Xi’an adalah ibukota propinsi Shaanxi
yang dulunya disebut Chang’an. Xi’an terletak di Huajue distrik, sekitar 120 km
sebelah barat gunung Huashan, salah satu dari kelima gunung terkenal di negeri
Cina. Xi’an juga merupakan pusat dari 12 dinasti yang ada di Cina. Di kota ini
terkenal sebuah bangunan masjid tua yang sudah berumur lebih dari 1000 tahun
dan disebut sebut sebagai masjid tertua di China yakni Masjid Agung Xi’an.
Masjid Agung Xi’an dibangun pada tahun
742 di tahun pertama pemerintahan Kaisar Tia Bo dari dinasti Tang (618-907).
Mesk sudah berusia begitu tua masjid yang lebih mirip sebuah bangunan kelenteng
ini masih berfungsi dengan baik hingga kini, dan pada tahun 1998 yang lalu menetapkan
bangunan Masjid Agung Xi’an sebagai warisan Sejarah China.
Lokasi dan Alamat Masjid Agung Xi’an
Masjid yang beralamat lengkap di
Huajue Xiang 30, Xi'an, Shaanxi ini buka setiap hari dengan waktu yang berbeda
namun pada umumnya mulai pukul 8.00 waktu setempat. Para pengunjung non muslim
diperbolehkan melihat masjid namun tidak bisa masuk ke ruang dalam masjid. Biaya masuk ke masjid ini adalah CNY12 (sekitar Rp16
ribu).
Sejarah Masjid Agung Xi’an
Masjid Raya Xi’an memiliki beberapa varian nama diantaranya Great Mosque
of Xian / Huajuexiang Mosque in Xian / Mosque on Hua Jue Lane / Huachueh Mosque
/ Hua Jue Xiang Mosque / Hua Jue Jiang Mosque / Qing Zhen Si. Masjid Xian ini
sangat bercorak tradisional China dalam design dan artistiknya, kaya dengan
warna-warni dan ukiran disegenap penjuru. Masjid Xian merupakan masjid paling
awal dalam skala besar dan merupakan masjid paling baik pemeliharaan keaslian
nya di China.
Menurut catatan sejarah pada ukiran
kayu pada bagian interiornya, Masjid Agung Xi’an didirikan tahun 742 pada jaman
Dinasti Tang [618 - 907], di tahun pertama pemerintahan kaisar Tian Bo. Tahun
tahun ke’emasan jalur sutra, saat itu banyak pedagang dari Arab dan Persia mendatangi
Cina melalui Jalur tersebut. Sumber lain menyebut-nya dibangun
pada masa Kaisar Xuanzong, (685-762), dan kemudian di renovasi dimasa kekuasaan Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming.
Masjid Agung Xi’an dibangun semasa
dinasti Ming berkuasa di China dimana elemen arsitektural asli china bersintesa
ke dalam arsitektural bangunan masjid ini. Sebagaimana dengan masjid Raya di
Hangzhou, Quanzhou dan Guangzhou, masjid Raya Xi’an memberikan kesan seolah
olah sudah ada sejak awal abad ke 7. Namun
sebenarnya masjid yang ada sekarang ini mulai dibangun tahun 1392 atau di tahun
ke 25 kekuasaan dinasti Ming di China.
GERBANG DAN PENDOPO. |
Konon masjid ini dibangun oleh
Laksamana Cheng Ho, Seorang laksamana angkatan Laut China di masa dinasti Ming. Beliau adalah
seorang muslim yang gemar memakmurkan masjid. Beliau juga sudah menunaikan
rukun Islam ke Lima (ibadah haji) itu sebabnya embel embel haji pun melekat
pada namanya. Beliau terkenal dengan tindakannya memberantas bajak laut di laut
China Selatan.
Perjalanan keliling dunia armada laut
Laksamana Cheng Ho meninggalkan jejak di beberapa kota di Indonesa. Di
Indonesia sendiri saat ini sudah berdiri 3 Masjid yang dibangun oleh Muslim
Indonesia keturunan China dan nama masjid masjid yang didirikan itu di
nisbatkan kepada sang laksamana sebagai penghormatan bagi diri nya. Yakni Masjid Cheng Ho Palembang, Masjid Cheng Ho Surabaya dan Masjid
Cheng Ho Pasuruan dan segera menyusul masjid dengan nama yang sama di beberapa
kota lainnya di Indonesia.
SENTUHAN ARAB terlihat pada ukiran kaligrafi di berbagai tempat di komplek masjid ini termasuk ukiran ayat ayat Al-Qur'an yang terpahat dengan indah di salah satu tembok dalam masjid ini |
Sejak abad ke 17 Masjid Xi’an sudah
mengalami beberapa kali proses rekonstruksi. Sebagian besar bangunan yang ada
saat ini merupakan bangunan dari Dinasti Ming dan dan Dinasti Qing di abad ke
17 dan 18. masjid ini didirikan di Hua Je Lane di luar tembok kota yang
dibangun semasa dinasti Ming. Daerah yang menjadi lingkungan jiao-fang bagi
orang orang asing di sebelah barat laut kota Xi’an. Dan saat ini wilayah ini
menjadi bagian dari kota Xian dengan bangunan Drum Tower yang sangat terkenal
itu hanya terpisah satu blok dari masjid Raya Xi’an
Kemudian para pedagang tersebut
menetap di beberapa kota seperti Guangzhou, Quanzhou, Hoangzho, Yangzhou, dan
Chang’an atau Xi’an. Selain berdagang, mereka juga berdakwah, menyebarkan
ajaran Islam kepada penduduk setempat. Penduduk kota Xi’an kala itu turut
menikmati masa ke’emasan mereka di Xi’an dan membangun masjid ini sebagai masjid di pertengahan
Jalur Sutra dari Timur dan Barat.
Arsitektural Masjid Agung Xi’an
TAMAN di salah satu sudut komplek Masjid Agung Xi'an |
Masjid Agung Xi’an ini dibangun dalam
bentuk bangunan tempat ibadah tradisional China. Makanya tidak heran bila tidak
teliti, siapapun akan mengira bangunan ini adalah bangunan Kelenteng lengkap
dengan beberapa halaman pavilion dan pagoda. Namun setelah masuk ke kawasan
masjid kita akan menemukan kaligrafi Al-Qur’an yang bertebaran di masjid ini.
Masjid Raya Xi’an menyerupai bentuk
kuil Budha era abad ke 15, dengan poros tunggal sejalur dengan halaman depan
yang dikelilingi tembok dan paviliun.
Masjid Raya ini berdiri diatar tanah memanjang berukuran 48 x 248 meter.
Tak seperti kebanyakan masjid, masjid xi’an memiliki penataan seperti
Kuil, halaman depan masjid berada dalam
satu garis dengan paviliun dan lebih mirip sebuah pagoda yang yang di
adaptasikan ke dalam fungsi fungsi Islami, sebagai contohnya adalah masjid Raya
Xi’an dibangun ke arah barat menghadap ke arah Ka’bah di Kota Mekah.
BANGUNAN UTAMA. Gerbang menuju bangunan utama Masjid Agung Xi'an |
Masjid Agung Xi’an berdiri di area
seluas 12.000 – 13.000 m2. Sedangkan bangunan utama masjidnya mempunyai luas
lebih dari 6.000 m2. Areal masjid berbentuk empat persegi panjang, memanjang
dari Timur ke Barat dan terbagi menjadi empat area.
Area pertama berupa gerbang kayu
setinggi 9 m yang dibuat pada abad ke-17. Gerbang ini berhadapan dengan tembok
yang sangat lebar dengan dekorasi ukiran tanah liat serta dihiasi atap dari
tumpukan genting mengilap. Pada dua sisinya dihiasi perabot antik yang sangat
berharga buatan jaman dinasti Ming dan Qing.
BISA MENGENALINYA SEBAGAI MASJID ? |
Area yang kedua terdiri dari tiga
pintu batu yang saling berhubungan berpilar empat. Para pengunjung umumnya
dipersilakan melewati area ini. Saat memasukinya, para pengunjung disambut
dengan tulisan yang terdapat pada puncak pintu pertama, yang dapat diartikan
sebagai “The Court of The Heaven” atau Taman Surga.
Pintu tersebut dikelilingi tembok batu
yang berukir indah dengan dua lintasan di dua sisinya yang merupa-kan
peninggalan zaman dinasti Ming. Di belakangnya berdiri dua meja batu berukir
naga. Keduanya sekaligus menjadi prasasti yang menjelaskan bahwa perbaikan
masjid dilakukan pada tahun 1384 dan terjadi atas pe-rintah kaisar di jaman
dinasti Ming dan Qing.
INTERIOR Masjid Agung Xi'an sangat oriental |
Pada area ketiga terdapat ruang
kekaisaran yang merupakan bangunan tertua di kompleks ini, terdapat batu dengan
tulisan huruf Arab tulisan seorang Imam yang menjelaskan mengenai perhitungan
hari berdasarkan peredaran bulan. Di tengah-tengah halaman berdiri menara
menyerupai pagoda dengan tiga susun atap berwarna biru toska
Menara ini dinamakan “Introspection
Minaret”, atau menara introspeksi, tempat para muazin mengumandangkan adzan.
Sedangkan di sebelah selatan ruang tersebut ada ruang penerima tamu, tempat
diletakkan Al-Qur’an tulisan tangan yang dibuat pada zaman dinasti Ming beserta
sebuah peta tanah suci Mekah yang berasal dari dinasti Qing.
MIHRAB Masjid Agung Xi'an |
Area keempat yang juga merupakan area
terbesar adalah bangunan untuk ruang shalat. Jama’ah yang dapat ditampung di
area ini mencapai 1.000 orang. Ruang ini dilindungi tiga tingkat atap berwarna
biru tosca, berhiaskan ukiran berpola rumput dan bunga-bungaan. Keindahan yang
sekaligus mencekam tampak dari dinding ruangan yang terbuat dari kayu
berpahatkan ayat-ayat Al-Qur’an lengkap dengan huruf Cina maupun Arab.
Benar-benar menakjubkan!
Hingga kini, Masjid Raya Xi’an masih
difungsikan sebagai tempat ibadah kaum muslim dari suku Hui. Saat ini
diperkirakan jumlah kaum muslim kota Xi’an dan sekitarnya mencapai 60.000
orang. Beberapa muslim Indonesia yang pernah datang ke Masjid
ini menceritakan pengalamannya yang disambut begitu ramah oleh pengurus masjid
ini. Dengan bekal bahasa
Arab dan secara kebetulan bertemu dengan seorang pemuda muslim setempat yang
juga pandai berbahasa Arab yang kemudian dengan senang hati dan sukarela
menjadi pemandu mereka di masjid ini. Mungkin tips itu patut dicoba bila sedang
berada disana.***
Baca Juga
Assalamualaykum pak, ijin share pak...kebetulan hoby kita sama pak, sy juga penyuka sejarah peradaban islam di seluruh dunia....Syukron pak
BalasHapusJanuari lalu saya baru saja dari sana. Berbekal Bahasa Mandarin, kami muslim Indonesia disambut dengan sangat hangat. Dan bahkan dipersilahkan untuk melihat madrasah yang ada di komplek masjid.
BalasHapus