Sepuluh Masjid Tertua di Indonesia Jilid-2 |
Bila dalam posting
sebelumnya di bagian
-1 sudah di ulas lima dari sepuluh masjid tertua di Indonesia versi
bujangmasjid masing masing adalah 1. Masjid Saka Tunggal, 2. MasMasjid
Saka Tunggal, (2). Masjid
Wapauwe, (3). Masjid
Sunan Ampel, Surabaya, (4). Masjid
Agung Demak dan (5). Masjid
Agung Sang Ciptarasa. jid maka dalam posting berikut ini akan kita ulas
lima masjid tua berikutnya.
Lima masjid tua berikut
ini terdiri sangat menarik karena dua diantaranya merupakan masjid di luar
pulau Jawa yakni dua masjid di pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi
Selatan. Lima masjid tersebut adalah (6). Masjid
Menara Kudus , (7). Masjid
Agung Banten, (8). Masjid
Mantingan, (9). Masjid
Tua Al-Hilal Katangka, dan (9). Masjid
Jami’ Tua Palopo.
6. Masjid Menara Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa
Tengah (1549)
Masjid Al-Aqso atau Masji Menara Kudus. Masjid tertua nomor 6 di Indonesia |
Nama asli masjid ini sebenarnya
adalah Masjid Al-Aqso, didirikan oleh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus pada tahun
956H atau bertepatan dengan tahun 1549M. Namun lebih dikenal oleh masyarakat
luas sebagai Masjid Menara Kudus, Karena memang bangunan menaranya yang
berupa sebuah bangunan candi itu yang menjadi ciri khas dari masjid tua satu
ini. Di dalam komplek masjid ini juga terdapat Makam Sunan Kudus.
Sejarah Masjid Menara Kudus tak bisa dilepaskan dari sejarah Kota
Kudusnya sendiri. Menurut (alm) Profesor Purbacaraka, seorang antropolog dari
Universitas Udayana, Bali, nama kota Kudus berasal dari kata Al-Quds. Al-Quds
adalah nama asli kota Jerusalem di Palestina tempat bedirinya Masjid Al-Aqso
yang merupakan kiblat pertama umat Islam. Hal tersebut sejalan dengan pendapat para
sejarawan yang mengatakan bahwa kota Kudus didirikan oleh para pelaut Arab
Palestina, maka wajar bila kemudian masjid yang mereka bangun pun menggunakan
nama Al-Aqso, untuk mengenang tanah kelahiran mereka.
Masjid Menara Kudus ini awalnya memang merupakan sebuah
bangunan candi pada masa Hindu yang kemudian disesuiakan kegunaanya sebagai
menara masjid. Dari bentuknya bangunan menaranya memiliki kemiripan dengan
menara Kul Kul di Bali. Sedangkan ragam hiasnya memiliki kemiripan dengan candi
candi di Jawa Timur seperti Candi Jago dan Candi Singosari. Kehadiran Menara
Candi di komplek Masjid Al-Aqso di Kudus ini memberikan gambaran betapa baiknya
akulturasi budaya yang dilakukan oleh Sunan Kudus saat menyebarkan Islam
disana.
7.Masjid Agung Banten, Kota Serang,
Provinsi Banten (1552)
Masjid Agung Banten, di kawasan Banten Lama, kota Serang propinsi Banten merupakan masjid tertua ke 7 di Indonesia. |
Masjid Agung Banten dibangun pertama kali oleh Sultan
Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Banten yang juga
putra pertama Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon. Masjid ini dikenali dari
bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.
Masjid Agung Banten dirancang oleh 3 arsitek. Yang
Pertama adalah Raden Sepat, Arsitek Majapahit yang sebelumnya telah berjasa
merancang Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon. Arsitek
kedua adalah arsitek China bernama Cek Ban Su ambil yang memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap
masjid bersusun 5 mirip layaknya pagoda China. Karena jasanya dalam membangun
masjid itu Cek Ban Su memperoleh gelar Pangeran Adiguna.
Lalu arsitek ketiga
adalah Hendrik Lucaz Cardeel, arsitek Belanda yang kabur dari Batavia menuju
Banten di masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1620, dalam status mualaf dia
merancang menara masjid serta bangunan tiyamah di komplek Masjid Agung Banten. Karena jasanya tersebut, Cardeel
kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna. Menilik bentuk dan denah bangunannya
menunjukkan bahwa Masjid Agung Banten tidak dibangun yang kini berdiri tidak
dibangun sekaligus melainkan secara berkelanjutan sejak sultan pertama hingga
ke masa pemerintahan Sultan Haji.
8. Masjid Mantingan, Jepara, Jawa Tengah
(1559M)
Masjid Mantingan di Kabupaten Jepara provinsi Jawa Tengah, Masjid tertua ke 8 di Indonesia |
Masjid Mantingan adalah
salah satu dari 10 masjid tertua di Indonesia. Terletak di di Desa Mantingan,
Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. 5 km kearah selatan dari
pusat kota Jepara. Dibangun dengan lantai tinggi ditutup dengan ubin bikinan
Tiongkok, undak-undakannya didatangkan dari Makao. Sedangkan bangunan atap
hingga bubungan-nya bergaya Tiongkok. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan
piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam dan khatib
dihiasi dengan relief-relief persegi bergambar margasatwa, dan penari penari
yang dipahat pada batu cadas kuning tua.
Masjid Mantingan didirikan pada tahun 1481 Saka atau
tahun 1559 M, sesuai dengan pernyataan yang
terdapat didalam masjid RUPA BRAHMANA WANASARI yang ditulis oleh Raden Toyib
yang kemudian dikenal sebagai Sultan Hadiri, Adipati Jepara, yang juga adik
Ipar dari Sultan Trenggono (Sultan Demak).
Raden Toyib berasal
dari Aceh, beiau merupakan utusan Sultan
Aceh, setelah mempelajari agama Islam di Mekah lalu bersyiar di Cina, kemudian
berlabuh di tanah Jawa, bermukim di Jepara dan menikah dengan Ratu Kalinyamat
(Retno Kencono), saudara perempuan dari Sultan Trenggono Penguasa Kesultanan
Demak Terahir. Dinobatkan sebagai Adipati Jepara dengan gelar Sultan Hadiri
berkuasa pada periode 1536-1549 sampai beliau meninggal dan dimakamkan
disebelah Masjid yang dia dirikan yaitu Masjid Mantingan. Kekuasaan pemerintahan
kemudian dilanjutkan oleh Sultan Hadiri, Ratu Kaliyamat tahun 1549-1579.***
9. Masjid Tua Al-Hilal Katangka, Gowa,
Sulawesi Selatan (1603)
Masjid Al-Hilal di desa Katangka, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Masjid tertua di Indonesia nomor delapan. |
Nama resmi masjid ini
adalah Masjid
Al-Hilal, karena berada di desa Katangka maka disebut sebagai Masjid
Al-Hilal Katangka, sebagian lagi masyarakat setempat menamainya dengan nama
Masjid Agung Syeh Yusuf. Ulama Kharismatik yang merupakan pahlawan nasional di
Indonesia dan juga pahlawan nasional di Afrika Selatan.
Masjid
Tua Al-Hilal dibangun pada masa pemerintahan raja Gowa XIV bernama Aku
Manga'ragi Daeng - Manrabbiakaraeng Lakiung (Sultan Alauddin I) tahun 1603,
Sultan Alauddin adalah Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Sultan
Alauddin adalah kakek dari I Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bontomangape Tumenanga ri Balla Pangkana atau yang dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin,
Raja Gowa ke enam belas.
Arsitektur masjid
Tua Al-Hilal Katangka ini telah menginspirasi gubernur Sulawesi Selatan
Syahrul Yasin Limpo pada tahun 2009 untuk mendirikan masjid masjid dengan
bentuk yang sama di 24 kabupaten/kota di Sulsel. Dimulai dengan pembangunan
masjid di kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep (Pangkajene kepulauan) Sulawesi
Selatan
10. Masjid Jami’ Tua Palopo, Kota Palopo, Sulawesi
Selatan (1604M)
Masjid Jami' Tua Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan. Masjid tertua ke sepuluh di Indonesia |
Masjid Jami’ Tua Palopo merupakan masjid peninggalan Kerajaan
Luwu berada di kota Palopo, Sulawesi
Selatan. Masjid ini didirikan oleh Raja Luwu tahun 1604 M. Di beri nama Tua,
karena usianya yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam
bahasa Bugis dan Luwu yang memiliki dua arti, yaitu: pertama, penganan yang
terbuat dari campuran nasi ketan dan air gula; kedua, memasukkan pasak dalam
lubang tiang bangunan. Kedua makna ini memiliki relasi dengan proses pembangunan
Masjid Jami’ Tua Palopo ini.
Masjid ini merupakan masjid
kerajaan yang didirikan ketika Kerajaan Luwu sedang berada dalam masa kejayaannya
dibawah kekuasaan Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah
Matinroe. Ketika ia naik tahta menggantikan ayahnya tahun 1604 M, ia
memindahkan ibukota kerajaan dari Patimang ke Ware, dengan alasan Ware berada
di pantai dan lebih dekat dengan pelabuhan, sehingga aktifitas ekonomi bisa
lebih mudah dilakukan. Sumber sejarah lain ada juga yang mengkaitkan
perpindahan ibukota kerajaan ini dengan kepentingan untuk penyebaran Islam.
Hal ini bisa dilihat
dari konstruksi kompleks ibukota kerajaan yang baru, di mana masjid dan istana
dibangun berdekatan membentuk satu komplek kerajaan. Satu unsur lagi yang
dibangun dalam kompleks kerajaan Luwu adalah lapangan luas yang terbuka
(alun-alun). Struktur dan tata letak pusat pemerintahan yang seperti ini mirip
dengan struktur dan tata letak kerajaan Islam di Jawa. Seiring dengan penamaan
masjid ini dengan Masjid Palopo, daerah tersebut kemudian juga disebut sebagai
daerah Palopo. Maka, sejak tahun 1604 M tersebut, daerah Ware ini berubah nama
menjadi Palopo.
Kembali ke bagian-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA