahun tahun, muslim Estonia ahirnya memiliki sebuah bangunan masjid di Ibukota negara tersebut. bangunan masjid yang sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal. Hal tersebut merupakan kompromi terhadap sekian banyak kepentingan termasuk syarat yang diajukan pemerintah kota yang meminta agar masjid yang dibangun bentuknya harus menyelaraskan dengan bangunan disekitarnya dan tidak menyolok.

MASJID PERTAMA DI ESTONIA, diberi nama Masjid Turath. Sama sekali tidak mirip dengan masjid yang biasa kita kenal. 

Masjid dan Islamic Center Estonia berada tidak jauh dari bandara Ãœlemiste kota Tallin, Dibelakang gedung Universitas. pembangunannya digagas oleh muslim Azeri (muslim Azerbaijan) yang sudah menjadi warga negara Estonia. sementara inisiator pembangunan masjid tersebut, Habib Gulijev menyebutkan bahwa kemungkinan wilayah Prita di Kota Tallin sebagai lokasi yang dipilih dengan pemandangan yang baik ke arah laut. Habib Gulijev adalah muslim keturunan Azerbaijan yang meraih sukses di Tallin dengan bisnis import jus pomegranad dari Azerbaijan ke Estonia.

Masjid ini menjadi masjid satu satunya di kota Tallin dan bahkan mungkin satu satunya di Estonia. namun setidaknya kini muslim disana kini sudah memiliki tempat berkumpul resmi dan permanen untuk menyelenggarakan sholat berjamaah, pengajian dan aktivitas lainnya.

Waktu Puasa Ramadhan Yang Panjang

Bila muslim di negara negara wilayahnya tidak jauh dari garis khatulistiwa melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dalam waktu terbilang normal sekitar 12-14 jam sejak dari waktu imsak hingga tiba waktu magrib. Lain hal nya dengan muslim yang tinggal di negara negara yang jauh dari garis Khatulistiwa termasuk muslim yang tinggal di Estonia.

Muslim Estonia harus menjalani puasa Ramadhan sekitar 20.5 jam setiap harinya. waktu yang cukup panjang tentunya. Disamping waktu yang begitu panjang, saudara saudara muslim disana masih harus berhadapan dengan lingkungan yang tak bersahabat seperti di negara negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. di Estonia semua berjalan seperti biasa tidak ada warung atau rumah makan yang tutup selama bulan Ramadhan atau himbauan dari pemerintah untuk menghormati orang yang sedang berpuasa.

Namun terlepas dari semua itu, muslim disana tetap menjalankan ibadah puasa. Bulan Ramadhan tetaplah bulan yang spesial. Selama bulan Ramadhan muslim dis Tallin secara bergiliran dan sukarela menjadi juru masak di Masjid kota Tallin, untuk menyediakan makanan berbuka dan sahur bagi sekitar 200 muslim yang secara rutin berkumpul di masjid tersebut. Mereka semua memiliki kekerabatan yang sangat dekat satu sama lain meski berasal dari berbagai latar belakang bangsa yang berbeda beda. Sesuatu yang tidak akan kita temukan dikampung halaman sendiri bukan.***