Halaman

Selasa, 25 Desember 2012

La Grande de Mosque de Porto Novo – Benin

Le Grande de Mosque de Porto Novo atau Great Mosque of Porto Novo atau Masjid Agung Porto Novo, Republik Benin. Sepintas lalu bangunan tua satu ini sama sekali tak mirip dengan bangunan masjid, jauh lebih mirip dengan sebuah katedral atau gereja, karena memang dulunya dibangun meniru bangunan gereja Salvador de Bahia – Brazil.

Grande Mosquee de Porto Novo atau The Great Mosque of Porto-Novo atau Masjid Agung Porto Novo adalah masjid agung tua di kota Porto Novo, Ibukota Republik Benin. Masjid Agung yang lebih mirip sebuah bangunan katedral ini kadang kadang juga disebut sebagai Brazilian Mosque karena bentuknya yang memang sangat mirip dengan sebuah katedral bergaya Brazil.

Nama Porto Novo ataupun Republik Benin memang tidak populer di Indonesia, letak negara Afrika Barat satu ini memang terbentang ribuan kilometer dari Indonesia. Lokasinya berada di pantai barat benua Afrika. Bertetangga dengan Togo di sebelah barat, Nigeria di sebelah timur dan Burkina Faso serta Niger di sebelah utara. meskipun berada di pantai barat Afrika namun karena letaknya yang berada di teluk Guyana, wilayah negara Benin benar benar utuh menjulur dari utara ke selatan menghadap ke Teluk Guyana di Samudera Atlantik.

Lokasi Benin di benua Afrika

Benin  tergolong sebagai negara dengan perkembangan yang cukup lambat di dunia, di abad ke 17 hingga abad ke 19 Benin berada di bawah kekuasaan Kerajaan Dahomey, yang justru melegalkan perdagangan budak, akibatnya negara ini menjadi salah satu sentra perdagangan budak di masa perdagangan busak trans-atlantik di abad ke 17, ribuan warga negeri ini dikirim ke ‘Dunia Baru’ di benua Amerika oleh bangsa Eropa sebagai budak, saking terkenal nya kawasan ini sebagai sentra perbudakan sampai sampai pantai Benin kala itu dikenal sebagai ‘The Slave Coast” atau Pantai Budak.

Setelah praktek perbudakan dihapus, Prancis mengambil alih wilayah ini sebagai koloni baru nya dan mengubah namanya menjadi French Dahomey atau Dahomey Prancis di tahun 1872 sampai kemudian negara ini meraih kemerdekaannya 1 Agustus 1960 dan menjadi Republik Demokrasi hingga saat ini. Republik Benin Ber-Ibukota di Porto Novo meskipun pemerintahannya justru menetap di kota Cotonou yang merupakan kota terbesar di Benin.

begini bentuk utuh Masjid Masjid Agung Porto Novo - Benin dari ketinggian. Tampak Fasad depannya memang sangat mirip sebuah bangunan gereja dengan denah bangunan memanjang.)

\Keseluruhan wilayah Benin sekitar 110 ribu kilometer persegi denga jumlah penduduk sekitar 9 juta jiwa. Meski telah merdeka sejak tahun 1960 negara ini cukup lamban pergerakan pembangunannya, kondisi pertikaian politik sempat mendera negara ini dan turut memperburuk perekonomiannya. Pusat kota Porto Novo sendiri yang merupakan ibukota negara, tak jauh berbeda dengan sebuah kota kecamatan di pulau Jawa dengan pasar tradisional sebagai salah satu sentra ekonomi.

Bahasa Prancis adalah bahasa resmi negara termasuk bahasa asli setempat seperti Bahasa Fond an Yoruba, sejak merdeka Benin secara resmi telah menjadi anggota PBB, Uni Afrika, Organisasi Kerjasama Islam, Zona Kerjasama dan Perdamaian Atlantik Selatan, La Francophonie, the Community of Sahel-Saharan States, the African Petroleum Producers Association dan the Niger Basin Authority.

Islam di Benin

Islam merupakan Agama terbesar kedua di Benin setelah Katolik Roma. Cukup menariknya lagi bahwa Benin mengakui kepercayaan Vodoo (dibaca Vudu) sebagai sebuah agama, dan penganut Vodoo ini menempati urutan ketiga dalam jumlah, disusul kemudian oleh penganut Kristen Protestan. Kebijakan pemerintah setempat yang mengakui Vodoo sebagai agama ini tak lepas dari kenyataan sejarah bahwa Benin sendiri dikenal dunia sebagai ‘tempat lahir’ nya Vodoo, dan lebih menyeramkannya lagi negara ini dimasa lalu memiliki sejarah yang panjang terkait dengan kepercayaan mengorbankan manusia.

Fasad bangunan Masjid Agung Porto Novo yang warni warni memberikan kesan semarak pada bangunan ini. ornamen yang ada pun tidak lazim, anda dapat melihat bintang segi enam turut menjadi ornamen di fasad bangunan masjid ini. 

Merujuk kepada situs CIA world fact book, rasio pemeluk agama di Benin adalah ; pemeluk agama Katholik 27.1%, Islam 24.4%, Vodoo 17.3%, Protestan 10.4% (Celestial 5%, Methodist 3.2%, lain lain 2.2%), Ajaran Kristen Lain-nya 5.3%, Lain lain 15.5% (hasil sensus tahun 2002). Islam masuk ke Benin dari arah utara negara tersebut dibawa oleh suku bangsa Hausa serta melalui perdagangan suku Songhai dan Dendi. 

Hampir semua muslim di Benin merupakan Muslim Suni meski ada sebagian kecil penganut faham shi’ah. Ahmadiyah juga mendapatkan tempat di Benin, mereka mendirikan masjid di bebeberapa tempat, salah satunya adalah Masjid Ahmadi yang cukup besar dan baru diresmikan di Porto Novo tahun 2006 lalu.

Salah satu sisi dalam masjid Agung Porto Novo.

Tahun 2012 ini ada sekitar 4000 orang jemaah haji dari Benin, mereka rela mengeluarkan dana sebesar 1,9 juta Franc CFA untuk biaya perjalanan dari Benin ke Saudi pulang pergi serta biaya akomodasi selama di Saudi Arabia. Jemaah haji dari Benin ini menggunakan jasa penerbangan Ethiopian Airlines.

Sejarah Masjid Grande Mosquee de Porto Novo – Benin

Dapat dimengerti mengapa arsitektural masjid Agung kota Porto Novo ini sangat mirip dengan sebuah Katedral bergaya Brazil setelah kita membaca sejarahnya. Merujuk kepada berbagai sumber menyebutkan bahwa masjid Agung Porto Novo dibangun oleh para mantan budak Afrika yang dulunya dikirim ke Brazil di benua Amerika lalu kembali ke tanah air mereka. Tidak saja masjidnya yang unik, nama Porto Novo sendiri merupakan nama yang diberikan oleh orang Portugis, meski negara ini kemudian menjadi jajahan Prancis.

Masjid Agung Porto Novo - Benin dari samping.

Ketika mereka mulai membangun masjid ini, mereka turut mengabadikan arsitektural katedral di Brazil yang kemudian dipadu dengan seni arsitektural setempat ke dalam bangunan masjid yang mereka bangun mulai tahun 1912. Meski sumber lain menyebut bahwa masjid ini selesai dibangun pada kurun waktu 1923-1925. Hasilnya adalah sebuah bangunan masjid yang sangat impresif yang masih dapat dinikmati hingga hari ini, sebagai sebuah bangunan masjid dengan arsitektur Afro-Brazilian. Banyak pihak menyebut bahwa pembangunan masjid ini terinspirasi dari bangunan Gereja di Salvador de Bahia, Brazil yang bergaya Eropa abad pertengahan.

Sebuah bangunan masjid yang tidak saja unik tapi benar benar tak biasa. Bisa jadi orang yang tak mengenal sejarahnya akan berfikiran bahwa bangunan masjid ini adalah sebuah gereja yang kemudian dikonversi menjadi sebuah masjid, seperti ditulis oleh beberapa penulis. Namun nyatanya memang sebuah bangunan masjid yang dibangun sejak awal menyerupai sebuah bangunan gereja.


Situs architectureweek.com melaporkan bahwa pemerintah kota setempat berupaya untuk melestarikan bangunan ini sebagai warisan sejarah dan budaya kota mereka namun kerusakan yang terjadi sangat sulit untuk diperbaiki karena ketiadaan tenaga ahli dalam hal seni ukir yang memahami teknik dan pola yang sama dengan yang ada di Masjid tersebut. Ditambah lagi dengan usia bangunannya yang sudah relatif tua begitu banyak detil ukiran kayu, plester serta dekorasinya yang sudah rusak dan hilang.

Lokasi masjid ini berdiri memang berada di pusat keramaian kota Porto Novo, tak jauh dari pasar yang merupakan urat nadi perekonomian di kawasan tersebut. Tampilannya yang begitu menarik dengan perpaduan aneka warna dan ornamen yang tak lazim bagi sebuah bangunan masjid. Kaligrafi Arab pada fasad depan bangunan masjid menegaskan bangunan masjid ini.

Sisi samping Masjid Agung Porto Novo - Benin

Imam masjid di Benin termasuk imam masjid di Masjid Agung Porto Novo inipun turut menjadi pemimpin umat selain sebagai imam sholat di masjid. Beliau memiliki otoritas dalam masalah agama Islam dan memberikan panduan bagi umat. Dia juga yang dimintai bantuan oleh muslim setempat untuk menyelesaikan perselisihan dalam keluarga hingga mengurus pernikahan warganya. 

Imam juga secara otomatis mengemban tanggung jawab sebagai dewan pemilihan untuk pemilihan kepala suku tradisional mereka. Bilamana imam berhalangan, tugas beliau dijalankan sementara oleh tangan kanan imam yang bergelas Naimi.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA