Peta Ecuador |
Sejarah Islam di Ecuador
Muslim pertama yang menetap di
Equador mayoritas adalah muslim Arab dari berbagai Negara yang kini dikenal
sebagai Negara Lebanon, Palestina, Suriah dan Mesir. Mereka bermigrasi ke
Equador dengan alasan yang sama seperti muslim lainnya yang berpindah ke
Amerika lain yakni menghindar dari perang dunia pertama dan kedua. Imigran Arab tersebut masuk ke Equador
dan Amerika Latin lainnya menggunakan Paspor Kekhalifahan Emperium Usmaniah
(yang berpusat di Istambul – Turki) karenanya imigran muslim pertama yang masuk
kesana lebih sering disebut sebagai warga Turki.
Mereka kebanayakan menetap di kawasan Ibukota Quito juga beberapa daerah
lain nya termasuk di Guayaquil, kota
pelabuhan terbesar di pantai laut Pasifik, beberapa menetap di di daerah pantai
Manab, Los RĂos dan provinsi Esmeraldas. Suasana damai di Equador membuat mereka betah
menetap disana dengan suasana akrab yang tak jauh berbeda dengan kampung
halaman mereka.
Sebagian besar kaum muslimin pertama disana mencarai nafkah sebagai
pedagang. Perekenomian Equador pada masa abad awal didasarkan pada pertukaran
produk. Tak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa kehidupan awal muslimin
disana memang cukup sulit. Mereka harus menempuh perjalanan cukup jauh dengan
berjalan kaki menjajakan barang dagangan mereka yang diangkut menggunakan
keledai dari satu daerah ke daerah lain nya.
Pada masa itu mereka sangat berpengalaman dengan aneka pakaian dan makanan.
Mereka menukar Tamar (Kurma), air mawar, falafel, basbusa dan baklawa dengan pisang panela,
tepung dan aneka produk lainnya yang mereka butuhkan. Muslim migran awal tersebut kebanyakan memang
datang untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, menghindari peperangan yang
pecah di negara asalnya. Sangat dimengerti bila faktor religius nya sedikit
terabaikan dan dengan sangat mudah larut dan terpengaruh oleh budaya Katholik
setempat yang sangat kental. Beberapa dari mereka memang datang ke Equador
bersama istri mereka namun kebanyakan dari mereka menikah dengan wanita asli
setempat.
Beberapa diantara para keluarga Arab yang merupakan pendatang awal kesana
diantaranya adalah keluarga Dassum, Soloh, Shayyeb, A'riz, Becdach,
Jairala, Elmer dan lainnya. Tak dapat difungkiri beberapa keturunan
mereka kemudian berpindah agama dan hanya sebagian kecil keluarga yang kemudian
mampu mengirimkan putra putri mereka untuk belajar di berbagai negara Islam
untuk mendapatkan pendidikan bahasa Arab dan pendidikan Islam dengan baik.
Masjid As-Salam di Quito berada di lantai dasar bangunan ini. |
Dipenghujung tahun 40-an Arab
Muslim dan Kristen disana bergabung dalam satu organisasi bernama Lecla yang
merupakan organisasi pertama mereka. Organisasi yang sama sekali tidak
didasarkan pada latar belakang agama. Baru kemudian menyusul terbentuknya
organisasi sosial “The Arab Club” di pertengahan tahun 60-an. Dipertengahan
tahun 80-an trend migrasi mulai terjadi di Equador. Sekitar 20-an pria dari
Mesir mencoba memasuki Amerika Serikat dengan resiko apapun. Mereka sama sekali
tidak lagi percaya dengan agen perjalanan di Equador dapat membantu mereka ke
Amerika Serikat.
Dan yang terjadi kemudian adalah
sebagian besar dari mereka meninggalkan Equador kecuali hanya sedikit saja yang
masih menetap di Equador. Sebagian kecil dari migran India asal Pakistan yang
berpindah di awal 90-an, sebagian besar dari mereka sudah mencapai tujuan
mereka berpindah ke berbagai pelabuhan di Kanada atau Amerika Serikat. Dalam
hal agama nyaris tak ada yang tersisa untuk dapat ditelusuri. Di penghujung
90-an migran muslim mulai masuk ke Equador, sebagian besar berasal dari Negara
Negara Afrika (Liberia, Nigeria dan Ghana), masalah dalam negeri di Negara asal
mereka yang membuat mereka pergi mencari penghidupan di Negara lain.
Mualaf Awal Ecuador
Di pertengahan tahun 80-an
beberapa penduduk asli Equador memeluk Islam saat mereka di luar negeri. Selama
di negaranya sendiri bahkan mereka sama sekali tak pernah mendengar kata
“Islam”. rata rata mereka mendapatkan pengaruh yang besar dari orang orang
shaleh selama mereka menempuh pendidikan di berbagai Universitas di Amerika
Serikat dan Eropa. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa mereka menemukan
keselarasan dalam Islam, perdamaian dan hal hal yang masuk akal dalam ajaran
Islam, sesuatu yang tak mereka dapatkan dalam ajaran yang sebelumnya mereka
anut.
Mereka menunjukkan antusiasme
yang sangat tinggi meski tidak mudah untuk serta merta mengubah semuanya. Di
pertengahan 90-an semakin banyak warga pribumi yang memeluk Islam dan kini
setiap hari Jum’at setidaknya ada satu orang yang mengikrarkan Syahadad,
Alhamdulillah. Trend tersebut bukanlah hal yang mudah mengingat kritikan tajam
bahkan tak jarang berupa penolakan keras yang datang dari anggota keluarga
mereka sendiri. Berdasarkan perhitungan kasar, muslim di seluruh negeri ada
sekitar 500 jiwa.
Pembangunan Masjid
Upaya pertama untuk mendirikan
masjid dilakukan oleh muslim disana dengan menyewa sebuah apartemen untuk
digunakan sebagai Mushola bagi keperluan Sholat Jum’at. Menyusul kemudian
kedutaan besar Mesir yang memfasilitasi sebuah gedung apartemen untuk keperluan
yang sama namun sayangnya tidak berlangsung lama. Upaya kedua dilakukan pada
bulan Oktober 1988, sebuah organisasi social didirikan untuk membangun masjid
dengan nama Asociacion Cultural Khaled bin Al Walid. Saat ini masing masing Organisasi Islam disana
telah memiliki dan mengelola masjid mereka masing masing.
Muslimah pribumi Equador sedikit lebh banyak dari 50% keseluruhan muslim
disana. Mereka sangat faham bahwa dengan menjadi muslimah harus mematuhi segala
sesuatunya berdasarkan syariah Islam termasuk cara berpakaian, sebagian besar
dari mereka telah mengenakan jilbab dengan pakian panjang dalam keseharian
mereka. Muslimah disana membentuk kepengurusan sendiri untuk menangani kelas
pembelajaran untuk mereka.
Aktivitas Dakwah di Ecuador
Sebagai bagian dari aktivitas
dakwah, organisasi Islam di Ecuador sangat aktif melakukan penterjemahan
berbagai literatur Islam ke dalam bahasa Spanyol untuk memudahkan proses
pembelajaran bagi muslim disana. Terutama buku buku tentang pengenalan Islam,
perbandingan agama dan lain lain termasuk di dalamnya yang cukup popular adalah
buku karya Ahmed Deedad, The Choise.
Penerbitan pamphlet dan selebaran
tentang Islam juga dilaksanakan demikian juga dengan ceramah umum, diskusi
hingga tampil di media televisi dan media nasional. Organisasi Islam di sana
juga menjalin kerjasama yang erat dengan organisasi keislaman di berbagai Negara
Amerika Latin dan Karibia dalam upaya mensinergikan aktivitas dakwah.***
Baca Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA