Halaman

Minggu, 06 Januari 2013

Masjid Hala Sultan Tekke, Cyprus (bagian-2)

Masjid Hala Sultan Tekke berada di sisi barat danau air asin di kota Larnaca, dibangun untuk mengenang dan menghormati Ummu Haram Binti Milhan, istri dari Ubaidah Bin Syamit, Sahabat Rosulullah S.A.W yang wafat dalam perang penaklukan Cyprus ke dalam kekuasaan Islam. Beliau menjadi muslim pertama yang dimakamkan di Cyprus. 

Peristirahatan Terahir Sahabat Nabi Muhammad S.A.W

Hala Sultan Tekke adalah nama yang diberikan oleh orang Turki bagi komplek Masjid Ummu Haram di tepian danau air asin (Salt Lake) di kota Larnaca ini. Tekke dalam bahasa Turki berarti sebuah tempat berkumpulnya para pengikut aliran tariqat sufi, semacam Khanqah dalam bahasa Parsi. Dulunya masjid ini memang menjadi salah satu tempat berkumpulnya para pengikut aliran sufi di pulau Cyprus. Itu sebabnya di dalam komplek masjid ini dilengkapi dengan bangunan guest house sebagai tempat menginap bagi pengikut tariqat yang datang dari berbagai daerah.

Sedangkan Ummu Haram yang digunakan sebagai nama masjid ini dikarenakan masjid ini dibangun berdekatan dengan makam Ummu Haram binti Milhan dan untuk mengenang Almarhumah yang tak lain adalah salah satu Sohibah Nabi Muhammad S.A.W. Beliau wafat di Cyprus pada saat perang penaklukan Cyprus dari kekuasaan Romawi Timur (Bizantium) oleh pasukan Islam semasa Muawiyah Bin Abu Sufyan menjabat sebagai gubernur di Damaskus (ibukota Syria) dibawah Khalifah Usman Bin Affan.

Ummu Haram, Menyeberang Laut Menjemput Syahid

Masjid Hala Sultan Tekke dilihat dari sisi selatan, Bangunan berkubah pada bagian depan foto adalah Maosoleum Ummu Haram yang di dalamnya terdapat Makam dari Ummu Haram. 

Nama lengkapnya adalah Ummu Haram Binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir, adalah saudari dari Ummu Sulaim binti Milhan, beliau juga merupakan istri dari ‘Ubaidah bin Syamit. Sedangkan Ummu Sulaim Binti Milhan adalah istri dari Abu Tholhah, ibunda dari Malik Bin Anas, pembantu setia Rosulullah. Maka Ummu Haram adalah bibi dari Anas Bin Malik.  

Berkata An Nawawi di dalam Syarh Shohih Muslim: "Ulama sepakat bahwa Ummu Haram dan Ummu Sulaim termasuk mahram Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Dan Berkata Wahab: "Ummu Haram adalah salah seorang bibi Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dari susuan".

Keluarga Milhan merupakan keluarga yang sangat dihormati di Madinah. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa baginda Rosul pun begitu menghormati keluarga Ummu Haram dan keluarga besarnya, beliau seringkali singgah ke kediaman keluarga Milhan.

Gerbang maosoleum Ummu Haram 
di Masjid Hala Sultan Tekke
Ummu Haram maupun Ummu Sulaim dikenal dalam sejarah Islam sebagai muslimah sejati yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk membela kepentingan Islam. Tak hanya mengorbankan harta benda, mereka bahkan turut bergabung bersama kaum muslimin mengangkat senjata terjun ke berbagai medan Jihad. Wajar bila kemudian Baginda Rosul menggelari dua Muslimah tangguh ini sebagai “Saudari yang terpercaya”.

Suami Ummu Haram, Ubaidah bin Syamit adalah salah satu dari 12 Sahabat pertama Rosulullah dari kaum Ansor. Ubaidah merupakan salah satu dari 12 (dua belas) laki laki dari Kaum Ansor yang turut mengambil bagian dalam Bai’at Aqobah Pertama. Mereka semua bersumpah setia kepada Nabi Muhammad S.A.W. lalu kembali ke Madinah ditemani oleh Mushab bin Umair yang diutus Rasulullah agar mengajarkan Al-Quran kepada penduduk Madinah. Itu sebabnya dikemudian hari Mushab dikenal dengan nama Muqri’ul (sang nara sumber).

Semasa hidupnya baginda Rosul sangat dekat dengan keluarga Milhan, beliau seringkali singgah ke kediaman keluarga ini. Dalam salah satu kesempatan ketika beliau singgah, Ummu Haram menyambut beliau dengan gembira dan menyediakan aneka makanan kesukaan beliau. Sesaat kemudian Rosulullah menyempatkan tidur siang namun sesaat kemudian beliau terbangun dan dengan wajah senyum memandang ke arah Ummu Haram.

Dengan heran Ummu Haram bertanya, “Ya Rosulullah, kenapa baginda tersenyum kepadaku ?”. Lalu Rosulullah menjawab “Sesungguhnya aku melihat beberapa sahabatku sedang berkendara menyeberangi lautan laksana para raja diatas singgasananya”. Tanpa menyianyiakan kesempatan Ummu Haram langsung mengajukan permintaan, “Ya Rosulallah, mohonkan kepada Allah agar aku bersama mereka”, dan betapa gembiranya Ummu Haram ketika Rosulullah menjawab “Sesungguhnya kamu bersama kelompok yang pertama”. (sebagaimana dijelaskan dalam hadist riwayat Anas bin Malik).

Ummu Haram bersama suaminya Ubidah Bin Syamit tak pernah menyia nyiakan kesempatan untuk bergabung dalam jihad di medan perang demi menegakkah kalimah Allah. Terutama sejak beliau bergabung dalam pasukan Islam Syria dibawah kendali Abu Ubaydah dan Amar Bin Abdullah Bin Jarrah, mereka berdua terlibat dalam keseluruhan perang sampai seluruh wilayah Syria masuk ke dalam wilayah Islam.

makam Ummu Haram di dalam Maosoleum 
di kompleks Masjid Hala Sultan Tekke 
Sepanjang hidup nya Ummu Haram Binti Milhan bersama suaminya didedikasikan untuk kepentingan Islam. Beliau berpindah dari berbagai tempat mengikuti suaminya bersama sama berjihad. Mulai dari Quba, Madinah, Syria, hingga ke Palestina mengikuti suaminya yang ditugaskan sebagai hakim disana semasa khalifah Umar bin Khattab.

Sampai suatu hari Amru Bin Ash membutuhkan tambahan pasukan dalam perang merebut wilayah Mesir dari kekuasaan Romawi, Khalifah Umar memerintahkan Ubaidah membawa pasukan tambahan membantu Amru bin Ash menyerbu Mesir. Ummu Haram menyertai suaminya dalam perang tersebut yang berahir indah. Mesir takluk, Amru Bin Ash diangkat sebagai Gubernur Mesir pertama mendirikan peradaban Islam baru disana termasuk mendirikan Masjid Amru Bin Ash sebagai Masjid pertama di tanah Mesir dan Afrika.

Paksa kemenangan tersebut, Ubaidah bersama istrinya Ummu Haram justru memilih untuk pindah ke Damaskus yang sudah lebih dulu ditaklukkan dan dibawah kendali gubernur Mu’aawiyah bin Abu Sufiyan, dan bermukim disana karena kekhawatiran beliau atas keselamatan kota tersebut yang seringkali diganggu oleh serbuan balik pasukan Romawi.

Penaklukan Cyprus dan Permohonan Yang Terkabul

Gubernur Syria, Mu’aawiyah bin Abu Sufyan tahu persis bahwa pulau Cyprus merupakan pangkalan perbekalan angkatan laut Romawi dalam setiap penyerbuan mereka ke kota kota pelabuhan di Syria. Karenanya kemudian beliau memohon izin kepada khalifah Umar Bin Khattab untuk menyerbu ke Cyprus. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Khalifah Umar yang mengkhawatirkan keselamatan pasukan Islam dalam perang laut melawan Romawi, dan Muawiyah mengurungkan niatnya menyerbu Cyprus mematuhi titah Khalifah Umar.

Masjid Hala Sultan Tekke atau Masjid Ummu Haram di Larnaca ini masuk dalam daftar bangunan bersejarah Unesco dan telah direnovasi oleh Aga Khan bersama pemerintah Cyprus selatan dan utara. 

Dimasa pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan, Muawiyah kembali mengajukan permohonan untuk menyerbu Cyprus dan kali ini Khalifah mengabulkan permintaan tersebut dengan syarat agar tidak memaksa siapapun untuk turut serta dalam penyerbuan tak biasa tersebut. Mengingat pasukan Islam tidak terbiasa dalam perang laut. Nyatanya seruan Muawiyah disambut gegap gempita oleh muslim Damaskus yang siap berjihad, termasuk Ummu Haram dan Suaminya Ubaidah Bin Syamit dan para sahabat lainnya.

Bagi Ummu Haram penyerbuan ke Cyprus (tahun 647 atau 649M) ini benar benar menggembirakan. Sebuah permohonan yang terkabul. Sebagaimana pernah disampaikannya kepada Baginda Rosulullah untuk bergabung dalam pasukan Islam yang menyeberangi lautan laksana para raja diatas singgasananya, sebagaimana digambarkan dalam mimpi Beliau.

Disepajang pelayaran dari Syria menuju pulau Cyprus, Tak henti hentinya Ummu Haram mengucap syukur dan membayangkan wajah Rosulullah yang sedang tersenyum kepadanya, ketika menyampaikan bahwa Ummu Haram akan menjadi bagian pertama dari perang di laut dalam menegakkah kalimah Allah, dan berujar kepada dirinya sendiri “Yang kau ucapkan adalah benar, ya Rosulullah”.

burung burung flaminggo yang sedang singgah ke danau Larnaca dalam perjalanan migrasi mereka ini memberikan keindahan tersendiri bagi landscap di danau ini dengan latar belakang Masjid Hala Sultan Tekke.

Memulai Dengan Sahadah Berahir Sebagai Sahidah

Perang sudah dimulai sejak masih ditengah laut, kapal perang pasukan Islam berhasil mengalahkan hadangan perang pasukan laut Romawi dan mendarat dengan selamat di pulau Cyprus. Sesampainya disana pasukan Islam bersiap untuk melakukan perang darat dan bergerak ke jantung pulau Cyprus atau Qubrush dalam bahasa Arab.

Di suatu kesempatan ketika Ummu Haram naik ke atas tunggangannya, namun tak dinyana binatang itu mengamuk sejadi jadinya dan melemparkan tubuh beliau begitu keras, Ummu Haram wafat seketika itu juga dengan raut wajah yang tersenyum manis. Jasad beliau kemudian dimakamkan ditempat dimana beliau terjatuh, peristiwa tersebut terjadi di sekitar tahun ke 28 Hijrah.

Makam beliau kini masih dapat ditemui di komplek masjid Hala Sultan Teke, seakan bersaksi kepada dunia, tentang perjalanan hidup dan perjuangan seorang Muslimah tangguh, muslimah sejati, sahabat Rosulullah, istri dari salah seorang Sahabat Ansor yang pertama berbai’at kepada baginda Rosulullah. Menjadi saksi tercapainya cita cita beliau untuk mati sahid, dimulai dengan Sahadah dan berahir sebagai Sahidah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA