Grande
Mosquee de Porto Novo atau The Great Mosque of Porto-Novo atau Masjid Agung
Porto Novo adalah masjid agung tua di kota Porto Novo, Ibukota Republik Benin.
Masjid Agung yang lebih mirip sebuah bangunan katedral ini kadang kadang juga
disebut sebagai Brazilian Mosque karena bentuknya yang memang sangat mirip
dengan sebuah katedral bergaya Brazil.
Nama
Porto Novo ataupun Republik Benin memang tidak populer di Indonesia, letak
negara Afrika Barat satu ini memang terbentang ribuan kilometer dari Indonesia.
Lokasinya berada di pantai barat benua Afrika. Bertetangga dengan Togo di
sebelah barat, Nigeria di sebelah timur dan Burkina Faso serta Niger di sebelah
utara. meskipun berada di pantai barat Afrika namun karena letaknya yang berada
di teluk Guyana, wilayah negara Benin benar benar utuh menjulur dari utara ke
selatan menghadap ke Teluk Guyana di Samudera Atlantik.
Lokasi Benin di benua Afrika |
Benin
tergolong sebagai negara dengan
perkembangan yang cukup lambat di dunia, di abad ke 17 hingga abad ke 19 Benin
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Dahomey, yang justru melegalkan perdagangan
budak, akibatnya negara ini menjadi salah satu sentra perdagangan budak di masa
perdagangan busak trans-atlantik di abad ke 17, ribuan warga negeri ini dikirim
ke ‘Dunia Baru’ di benua Amerika oleh bangsa Eropa sebagai budak, saking
terkenal nya kawasan ini sebagai sentra perbudakan sampai sampai pantai Benin
kala itu dikenal sebagai ‘The Slave Coast” atau Pantai Budak.
Setelah
praktek perbudakan dihapus, Prancis mengambil alih wilayah ini sebagai koloni
baru nya dan mengubah namanya menjadi French Dahomey atau Dahomey Prancis di
tahun 1872 sampai kemudian negara ini meraih kemerdekaannya 1 Agustus 1960 dan
menjadi Republik Demokrasi hingga saat ini. Republik Benin Ber-Ibukota di Porto
Novo meskipun pemerintahannya justru menetap di kota Cotonou yang merupakan
kota terbesar di Benin.
begini bentuk utuh Masjid Masjid Agung Porto Novo - Benin dari ketinggian. Tampak Fasad depannya memang sangat mirip sebuah bangunan gereja dengan denah bangunan memanjang.) |
\Keseluruhan
wilayah Benin sekitar 110 ribu kilometer persegi denga jumlah penduduk sekitar
9 juta jiwa. Meski telah merdeka sejak tahun 1960 negara ini cukup lamban
pergerakan pembangunannya, kondisi pertikaian politik sempat mendera negara ini
dan turut memperburuk perekonomiannya. Pusat kota Porto Novo sendiri yang
merupakan ibukota negara, tak jauh berbeda dengan sebuah kota kecamatan di
pulau Jawa dengan pasar tradisional sebagai salah satu sentra ekonomi.
Bahasa
Prancis adalah bahasa resmi negara termasuk bahasa asli setempat seperti Bahasa
Fond an Yoruba, sejak merdeka Benin secara resmi telah menjadi anggota PBB, Uni
Afrika, Organisasi Kerjasama Islam, Zona Kerjasama dan Perdamaian Atlantik
Selatan, La Francophonie, the Community of Sahel-Saharan States, the African
Petroleum Producers Association dan the Niger Basin Authority.
Islam di Benin
Islam
merupakan Agama terbesar kedua di Benin setelah Katolik Roma. Cukup menariknya
lagi bahwa Benin mengakui kepercayaan Vodoo (dibaca Vudu) sebagai sebuah agama,
dan penganut Vodoo ini menempati urutan ketiga dalam jumlah, disusul kemudian
oleh penganut Kristen Protestan. Kebijakan pemerintah setempat yang mengakui
Vodoo sebagai agama ini tak lepas dari kenyataan sejarah bahwa Benin sendiri
dikenal dunia sebagai ‘tempat lahir’ nya Vodoo, dan lebih menyeramkannya lagi
negara ini dimasa lalu memiliki sejarah yang panjang terkait dengan kepercayaan
mengorbankan manusia.
Merujuk
kepada situs CIA world fact book, rasio pemeluk agama di Benin adalah ; pemeluk
agama Katholik 27.1%, Islam 24.4%, Vodoo 17.3%, Protestan 10.4% (Celestial 5%,
Methodist 3.2%, lain lain 2.2%), Ajaran Kristen Lain-nya 5.3%, Lain lain 15.5%
(hasil sensus tahun 2002). Islam masuk ke Benin dari arah utara negara tersebut
dibawa oleh suku bangsa Hausa serta melalui perdagangan suku Songhai dan Dendi.
Hampir semua muslim di Benin merupakan Muslim Suni meski ada sebagian kecil
penganut faham shi’ah. Ahmadiyah juga mendapatkan tempat di Benin, mereka
mendirikan masjid di bebeberapa tempat, salah satunya adalah Masjid Ahmadi yang
cukup besar dan baru diresmikan di Porto Novo tahun 2006 lalu.
Salah satu sisi dalam masjid Agung Porto Novo. |
Tahun
2012 ini ada sekitar 4000 orang jemaah haji dari Benin, mereka rela
mengeluarkan dana sebesar 1,9 juta Franc CFA untuk biaya perjalanan dari Benin
ke Saudi pulang pergi serta biaya akomodasi selama di Saudi Arabia. Jemaah haji
dari Benin ini menggunakan jasa penerbangan Ethiopian Airlines.
Sejarah
Masjid Grande Mosquee de Porto Novo – Benin
Dapat
dimengerti mengapa arsitektural masjid Agung kota Porto Novo ini sangat mirip
dengan sebuah Katedral bergaya Brazil setelah kita membaca sejarahnya. Merujuk
kepada berbagai sumber menyebutkan bahwa masjid Agung Porto Novo dibangun oleh
para mantan budak Afrika yang dulunya dikirim ke Brazil di benua Amerika lalu
kembali ke tanah air mereka. Tidak saja masjidnya yang unik, nama Porto Novo
sendiri merupakan nama yang diberikan oleh orang Portugis, meski negara ini
kemudian menjadi jajahan Prancis.
Masjid Agung Porto Novo - Benin dari samping. |
Ketika
mereka mulai membangun masjid ini, mereka turut mengabadikan arsitektural
katedral di Brazil yang kemudian dipadu dengan seni arsitektural setempat ke
dalam bangunan masjid yang mereka bangun mulai tahun 1912. Meski sumber lain
menyebut bahwa masjid ini selesai dibangun pada kurun waktu 1923-1925. Hasilnya
adalah sebuah bangunan masjid yang sangat impresif yang masih dapat dinikmati
hingga hari ini, sebagai sebuah bangunan masjid dengan arsitektur
Afro-Brazilian. Banyak pihak menyebut bahwa pembangunan masjid ini terinspirasi
dari bangunan Gereja di Salvador
de Bahia, Brazil yang
bergaya Eropa abad pertengahan.
Sebuah
bangunan masjid yang tidak saja unik tapi benar benar tak biasa. Bisa jadi
orang yang tak mengenal sejarahnya akan berfikiran bahwa bangunan masjid ini
adalah sebuah gereja yang kemudian dikonversi menjadi sebuah masjid, seperti
ditulis oleh beberapa penulis. Namun nyatanya memang sebuah bangunan masjid
yang dibangun sejak awal menyerupai sebuah bangunan gereja.
Situs
architectureweek.com melaporkan bahwa pemerintah kota setempat berupaya untuk
melestarikan bangunan ini sebagai warisan sejarah dan budaya kota mereka namun kerusakan
yang terjadi sangat sulit untuk diperbaiki karena ketiadaan tenaga ahli dalam
hal seni ukir yang memahami teknik dan pola yang sama dengan yang ada di Masjid
tersebut. Ditambah lagi dengan usia bangunannya yang sudah relatif tua begitu
banyak detil ukiran kayu, plester serta dekorasinya yang sudah rusak dan
hilang.
Lokasi
masjid ini berdiri memang berada di pusat keramaian kota Porto Novo, tak jauh
dari pasar yang merupakan urat nadi perekonomian di kawasan tersebut. Tampilannya
yang begitu menarik dengan perpaduan aneka warna dan ornamen yang tak lazim
bagi sebuah bangunan masjid. Kaligrafi Arab pada fasad depan
bangunan masjid menegaskan
bangunan masjid ini.
Sisi samping Masjid Agung Porto Novo - Benin |
Imam
masjid di Benin termasuk imam masjid di Masjid Agung Porto Novo inipun turut
menjadi pemimpin umat selain sebagai imam sholat di masjid. Beliau memiliki
otoritas dalam masalah agama Islam dan memberikan panduan bagi umat. Dia juga
yang dimintai bantuan oleh muslim setempat untuk menyelesaikan perselisihan
dalam keluarga hingga mengurus pernikahan warganya.
Imam juga secara otomatis
mengemban tanggung jawab sebagai dewan pemilihan untuk pemilihan kepala suku
tradisional mereka. Bilamana imam berhalangan, tugas beliau dijalankan
sementara oleh tangan kanan imam yang bergelas Naimi.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA