Suasana sholat tarawih di Masjid Amru Bin Ash, ketika jemaahnya membludak hingga ke luar areal masjid selama bulan suci Ramadhan, |
Republik
Arab Mesir, orang Melayu termasuk Indonesia mengenalnya dengan nama Mesir dari
kata Bahasa Arab, ‘Misri’ sedangkan orang Eropa terbiasa menyebutnya Egypt, Negeri
tua yang beribota di Kairo. Kairo sendiri merupakan sebuah kota tua yang
seringkali dijuluki sebagai kota seribu menara saking banyaknya menara di kota
tua satu ini. Kota yang menjadi salah satu tujuan pavorit mahasiswa Islam
seluruh dunia untuk melanjutkan pendidikannya ke sana.
Sebagai
kota seribu menara, Kairo memiliku begitu banyak masjid masjid megah, tua dan
bersejarah. Satu dari sekian banyak masjid bersejarah di kota ini adalah Masjid
Amru bin Ash. Masjid tua yang dinamai
sesuai dengan nama pendirinya Amru bin Ash. Beliau adalah Sahabat
Baginda Rosulullah S.A.W. Beliau juga adalah panglima perang Islam pembebas dan
penakluk Mesir dari kekuasaan Kekaisaran Romawi. Atas jasanya beliau
mendapatkan kedudukan sebagai Gubernur Mesir pertama dimasa Khalifah Umar Bin
Khattab. Selama memertinah Amru Bin Ash sempat membangun beberapa masjid
diantaranya adalah Masjid Amru bin Al Ash, masjid Atiq, masjid Tajul Jawami’
dan masjid Ahli Arrayah.
Masjid
Amru Bin Ash ini seringkali disebut oleh sejarawan arab abad pertengahan
sebagai 'Taj Al-Jawami' atau 'Mahkotanya Masjid'. Meskipun bangunan masjid yang
kini berdiri bukanlah bangunan asli yang dulu pertama kali dibangun oleh Amru
Bin Ash tahun 641-642M namun perjalanan sejarahnya lah yang menjadikan masjid
ini tak ternilai. Catatan sejarah juga menyebutkan bahwa pembangunan masjid ini
juga melibatkan Al-Muqawqis yang merupakan keponakan dari Wali Mesir di masa
kekuasaan Romawi dan kemudian masuk Islam. Beliau turut serta dalam proses
perancangan masjid ini.
Mesjid ini berada di
wilayah Fusthath
dibagian kota tua Kairo. Di lokasi ini dulunya pada masa penyerbuan pasukan Amru bin Ash, beliau mendirikan tenda
komando, konon di seekor burung dara liar kemudian bersarang dan bertelur di
atap tenda beliau. Paska penaklukan Mesir, Amru bin Ash mendapat arahan dari
Khalifah Umar untuk mendirikan pusat pemerintahan baru tak jauh dari kota
Alexandria.
Dan
pilihan Amru bin Ash adalah lokasi dimana
tendanya pertama kali di didirikan, maka dimulailah pembangunan kota baru yang
dinamai Misri Al- Fustat atau kota tenda di lokasi tersebut. Dikemudian hari di
lokasi tempat tenda beliau yang atapnya dijadikan sarang oleh burung dara
tersebut menjadi tempat berdirinya Masjid Amru bin Ash yang masih berdiri kokoh
hingga kini. Kini di salah satu sudut masjid ini terdapat makam Abdullah, putra
Amru bin Ash.
Arsitektural
Masjid Amru Bin Ash
Seperti
umumnya masjid-masid kuno lainnya di mesir, bangunan masjid Amr berdenah empat
persegi panjang, Dilengkapi dengan halaman tengah yang dibiarkan terbuka tanpa
atap tapi berlantai marmer. Ditengah halaman tengah ini berdiri sebuah bangunan
kubah bertiang delapan tempat disediakannya air siap minum bagi jemaah, airnya
segar dan dingin. Lokasi ini pernah diabadikan dalam adegan Film Ketika Cinta
Bertasbih yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El-Shirazy.
bagian depan Masjid Amru Bin Ash. |
Secara
keseluruhan bangunan masjid Amru Bin Ash ini merupakan bangunan besar
berdinding tembok massif dengan atap datar seperti kebanyakan bangunan
tradisional arabia lainnya. Jendela jendela masjid dibangun cukup tinggi dengan
bukaan lebar. bagian tembok luar masjid ini yang begitu tinggi sekilas tampak
seperti bangunan benteng. Masing masing jendelanya tidak dilengkapi daun pintu tapi
ukiran kerrawang berpola simetris.
Masuk
ke dalam masjid, berjejer pilar pilar batu pualam bergaya romawi menopang
struktur atap masjid. masing masing pilar dihubungkan satu dengan yang lainnya
dengan sebatang palang kayu dan bentuk lengkungan. Bentuk pilar yang memang
serupa dengan pilar pilar Masjid
Agung Damaskus di Syria ataupun Masjid Al-Aqso di Palestina. Ke arah
manapun kita memandang di dalam masjid ini akan ditemukan pemandangan yang
serupa.
Interior
masjid Amru Bin Ash
|
Lampu
lampu gantung antic ukuran kecil menghias bagian dalam masjid ini. sementara
hamparan karpet merah berpola sajadah menutup seluruh permukaan lantai. Atapnya
yang tinggi, jendela dengan bukaan lebar namun ditempatkan pada posisi yang
cukup tinggi menghasilkan suasan yang sejuk dan tenang di dalam masjid ini
meskipun ditengah panasnya cuaca di luar masjid.
Mihrabnya
dibangun berdenah setengah lingkaran dengan ornament ukiran warna emas. Sedangkan
mimbarnya sangat khas mihrab masjid masjid Mesir, berupa mimbar kayu yang cukup
tinggi tanpa podium. Bila memandang ke atas, sisi langit langit masjid ini
memang dibiarkan terbuka tanpa plafon, jejeran balok kayu tertata rapi di bawah
atap. Di bagian dalam masjid ini juga ditempatkan beberapa bangku panjang yang
disediakan khusus bagi jemaah yang tidak mampu duduk di lantai ataupun berdiri
dengan baik.
Hal
lain yang cukup menarik bagi jemaah yang pernah ke masjid ini adalah area tempat
wudlu-nya. Tempat wudhlunya dibagi menjadi dua. Tempat pertama diperuntukkan
bagi yang menggunakan sandal, sementara yang menggunakan sepatu bisa melepasnya
dan tanpa alas kaki langsung mengambil wudlu di tempat yang disediakan.
Bersambung
ke bagian-2
Gerbang
utama Masjid Amru Bin Ash
|
Fasad depan bangunan masjid Amru Bin Ash
|
----------
Baca Juga Artikel Masjid Masjid
di Dunia Arab Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA