Halaman

Rabu, 31 Juli 2013

Islam di Ecuador (Bagian 2)

Peta Ecuador

Sejarah Islam di Ecuador

Muslim pertama yang menetap di Equador mayoritas adalah muslim Arab dari berbagai Negara yang kini dikenal sebagai Negara Lebanon, Palestina, Suriah dan Mesir. Mereka bermigrasi ke Equador dengan alasan yang sama seperti muslim lainnya yang berpindah ke Amerika lain yakni menghindar dari perang dunia pertama dan kedua. Imigran Arab tersebut masuk ke Equador dan Amerika Latin lainnya menggunakan Paspor Kekhalifahan Emperium Usmaniah (yang berpusat di Istambul – Turki) karenanya imigran muslim pertama yang masuk kesana lebih sering disebut sebagai warga Turki.

Mereka kebanayakan menetap di kawasan Ibukota Quito juga beberapa daerah lain nya termasuk di Guayaquil, kota pelabuhan terbesar di pantai laut Pasifik, beberapa menetap di di daerah pantai Manab, Los RĂ­os dan provinsi Esmeraldas. Suasana damai di Equador membuat mereka betah menetap disana dengan suasana akrab yang tak jauh berbeda dengan kampung halaman mereka.

Sebagian besar kaum muslimin pertama disana mencarai nafkah sebagai pedagang. Perekenomian Equador pada masa abad awal didasarkan pada pertukaran produk. Tak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa kehidupan awal muslimin disana memang cukup sulit. Mereka harus menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki menjajakan barang dagangan mereka yang diangkut menggunakan keledai dari satu daerah ke daerah lain nya.

Pada masa itu mereka sangat berpengalaman dengan aneka pakaian dan makanan. Mereka menukar Tamar (Kurma), air mawar, falafel, basbusa dan baklawa dengan pisang panela, tepung dan aneka produk lainnya yang mereka butuhkan. Muslim migran awal tersebut kebanyakan memang datang untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, menghindari peperangan yang pecah di negara asalnya. Sangat dimengerti bila faktor religius nya sedikit terabaikan dan dengan sangat mudah larut dan terpengaruh oleh budaya Katholik setempat yang sangat kental. Beberapa dari mereka memang datang ke Equador bersama istri mereka namun kebanyakan dari mereka menikah dengan wanita asli setempat.

Beberapa diantara para keluarga Arab yang merupakan pendatang awal kesana diantaranya adalah keluarga Dassum, Soloh, Shayyeb, A'riz, Becdach, Jairala, Elmer dan lainnya. Tak dapat difungkiri beberapa keturunan mereka kemudian berpindah agama dan hanya sebagian kecil keluarga yang kemudian mampu mengirimkan putra putri mereka untuk belajar di berbagai negara Islam untuk mendapatkan pendidikan bahasa Arab dan pendidikan Islam dengan baik.

Masjid As-Salam di Quito berada di lantai dasar bangunan ini.

Dipenghujung tahun 40-an Arab Muslim dan Kristen disana bergabung dalam satu organisasi bernama Lecla yang merupakan organisasi pertama mereka. Organisasi yang sama sekali tidak didasarkan pada latar belakang agama. Baru kemudian menyusul terbentuknya organisasi sosial “The Arab Club” di pertengahan tahun 60-an. Dipertengahan tahun 80-an trend migrasi mulai terjadi di Equador. Sekitar 20-an pria dari Mesir mencoba memasuki Amerika Serikat dengan resiko apapun. Mereka sama sekali tidak lagi percaya dengan agen perjalanan di Equador dapat membantu mereka ke Amerika Serikat.

Dan yang terjadi kemudian adalah sebagian besar dari mereka meninggalkan Equador kecuali hanya sedikit saja yang masih menetap di Equador. Sebagian kecil dari migran India asal Pakistan yang berpindah di awal 90-an, sebagian besar dari mereka sudah mencapai tujuan mereka berpindah ke berbagai pelabuhan di Kanada atau Amerika Serikat. Dalam hal agama nyaris tak ada yang tersisa untuk dapat ditelusuri. Di penghujung 90-an migran muslim mulai masuk ke Equador, sebagian besar berasal dari Negara Negara Afrika (Liberia, Nigeria dan Ghana), masalah dalam negeri di Negara asal mereka yang membuat mereka pergi mencari penghidupan di Negara lain.

Mualaf Awal Ecuador

Di pertengahan tahun 80-an beberapa penduduk asli Equador memeluk Islam saat mereka di luar negeri. Selama di negaranya sendiri bahkan mereka sama sekali tak pernah mendengar kata “Islam”. rata rata mereka mendapatkan pengaruh yang besar dari orang orang shaleh selama mereka menempuh pendidikan di berbagai Universitas di Amerika Serikat dan Eropa. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa mereka menemukan keselarasan dalam Islam, perdamaian dan hal hal yang masuk akal dalam ajaran Islam, sesuatu yang tak mereka dapatkan dalam ajaran yang sebelumnya mereka anut.

Mereka menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi meski tidak mudah untuk serta merta mengubah semuanya. Di pertengahan 90-an semakin banyak warga pribumi yang memeluk Islam dan kini setiap hari Jum’at setidaknya ada satu orang yang mengikrarkan Syahadad, Alhamdulillah. Trend tersebut bukanlah hal yang mudah mengingat kritikan tajam bahkan tak jarang berupa penolakan keras yang datang dari anggota keluarga mereka sendiri. Berdasarkan perhitungan kasar, muslim di seluruh negeri ada sekitar 500 jiwa.

Pembangunan Masjid

Upaya pertama untuk mendirikan masjid dilakukan oleh muslim disana dengan menyewa sebuah apartemen untuk digunakan sebagai Mushola bagi keperluan Sholat Jum’at. Menyusul kemudian kedutaan besar Mesir yang memfasilitasi sebuah gedung apartemen untuk keperluan yang sama namun sayangnya tidak berlangsung lama. Upaya kedua dilakukan pada bulan Oktober 1988, sebuah organisasi social didirikan untuk membangun masjid dengan nama Asociacion Cultural Khaled bin Al Walid.  Saat ini masing masing Organisasi Islam disana telah memiliki dan mengelola masjid mereka masing masing.

Muslimah pribumi Equador sedikit lebh banyak dari 50% keseluruhan muslim disana. Mereka sangat faham bahwa dengan menjadi muslimah harus mematuhi segala sesuatunya berdasarkan syariah Islam termasuk cara berpakaian, sebagian besar dari mereka telah mengenakan jilbab dengan pakian panjang dalam keseharian mereka. Muslimah disana membentuk kepengurusan sendiri untuk menangani kelas pembelajaran untuk mereka.

Aktivitas Dakwah di Ecuador

Sebagai bagian dari aktivitas dakwah, organisasi Islam di Ecuador sangat aktif melakukan penterjemahan berbagai literatur Islam ke dalam bahasa Spanyol untuk memudahkan proses pembelajaran bagi muslim disana. Terutama buku buku tentang pengenalan Islam, perbandingan agama dan lain lain termasuk di dalamnya yang cukup popular adalah buku karya Ahmed Deedad, The Choise.

Penerbitan pamphlet dan selebaran tentang Islam juga dilaksanakan demikian juga dengan ceramah umum, diskusi hingga tampil di media televisi dan media nasional. Organisasi Islam di sana juga menjalin kerjasama yang erat dengan organisasi keislaman di berbagai Negara Amerika Latin dan Karibia dalam upaya mensinergikan aktivitas dakwah.***

Baca Juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA