Halaman

Senin, 08 Oktober 2012

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien – Brunei Darussalam (Bagian 3)

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Bandar Seri Begawan. Masjid Nasional Negara Brunei darussalam.

Pembangunan Masjid Sultan Haji Omar Ali Saifuddien

Di tahun 1949 atau empat tahun paska usainya perang dunia kedua, dibentuk sebuah Komunite bagi kemungkinan untuk membangun sebuah masjid nasional bagi Brunei Darussalam. Komite tersebut diketuai oleh YTM Seri Paduka Pengiran Bendahara Pengiran Anak Haji Muhammad Yasin. Di tahun 1952 beliau mengusulkan agar pembangunan masjid nasional Brunei dilaksanakan di “padang” disekitar Masjid Kajang. Namun Sultan Haji Omar Ali Saifuddien lebih memilih untuk membangun masjid Nasional Brunei didirikan lokasinya sekarang, di tepian sungai Brunei yang merupakan kawasan pusat keramaian Pekan Brunei kala itu.

Merujuk kepada penjelasan dari Pangeran Adnan, Arsitek senior di Departemen Pekerjaan Umum, beliau menjelaskan bahwa arsitek yang menanganani rancangan masjid Sultan Omar Ali Saifuddien adalah arsitek Italia bernama Cavalieri R. Nolli. Rancangan yang dilakukan oleh Cavalieri di dasarkan kepada rancangan awal yang dibuat sendiri oleh Sultan Omar Ali Saifuddin dibantu oleh Awang Besar Sagap, Seorang Juru Gambar dari Departemen Pekerjaan Umum.

1954 ::: foto lama tahun 1954 saat pembangunan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien mulai dilaksanakan. 

Rancangan detil pembangunan masjidnya ditangani oleh Firma arsitek Booty and Edwards Chartered Architects, sedangkan pelaksanaan pembangunanya dilaksanakan oleh Sino-Malayan Engineer. Keseluruhan proyek pembangunan masjid Sultan Omar Ali Saifuddien ini diperkirakan menelan biaya sebesar 7,7 juta dolar hingga 9,2 juta dolar

Rancangan masjid ini sangat dipengaruhi oleh gaya arsitektural dinasti Mughal yang berkuasa selama lebih kurang 350 tahun sejak abad ke 16 di seluruh wilayah India, Pakistan, Bangladesh dan sekitar nya. Dinasti Islam Mughal memang sangat terkenal dengan warisan seni arsitektural yang menawan tersebar diseluruh bekas wilayah kekuasannya, termasuk salah satu bangunan 7 keajaiban dunia, Taj Mahal di kota Acra, India. Di komplek Taj Mahal Juga dibangun bersebelahan disisi kiri dan kanan nya masing masing Masjid Taj Mahal dan Istana Peristirahatan Taj Mahal.

dan beginilah Masjid dan jembatan menuju Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien saat ini.

Proses pembangunan masjid dimulai pada tanggal 4 Februari 1954, di atas lahan seluar 5 acre (2 hektar) dengan masjidnya sendiri berukuran 225 kaki x 86 kaki (68.5 meter x 26.2 meter) dan mampu menampung sekitar 3000 jema’ah sekaligus. Tinggi bangunan utama masjidnya mencapai 52 meter, atapnya ditutup dengan kubah besar berlapis emas murni, ditopang dengan dinding dinding tebal berlapis pualam dari Italia sama dengan pualam yang digunakan untuk pilar pilar, lengkungan dan menara masjid.

Bangunan masjid ini memang sebagian besar menggunakan material dari luar negara termasuk penggunaan Batu Pualam dari Italia, Batu Granit dari Shanghai (China), stainglass atau kaca patri dan lampu gantung dari Inggris serta karpet rajutan tangan dari Belgia dan Saudi Arabia.

dua foto udara diwaktu yang berbeda ::: foto kiri dibuat oleh Tony Wilson seorang fotografer tentara Inggris ketika masih berkuasa di Brunei sedangakn foto kanan adalah foto udara Masjid Sultan Ali Saifuddin yang di abadikan dalam selembar kartu pos tahun 1970-an.

Satu satunya elemen lokal tempatan Brunei yang dipakai di masjid ini adalah penggunaan Kalat, yakni semacam tali yang sangat tebal dan dibentuk berkelok kelok pada semua pilar masjid. Kalat, aslinya digunakan pada pembangunan bangunan ‘lapau’ atau aula di Brunei. Kalat berfungsi sebagai tali pengikat pilar pilar bangunan. Karena keberadaannya yang terlihat oleh mata, maka kalat ini dalam aplikasinya diberi corak warna warni dan tak jarang dilapis dengan emas.

Dari sisi arsitektural, menara tunggal masjid ini memang cukup unik. Penggabungan gaya Italia dengan gaya Mughal menghasilkan menara dengan denah segi empat bergaya italia di sisi bawah sedangkan puncaknya menggunakan kubah bawang khas Mughal. Sedangkan interior masjid ini begitu mewah dengan berbagai seni ilami khususnya seni kaligrafi dan pola pola geometrik, floral dan lain nya. 

Kata Wow saja rasanya memang tak cukup untuk memuji masjid satu ini. Wajar bila kemudian banyak orang yang menyebut masjid ini sebagai salah satu masjid terindah di kawasan asia pasifik. kubah masnya memang bukan satu satunya masjid dengan kubah berlapis emas. ukurannya pun kalah jauh dibandingkan dengan Masjid Kubah Mas Dian Al-Mahri di Depok - Jawa Barat, namun keindahan bangunan dan kebesaran sejarahnya yang membuat masjid ini begitu menarik. 

Masjid Sultan Omar Ali Syaifuddien diresmikan sendiri oleh Sultan Omar Ali Syaifuddien pada tanggal 26 September 1958. Dan Sembilan tahun kemudian tepatnya di tahun 1967 masjid ini dilengkapi dengan bangunan tambahan berupa Replika Kapal Mahligai Sultan Bolqiah abad ke 16 yang dibangun ditengah laguna di depan masjid lalu dihubungkan dengan jembatan pualam. Pembangunan mahligai tersebut menandai peringatan 1400 tahun (14 abad) Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an untuk pertama kali) dengan pembangunan sebesar 250 ribu dolar.

Kini, masjid Sultan Omar Ali Saifuddien menjadi landmark yang begitu terkenal di Brunei Darussalam, dan menjadi tempat ibadah utama di negeri itu. memang ada larangan resmi untuk tidak memotret di dalam masjid ini, mungkin itu sebabnya sangat sulit menemukan foto interior masjid ini di dunia maya meski masjid ini merupakan salah satu objek foto paling menarik bagi siapapun yang pernah ke sana, dan foto keindahannya bertebaran di dunia maya.***

Refleksi ::: Foto malam hari sepertinya menjadi pavorit para fotografer untuk mengabadikan keindahan masjid ini dengan merekam keindahan bangunan masjid berikut bayangannya yang terpantul dipermukaan air laguna tempatnya berdiri.
Kota Bandar Seri Begawan memang tak sebesar dan seluas Jakarta, ditambah lagi dengan penduduknya yang tak sepadat ibukota Republik Indonesia itu membuat masjid ini bertahan sebagai landmark utama kota Bandar Seri Begawan dari sejak masjid ini pertama kali dibangun hingga hari ini tetap mendominasi pemandangan kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA