Halaman

Minggu, 30 Desember 2012

Masjid Omar Makram, Saksi Bisu Reformasi Mesir

Patung diri Omar Makram menghadap ke Tahrir Square, sementara Masjid Omar Makram berada di latar belakang foto dengan menara tingginya itu.

Bila anda memperhatikan berita video ataupun berita foto terkait demonstrasi besar besaran rakyat Mesir menuntut pengunduran diri presiden Hosni Mubarak beberapa waktu lalu yang dipusatkan di lapangan Tahrir (Tahrir Square) di pusat kota Kairo, anda akan menemukan sebuah masjid lengkap dengan sebuah bangunan menara tinggi-nya tak jauh dari lokasi tersebut. Masjid tersebut bernama Masjid Omar Makram.

Meski bangunan masjid ini bukanlah sebuah bangunan masjid kuno namun masjid ini memiliki sejarah sendiri dalam proses reformasi Mesir. Selama terjadinya demonstrasi besar besaran rakyat Mesir di Lapangan Tahrir, masjid Omar Makram ini tidak saja menjadi sebagai tempat ibadah bagi ummat Islam namun mendadak menjadi bangunan multi fungsi termasuk di dalamnya sebagai rumah sakit lapangan untuk para demonstran.

Paramedis begitu sibuk menjalankan tugas mereka merawat dan mengobati para demonstran yan cidera selama demonstrasi. Masjid ini juga tak luput dari serbuan aparat kepolisian Mesir yang menghalau para demonstran, termasuk menjadi sasaran tembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran.

Sebagian ruangan masjid ini dijadikan tempat menginap, istirahat, ruang perawatan Lebih dari 2000 demonstran terluka akibat bentrokan dengan polisi, hingga menjadi gudang logistik supply makanan dan obat obatan. Masjid ini juga menjadi tempat perlindungan para demonstan selama proses demonstrasi masa besar besaran yang terpusat di Lapangan Tahrir di depan masjid ini. sebuah saksi bisu atas sebuah tuntutan besar bagi sebuah reformasi di negeri yang menjadi rumah bagi sebuah peradaban kuno.

Lokasi Masjid Omar Makram
           
Masjid Omar Makram
Bab al-Louk, Tahrir square
Cairo, Egypt



Sejarah Pembangunan Masjid Omar Makram

Masjid Omar Makram dibangun untuk mengenang perjuangan Omar Makram atas jasanya menentang tentara pendudukan Prancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte yang berusaha menjajah Mesir pada masa Mesir masih menjadi bagian dari wilayah Kekhalifahan Usmaniah yang berpusat di Istambul, Turki. Bedirinya masjid ini menjadikan nama sang pejuang tetap hidup dalam masyarakat Mesir.

Masjid Omar Pasha yang kini menjadi Ikon Lapangan Tahrir di pusat kota Kairo, dibangun oleh Raja Farouq di tahun 1948 yang tak lain dan tak bukan adalah keturunan dari Muhammad Ali Pasha, raja Mesir dari dinasti Muhammad Ali yang naik ke kursi kekuasaan atas perjuangan Almarhum Omar Makram.

Lautan manusia di Tahrir Square semasa demonstrasi massa menentang pemerintahan Hosni Mubarak, Masjid Omar Makram ada disebelah kiri foto. 

Tak hanya membangun masjid dengan nama Omar Makram, tokoh nasional Mesir ini juga dikenang dengan dibuatkan sebuah patung diri Omar Makram di tahun 2003 dalam ukuran besar menghadap ke lapangan Tahrir tak seberapa jauh dari Masjid Omar Makram. Dua Ikon Omar Makram ini menjadi salah satu objek foto menarik bagi siapa saja yang berkunjung ke Lapangan Tahrir.

Siapakah Omar Makram

Naqib al-Ashraf Sayyid ‘Umar bin Husayn Makram (1750 or 1755-1822) atau lebih dikenal dengan nama Omar Makram adalah seorang pemimpin revolusi nasinal Mesir melawan invasi  tentara Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte tahun 1798-1800, dimasa Mesir masih menjadi bagian dari wilayah ke-Khalifahan Usmaniah yang berpusat di kota Istambul, Turki.

Lukisan wajah Omar Makram
Beliau juga merupakan figur sentral yang berhasil mendapatkan dukungan relijius bagi pengakuan terhadap Muhammad Ali Pasha sebagai Raja Muda Mesir, sekaligus pendirian dinasti Muhammad Ali sebagai penguasa Mesir hingga tahun 1952 (dan berkuasa hingga tahun 1953). Namun nasib Omar Makram tak jauh berbeda dengan nasib King Maker lainnya, beliau justru dijatuhkan oleh Muhammad Ali Pasha yang telah diantarkannya ke kursi kekuasaan.

Omar Makram lahir di Asyut di kawasan Upper Egypt sekitar tahun 1750 atau tahun 1755. Beliau adalah lulusan dari Universitas Al-Azhar, beliau juga disebut sebut merupakan keturunan Rosulullah S.A.W. Di tahun 1793 beliau berhasil mendapatkan jabatan Naqib al-Ashraf, sebuah jabatan penting dimasa ke-Khalifahan Usmaniyah.

Sebuah jabatan administratif yang memegang posisi penting dalam urusan keagamaan dan jabatan sipil sebagai kepala lembaga keturunan Rosulullah. Beliau kemudian berbagi kewenangan dengan pemimpin Al-Azhar dan pemimpin para Sufi. Beliau juga dikenal sebagai tokoh penentang penerapan pajak tinggi bahkan jauh sebelum era kedatangan pasukan Prancis di Mesir.

Pahlawan Mesir Penentang Penjajahan

Tatkala ekspedisi Napoleon Bonaparte mendarat disekitar Alexandria tahun 1798, Omar Makram turut membantu pengornaisasian gerakan perlawanan terhadap pendudukan Prancis. Setelah Prancis berhasil dikalahkan oleh dinasti Mamluk di Imbaba, Kairo tak terkalahkan kecuali oleh milisi local yang dibentuk oleh Omar Makram bersama para pemuka agama lainnya.

Lapangan Tahrir dengan menara Masjid Omar Makram dalam suasana normal, lapangan ini memang lapangan terbesar di kota Kairo.

Beliau melepaskan jabatannya tatkala Kairo jatuh ke tangan Prancis dan mundur ke Bilbays, memimpin perlawanan di propinsi Sharqiyya. Beliau mundur hingga ke Gaza (kini di Palestina) kemudian ke Jaffa (juga di Palestina) sampai kemudian tahun 1798 beliau tertangkap oleh pasukan Prancis saat penyerbuan Prancis ke Palestina dan dipulangkan ke Mesir.

Omar Makram kembali ke Kairo paska kembalinya pasukan Napoleon Bonaparte ke Prancis, di tahun 1800 beliau memimpin sebuah organisasi perlawanan baru terhadap penjajahan Prancis terhadap Mesir.  Ketika Prancis meninggalkan Mesir Omar Makram sudah dikenal luas sebagai aktivis pergerakan yang memiliki kemampuan memobilisasi masa termasuk mengorganisir aksi boykot oleh para penjaga toko dan bentuk bentuk protes jalanan lainnya, membuat dirinya begitu berpengaruh sepanjang tahun tahun anarkis selama proses penarikan pasukan Prancis dari Mesir.

Pihak pendudukan Prancis beberapa kali berupaya melumpuhkan kekuasaan dinasti Mamluk, dan perjuangan untuk mengembalikan kekuasan Mamluk serta kekuasaan dinasti Umayyah yang berkali kali berupaya mengembalikan kekuasan Mereka di wilayah Mesir memicu perjuangan internal bagi Mesir selama bertahun tahun.

lapangan Tahir dan Masjid Omar Makram dari sudut yang sama dengan foto sebelumnya dalam suasana siang hari di kondisi normal.

The King Maker

Makram dan para ulama lainnya memainkan peran aktif selama masa ini. di tahun 1805 beliau dan pemimpin agama lainnya berupaya mendepak Raja Muda Usmaniyah, Khurshid Pasha dari tampuk kekuasaan di Mesir dan menggantikannya dengan pemimpin militer Albania yang juga seorang petualang sejati, Muhammad Ali Pasha. Perjuangan tersebut berhasil menaikkan Muhammad Ali Pasha ke tampuk kekuasaan dan mendirikan dinasti baru memimpin Mesir selama beberapa generasi hingga pertengahan abad 20.

Persekutuan antara Omar Makram dan Muhammad Ali Pasha terjalin selama beberapa tahun. Mereka juga memberikan dukungan kepada Muhammad Ali Pasha untuk menolak semua perintah dari para Khalifah Usmaniyah yang berpusat di Istambul mengakibatkan munculnya upaya untuk mengusirnya keluar dari Mesir, tanah yang direbutnya dari dinasti Mamluk. (dinasti Mamluk sendiri ahirnya berahir di tahun 1811.
 
Ketika Ekspedisi Inggris merebut Alexandria di tahun 1807 (Usmaniyah bersekutu dengan Prancis dalam perang Napoleon Bonaparte, sehingga Inggris teribat dalam perang Porte tahun 1807 -1809), Makram membantu mengorganisir perlawanan di Kairo sedangkan Muhammad ‘Ali Pasha berperang melawan pemberontakan dinasti Mamluk di Upper Egypt.

Masjid Omar Makram, seperti halnya rancangan masjid masjid lainnya di Mesir, Masjid Omar Makram juga dibangun dalam Arabia dengan sedikit sentuhan soviet. beberapa penulis menggambarkan masjid ini laksana sistem birokrasi mesir semasa masjid ini dibangun.

Nasib Ironis Sang Pahlawan dan King Maker

Di sisi lain Muhammad Ali Pasha sendiri berkali kali menggunakan Omar Makram dan lembaga keagamaan untuk melegalkan upayanya untuk menaikkan pajak dan upaya mengambil alih pajak lahan pertanian (iltizam) milik dinasti Mamluk. Upaya upaya Muhammad Ali Pasha untuk menjadikan dirinya sebagai sentral kekuasaan memicu perpecahan aliansi-nya dengan Omar Makram. Berkali kali Omar Makram memobilisasi massa di jalanan kota Kairo menentang kebijakan para tokoh politik negara.
 
Akibatnya beliau mulai dicurigai oleh Muhammad Ali Pasha dan koleganya, yang tadinya justru naik ke tampuk kekuasaan atas jasa Omar Makram sang King Maker. Puncaknya terjadi di tahun 1809, Omar Makram memimpin pemberontakan menentang Pajak namun justru membuatnya terpojok, beliau kehilangan semua jabatannya lalu diasingkan ke Damietta kemudian dipindahkan ke Tanta sampai beliau wafat ditahun 1822.
 
Nasib Omar Makram memang sangat ironis. Beliau adalah seorang pejuang yang menentang pendudukan Prancis atas negerinya, menjadikan beliau sebagai symbol bagi rakyat Mesir bagi perjuangan menentang penjajahan asing atas Mesir, semangat yang sama muncul ketika menentang penjajahan Inggris. Beliau yang memperjuangkan bedirinya dinasti Muhammad Ali berkuasa di Mesir namun Ironisnya justru beliau terjungkal oleh sang raja yang diperjuangkannya.
tembakan gas air mata dari aparat keamanan Mesir yang ditujukan untuk membubarkan massa demonstran di lapangan Tahrir tak urung turut menghajar Masjid Omar Makram yang memang berada di lokasi tersebut dan menjadi pusat perlindungan demonstran yang menjadi korban.

Lebih ironisnya lagi, Masjid Omar Pasha yang kini menjadi Ikon Lapangan Tahrir di pusat kota Kairo itu justru dibangun oleh Raja Farouq (1920-1965) yang tak lain dan tak bukan adalah keturunan dari Muhammad Ali Pasha, sang raja yang dulu menyingkirkannya sampai beliau wafat di pengasingan.
 
Dirayakan di Prancis, sepi di Mesir
 
Perayaan mengenang Omar Makram senantiasa diselenggarakan di Louvre, Prancis meskipun tak ada perayaan yang sama di Mesir. Dalam perayaan mengenang Omar Makram pemerintah Kota Louvre mengundang Mahmoud Makram yang merupakan cucu dari Omar Makram untuk menghadiri perayaan tersebut. Dalam satu kesempatan mahmoud Makram sempat berujar “saya senang dapat melihat sebuah perayaan mengenang sejarah dan pencapai kakek saya di Louvre, namun disaat yang sama saya juga sedih karena tidak adanya perayaan serupa yang diselenggarakan di Mesir”.
 
Dia melanjutkan “kami ini tidak saja sebagai anggota keluarga dari Omar Makram, namun juga merupakan keturunan dari Al-Mahdi, Sheikh Al-Azhar”. Keturunan Omar Makram merasa pemerintah Mesir kurang memberikan penghormatan kepada Omar Makram. Pihak keluarga sempat meminta pemerintah Mesir untuk merenovasi bekas kediaman Omar Makram, termasuk membangun museum untuk menyimpan dan menampilkan seluruh perjuangan dan catatan pencapaian beliau. .


rangkaian foto yang diambil dari berbagai sumber diatas meenggambarkan suasan di masjid Omar Makram selama demonstrasi besar besaran yang berpusat di lapangan Tahrir, pusat kota Kairo.

Makam Omar Makram sendiri hanya mendapatkan sedikit perhatian dari pemerintah, pihak kementerian kebudayaan Mesir berdalih bahwa makam Omar Makram tidak tercatat sebagai situs bersejarah karenanya tidak mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, meskipun begitu sebuah makam keluarga dalam ukuran kecil di daerah Azramk Dome masuk dalam dafta benda bersejarah. Akibatnya, pihak keluarga melakukan renovasi sendiri tanpa merasa perlu mendapatkan izin dari Kementrian kebudayaan.

Cucu Omar Makram mengakui bahwa pihak keluarga menerima dana bulanan dari dinas purbakala untuk biaya perawatan dan renovasi namun diserahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga untuk pengelolaannya. Pihak keluarga bahkan melakukan publikasi sendiri untuk membukukan biografi Omar Makram.

Aktivitas Masjid Omar Makram

Dikondisi normal Masjid Omar Makram ini dibawah kendali kementrian Agama dan Wakaf. Selain sebagai tempat ibadah, pengelola masjid juga menjadi pusat pendidikan salah satunya adalah menyelenggarakan pendidikan komputer untuk umum dengan biaya murah.

dan ini kondisi Masjid Omar Makram dalam suasana normal.

Karena lokasinya yang berada di lokasi strategis menjadikan masjid ini begitu masyur sebagai tempat penyelenggaraan jenazah bagi tokoh tokoh politik, actor hingga tokoh ternama dan selebriti Mesir yang meninggal dunia, hingga ke proses pemakaman, meskipun biaya penyelenggaraan prosesi tersebut tidaklah murah, satu prosesi penyelenggaraan jenazah di masjid ini mencapai 4000-an Pound Mesir, dana tersebut nantinya dipakai oleh pengurus masjid bagi kepentingan amal.

Masjid Omar Makram juga menjadi lokasi akad nikah pavorit bagi keluarga kaya dan terpandang, mengingat lokasinya yang berada di lokasi paling begengsi di kota Kairo, menyelenggarakan pernikahan di masjid ini menjadi momen luar biasa bagi setiap pasangan pengantin dan keluarganya. Dua ruang hall berukuran besar di masjid ini yang dijadikan ruang resepsi.

Dalam kondisi normal jemaah masjid ini mencapai hingga 3000 jemaah perhari, maklum lokasinya memang berada di kawasan bisnis super sibuk di pusat kota Kairo, di kawasan ini berdiri perhotelan kelas atas termasuk kantor kantor pejabat tinggi pemerintahan Mesir. Namun di hari Jum’at jumlah jemaah tersebut melonjak berkali lipat.

Paska demonstrasi massa besar besaran yang melibatkan Masjid Omar Makram ini ke dalam catatan sejarah reformasi Mesir itu, tentunya dengan sendirinya akan semakin menaikkan rating masjid ini sebagai pilihan paling menarik bagi pasangan pasangan muda dari keluarga muslim kaya kota Kairo untuk melaksanakan upacara akad nikah mereka di masjid ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA