Peristirahatan
Terahir Sahabat Nabi Muhammad S.A.W
Hala Sultan Tekke
adalah nama yang diberikan oleh orang Turki bagi komplek Masjid Ummu Haram di
tepian danau air asin (Salt Lake) di kota Larnaca ini. Tekke dalam bahasa Turki
berarti sebuah tempat berkumpulnya para pengikut aliran tariqat sufi, semacam
Khanqah dalam bahasa Parsi. Dulunya masjid ini memang menjadi salah satu tempat
berkumpulnya para pengikut aliran sufi di pulau Cyprus. Itu sebabnya di dalam
komplek masjid ini dilengkapi dengan bangunan guest house sebagai tempat
menginap bagi pengikut tariqat yang datang dari berbagai daerah.
Sedangkan Ummu Haram
yang digunakan sebagai nama masjid ini dikarenakan masjid ini dibangun
berdekatan dengan makam Ummu Haram binti Milhan dan untuk mengenang Almarhumah
yang tak lain adalah salah satu Sohibah Nabi Muhammad S.A.W. Beliau wafat di
Cyprus pada saat perang penaklukan Cyprus dari kekuasaan Romawi Timur
(Bizantium) oleh pasukan Islam semasa Muawiyah Bin Abu Sufyan menjabat sebagai
gubernur di Damaskus (ibukota Syria) dibawah Khalifah Usman Bin Affan.
Ummu Haram, Menyeberang Laut
Menjemput Syahid
Masjid Hala Sultan Tekke dilihat dari sisi selatan, Bangunan berkubah pada bagian depan foto adalah Maosoleum Ummu Haram yang di dalamnya terdapat Makam dari Ummu Haram. |
Nama lengkapnya
adalah Ummu Haram Binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin
Amir, adalah saudari dari Ummu Sulaim binti Milhan, beliau juga merupakan istri
dari ‘Ubaidah bin Syamit. Sedangkan Ummu Sulaim Binti Milhan adalah istri dari Abu
Tholhah, ibunda dari Malik Bin Anas, pembantu setia Rosulullah. Maka Ummu Haram
adalah bibi dari Anas Bin Malik.
Berkata An Nawawi di
dalam Syarh Shohih Muslim: "Ulama sepakat bahwa Ummu Haram dan Ummu Sulaim
termasuk mahram Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Dan Berkata Wahab:
"Ummu Haram adalah salah seorang bibi Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam
dari susuan".
Keluarga Milhan
merupakan keluarga yang sangat dihormati di Madinah. Para ahli sejarah
menyebutkan bahwa baginda Rosul pun begitu menghormati keluarga Ummu Haram dan
keluarga besarnya, beliau seringkali singgah ke kediaman keluarga Milhan.
Gerbang maosoleum Ummu Haram
di
Masjid Hala Sultan Tekke
|
Ummu Haram maupun
Ummu Sulaim dikenal dalam sejarah Islam sebagai muslimah sejati yang
menyerahkan seluruh hidupnya untuk membela kepentingan Islam. Tak hanya
mengorbankan harta benda, mereka bahkan turut bergabung bersama kaum muslimin
mengangkat senjata terjun ke berbagai medan Jihad. Wajar bila kemudian Baginda
Rosul menggelari dua Muslimah tangguh ini sebagai “Saudari yang terpercaya”.
Suami Ummu Haram, Ubaidah bin Syamit
adalah salah satu dari 12 Sahabat pertama Rosulullah
dari kaum Ansor. Ubaidah merupakan salah satu dari 12 (dua belas) laki laki
dari Kaum Ansor yang turut mengambil bagian dalam Bai’at Aqobah Pertama. Mereka
semua bersumpah setia kepada Nabi Muhammad S.A.W. lalu kembali ke Madinah
ditemani oleh Mushab bin Umair yang diutus Rasulullah agar mengajarkan Al-Quran
kepada penduduk Madinah. Itu sebabnya dikemudian hari Mushab dikenal dengan
nama Muqri’ul (sang nara sumber).
Semasa hidupnya
baginda Rosul sangat dekat dengan keluarga Milhan, beliau seringkali singgah ke
kediaman keluarga ini. Dalam salah satu kesempatan ketika beliau singgah, Ummu
Haram menyambut beliau dengan gembira dan menyediakan aneka makanan kesukaan
beliau. Sesaat kemudian Rosulullah menyempatkan tidur siang namun sesaat
kemudian beliau terbangun dan dengan wajah senyum memandang ke arah Ummu Haram.
Dengan heran Ummu
Haram bertanya, “Ya Rosulullah, kenapa baginda tersenyum kepadaku ?”. Lalu
Rosulullah menjawab “Sesungguhnya aku melihat beberapa sahabatku sedang
berkendara menyeberangi lautan laksana para raja diatas singgasananya”. Tanpa
menyianyiakan kesempatan Ummu Haram langsung mengajukan permintaan, “Ya
Rosulallah, mohonkan kepada Allah agar aku bersama mereka”, dan betapa
gembiranya Ummu Haram ketika Rosulullah menjawab “Sesungguhnya kamu bersama
kelompok yang pertama”. (sebagaimana dijelaskan dalam hadist riwayat Anas bin
Malik).
Ummu Haram bersama
suaminya Ubidah Bin Syamit tak pernah menyia nyiakan kesempatan untuk bergabung
dalam jihad di medan perang demi menegakkah kalimah Allah. Terutama sejak
beliau bergabung dalam pasukan Islam Syria dibawah kendali Abu Ubaydah dan Amar
Bin Abdullah Bin Jarrah, mereka berdua terlibat dalam keseluruhan perang sampai
seluruh wilayah Syria masuk ke dalam wilayah Islam.
di kompleks Masjid Hala Sultan Tekke
|
Sepanjang hidup nya
Ummu Haram Binti Milhan bersama suaminya didedikasikan untuk kepentingan Islam.
Beliau berpindah dari berbagai tempat mengikuti suaminya bersama sama berjihad.
Mulai dari Quba, Madinah, Syria, hingga ke Palestina mengikuti suaminya yang
ditugaskan sebagai hakim disana semasa khalifah Umar bin Khattab.
Sampai suatu hari Amru
Bin Ash membutuhkan tambahan pasukan dalam perang merebut wilayah Mesir dari
kekuasaan Romawi, Khalifah Umar memerintahkan Ubaidah membawa pasukan tambahan membantu
Amru bin Ash menyerbu Mesir. Ummu Haram menyertai suaminya dalam perang tersebut
yang berahir indah. Mesir takluk, Amru Bin Ash diangkat sebagai Gubernur Mesir
pertama mendirikan peradaban Islam baru disana termasuk mendirikan Masjid
Amru Bin Ash sebagai Masjid pertama di tanah Mesir dan Afrika.
Paksa kemenangan
tersebut, Ubaidah bersama istrinya Ummu Haram justru memilih untuk pindah ke
Damaskus yang sudah lebih dulu ditaklukkan dan dibawah kendali gubernur Mu’aawiyah bin Abu
Sufiyan, dan bermukim disana karena kekhawatiran beliau atas
keselamatan kota tersebut yang seringkali diganggu oleh serbuan balik pasukan Romawi.
Penaklukan Cyprus dan Permohonan Yang
Terkabul
Gubernur Syria, Mu’aawiyah bin Abu
Sufyan tahu persis bahwa pulau Cyprus merupakan pangkalan
perbekalan angkatan laut Romawi dalam setiap penyerbuan mereka ke kota kota
pelabuhan di Syria. Karenanya kemudian beliau memohon izin kepada khalifah Umar
Bin Khattab untuk menyerbu ke Cyprus. Namun permintaan tersebut ditolak oleh
Khalifah Umar yang mengkhawatirkan keselamatan pasukan Islam dalam perang laut
melawan Romawi, dan Muawiyah mengurungkan niatnya menyerbu Cyprus mematuhi
titah Khalifah Umar.
Masjid Hala Sultan Tekke atau
Masjid Ummu Haram di Larnaca ini masuk dalam daftar bangunan bersejarah Unesco
dan telah direnovasi oleh Aga Khan bersama pemerintah Cyprus selatan dan utara.
|
Dimasa pemerintahan
Khalifah Usman Bin Affan, Muawiyah kembali mengajukan permohonan untuk menyerbu
Cyprus dan kali ini Khalifah mengabulkan permintaan tersebut dengan syarat agar
tidak memaksa siapapun untuk turut serta dalam penyerbuan tak biasa tersebut. Mengingat
pasukan Islam tidak terbiasa dalam perang laut. Nyatanya seruan Muawiyah
disambut gegap gempita oleh muslim Damaskus yang siap berjihad, termasuk Ummu
Haram dan Suaminya Ubaidah Bin Syamit dan para sahabat lainnya.
Bagi Ummu Haram
penyerbuan ke Cyprus (tahun 647 atau 649M) ini benar benar menggembirakan. Sebuah
permohonan yang terkabul. Sebagaimana pernah disampaikannya kepada Baginda
Rosulullah untuk bergabung dalam pasukan Islam yang menyeberangi lautan laksana
para raja diatas singgasananya, sebagaimana digambarkan dalam mimpi Beliau.
Disepajang pelayaran
dari Syria menuju pulau Cyprus, Tak henti hentinya Ummu Haram mengucap syukur
dan membayangkan wajah Rosulullah yang sedang tersenyum kepadanya, ketika
menyampaikan bahwa Ummu Haram akan menjadi bagian pertama dari perang di laut
dalam menegakkah kalimah Allah, dan berujar kepada dirinya sendiri “Yang kau
ucapkan adalah benar, ya Rosulullah”.
Memulai Dengan Sahadah Berahir Sebagai
Sahidah
Perang sudah dimulai
sejak masih ditengah laut, kapal perang pasukan Islam berhasil mengalahkan
hadangan perang pasukan laut Romawi dan mendarat dengan selamat di pulau
Cyprus. Sesampainya disana pasukan Islam bersiap untuk melakukan perang darat
dan bergerak ke jantung pulau Cyprus atau Qubrush dalam bahasa Arab.
Di suatu kesempatan ketika
Ummu Haram naik ke atas tunggangannya, namun tak dinyana binatang itu mengamuk
sejadi jadinya dan melemparkan tubuh beliau begitu keras, Ummu Haram wafat seketika
itu juga dengan raut wajah yang tersenyum manis. Jasad beliau kemudian dimakamkan
ditempat dimana beliau terjatuh, peristiwa tersebut terjadi di sekitar tahun ke
28 Hijrah.
Makam beliau kini masih
dapat ditemui di komplek masjid Hala Sultan Teke, seakan bersaksi kepada dunia,
tentang perjalanan hidup dan perjuangan seorang Muslimah tangguh, muslimah
sejati, sahabat Rosulullah, istri dari salah seorang Sahabat Ansor yang pertama
berbai’at kepada baginda Rosulullah. Menjadi saksi tercapainya cita cita beliau
untuk mati sahid, dimulai dengan Sahadah dan berahir sebagai Sahidah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA