Pembauran Seni Arsitektural di Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Bangunan
utama masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon dibangun dalam bentuk atap bersusun
tiga meski tidak berbentuk piramida (prisma) seperti Masjid Agung Demak. Makna mendalam
terselip dalam susunan atap yang bersusun tiga ini. kepercayaan lama ditanah
air memaknainya sebagai tiga tahapan kehidupan manusia mulai dari kehidupan di
dalam Kandungan, di alam dunia dan di alam setelah kematian. Sedangkan dalam
makna Islami diterjemahkan sebagai Iman, Islam dan Ikhsan.
Selain
bentuk atap limas bersusun, di masjid ini juga menyerap bentuk punden berundak
pada pagar batanya yang mengitari kawasan masjid. Menilik jauh ke belakang,
kamus besar bahasa Indonesia memaknai punden berundak ini sebagai “bangunan
pemujaan tradisi megalitikum yg bentuknya persegi empat dan tersusun
bertingkat-tingkat”. Dan nyatanya makna tersebut tak bergeser hingga kini meski
dalam kontek yang berbeda.
Selain
itu tiga gerbang depan masjid Agung Sang Cipta Rasa ini mengadopsi bentuk gerbang
Paduraksa yang biasa digunakan pada bangunan bangunan candi, dengan berbagai
modifikasi, namun ornamen punden berundak tak hilang dari gerbang ini, termasuk
ornamen yang ditempelkan menjadi penghias gerbang dan pintu besarnya.
Interior
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Perbedaan mendasar antara Masjid Agung Demak
dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini baru terasa pada saat kita masuk ke
dalam bangunan utama yang merupakan bangunan asli. Masjid Agung Sang Cipta Rasa
memiliki sokoguru tidak hanya empat tapi dua belas. Semua tiang tersebut
terbuat dari kayu jati dengan diameter sekitar 60cm dan tinggi mencapai 14
meter.
Mengingat
usianya yang sudah sangat tua, seluruh sokoguru di dalam masjid ini sudah ditopang
dengan rangkaian besi baja untuk mengurangi beban dari masing masing pilar
tersebut, hanya saja kehadiran besi besi baja tersebut sedikit mengurangi
estetika. Keseluruhan sokoguru masjid ini berdiri di atas umpak batu kali. Umpak
pada tiang-tiang utama berbentuk bulat dan di bagian serambi berbentuk kotak.
Rangkaian
rumit saling silang pasangan kayu konstruksi di dalam masjid ini benar benar
melemparkan kita ke masa lalu mengingat teramat sulit untuk menemukan bangunan
baru dengan rancangan yang serupa. Atap puncak masjid (wuwungan) ditopang oleh
dua sokoguru paling tengah. Dan diantara dua sokoguru ini yang menjadi titik
tengah bangunan utama sekaligus menjadi titik berdirinya muazin saat
mengumandangkan azan termasuk azan pitu (azan tujuh) saat sholat Jum’at.
::Maksurah::
Layaknya
sebuah masjid kerajaan, di masjid Agung Sang Cipta Rasa ini juga disediakan
tempat sholat khusus bagi keluarga kerajaan atau Maksurah berupa area yang
dipagar dengan pagar kayu berukir. Ada dua Maksurah di dalam masjid ini. satu
maksurah di shaf paling depan sebelah kanan mihrab dan mimbar diperuntukkan
bagi Sultan dan Keluarga keraton Kasepuhan. Serta satu Maksurah di shaf paling
belakang disamping kiri pintu utama diperuntukkan bagi Sultan dan keluarga
keraton Kanoman.
Maksurah,
banyak ditemui di masjid masjid tua Arabia, Afrika Utara hingga wilayah wilayah
bekas kekuasaan emperium Turki Usmani. Fungsi awalnya adalah sebagai
perlindungan bagi Sultan dan pejabat tinggi kerajaan selama melaksanakan sholat
di masjid dari kemungkinan serangan fisik terhadap petinggi kerajaan. Di dalam
maksurah ini pada masanya juga dilengkapi dengan senjata ringan pembelaan diri
seperti tombak dan lainnya.
::Mihrab dan Mimbar Masjid Agung Sang Cipta
Rasa::
Menjadi
lebih menarik manakala kita masuk ke dalam bangunan masjid ini. nyaris tak ada
ornamen Islami seperti yang biasa kita temukan di dalam sebuah bangunan masjid
bergaya Arabia. Mihrab dan mimbar di masjid ini sepi dari ukiran ayat ayat suci
Al-Qur’an. Mihrab nya sendiri dibangun dari batu batu pualam berukuran floral,
yang berpusat pada bentuk yang menyerupai bunga matahari pada bagian puncak
mihrab.
Adanya
bentuk bunga matahari di mihrab masjid ini mengingatkan kita pada bentuk Surya
Majapahit yang merupakan lambang kebesaran Kerajaan Majapahit. Memang tak
mengerankan, karena konon memang proses pembangunan masjid ini turut melibatkan
Raden Sepat yang tak lain adalah panglima pasukan Majapahit yang kalah perang
dalam serangannya ke Demak di masa kekuasaan Raden Fatah dan kemudian memeluk
Islam.
Maka
wajar bila kemudian ada banyak kemiripan antara Masjid Agung Demak dengan
Masjid Sang Cipta Rasa ini termasuk Masjid Agung Banten di Banten Lama,
provinsi Banten karena memang melibatkan orang yang sama dalam proses
pembangunannya. Sampai sejauh ini belum ditemukan catatan tentang Raden Sepat
dan sisa pasukannya yang dibawa ke Cirebon termasuk dimana beliau dimakamkan.
Seluruh
bagian mihrab masjid ini menggunakan batu pualam putih. Selain ukiran floral
dibagian atas mihrab, juga terdapat dua pilar pualam disisi kiri dan kanannya.
Konon pilar ini di ukir oleh Sunan Kali Jaga dalam bentuk kelopak bunga
teratai. Selain ukiran floral di sisi kiri dan kanan bagian depan mihrab ini
terdapat ukiran geometris yang sangat menarik serupa dengan ukiran pada dinding
depan masjid. Di bagian mihrab juga terdapat tiga buah ubin bertanda khusus
yang melambangkan tiga ajaran pokok agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Ubin
tersebut dipasang oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga pada awal berdirinya masjid.
Ada
dua mimbar yang serupa di dalam masjid ini. dua duanya penuh dengan ukiran yang
sangat indah. Satu mimbar diletakkan di sisi mihrab yang digunakan saat sholat
Jum’at dan dua hari raya sedangkan mimbar yang lainnya diletakkan disebelah
maksurah merupakan mimbar lama yang sudah tidak dipakai lagi. Pada bagian kaki
mimbarnya ada bentuk seperti kepala macan, mengingatkan pada kejayaan Prabu
Siliwangi raja Padjajaran yang tak lain adalah Kakek dari Sunan Gunung Jati
dari garis Ibu.
::Masjid dengan Sembilan Pintu::
Bangunan
utama (asli) Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki Sembilan Pintu menyimbolkan
Sembilan Wali (Wali Songo) yang turut berkontribusi aktif dalam proses
pembangunannya. Pintu utama nya berada di sisi timur sejajar dengan mihrab,
namun pintu utama ini nyaris tak pernah dibuka kecuali pada saat sholat Jum’at,
sholat hari raya dan peringatan hari hari besar Islam. Delapan pintu lainnya
ditempatkan di sisi utara dan selatan (kanan dan kiri) bangunan utama dengan
ukuran sangat kecil dibandingkan ukuran normal sebuah pintu.
Pada
hari biasa hanya ada satu pintu yang senantiasa dibuka oleh pengurus masjid
yakni satu pintu di sisi kanan bangunan. Seluruh delapan pintu samping masjid
ini sengaja dibuat dalam ukuran kecil dan sempit memaksa setiap orang dewasa
untuk menunduk saat akan masuk ke dalam masjid, meyimbolkan penghormatan dan
merendahkan diri dan hati manakala memasuki masjid.
Delapan
pintu samping ini juga dilengkapi dengan daun pintu yang ukurannya juga kecil
di cat warna hijau dan sepi dari ukuran. Berbeda dengan pintu utamanya yang
berukuran besar dan penuh dengan ukiran yang sangat indah.ruang dalam masjid
ini juga tidak digunakan untuk sholat berjamaah lima waktu. Pelaksanaan sholat
lima waktu dilaksanakan di pendopo depan. Sebuah partisi berukir dari kayu jati
di sisi depan area pendopo sebagai penanda tempat bagi imam.
::Masjid Benteng atau Benteng Masjid ?::
Tembok
bangunan utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dibangun dari susunan bata
merah yang sama sekali tidak diplester, namun memiliki ketebalan hampir 70cm. tembok
yang sangat tebal layaknya tembok sebuah benteng. Tembok ini hanya dibangun
setengah saja tidak sampai ke atap, bagian atasnya dibiarkan terbuka sebagai
ventilasi udara dan cahaya. Hanya saja bagian terbuka di sisi atas tembok ini
kini sudah ditutup dengan kaca dan anyaman kawat untuk menghindari masuk dan
bersarangnya burung dan hewan lainnya di dalam masjid.
Namun
kehadiran dinding kaca dan anyaman kawat tersebut justru menghilangkan salah
satu ciri khas masjid ini yang memang dirancang terbuka sebagai sebuah bangunan
tropis. Ditambah lagi dengan bentuk ornamen kaligrafi yang digunakan untuk
menghias dinding kaca tersebut tak senada dengan arsitektural keseluruhan
bangunan asli. Ditambah lagi dengan konsekwensi rusaknya sirkulasi udara hingga
harus dikonpensasi dengan pemasangan beberapa kipas angin di bagian dalam.***
Bersambung ke bagian-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA