Halaman

Minggu, 14 Oktober 2012

Masjid Jami Vientiane, Laos

Tak sebesar dan tak semegah masjid masjid di Indonesia dan negeri negeri muslim lainnya, Masjid Jami Vientiane menjadi simbol kehadiran Islam di Laos.

Republik Demokratik Rakyat Laos atau Lao People’s Democratic Republic (Lao PDR) dan orang Indonesia terbiasa menyebutnya dengan Laos saja, merupakan salah satu dari 10 negara anggota Asean. Lokasinya terjepit ditengah semenanjung Indochina, berada diantara Vietnam dan Thailand di timur dan Barat, Republik Rakyat Cina dan Myanmar (Burma) di Utara dan Kamboja di selatan. Seluruh negara negara ini dilalui oleh sungai Mekong yang membujur dari utara ke selatan, dan sebagian besar badan sungai ini menjadi perbatasan alami antara Laos dengan Thailand. Laos beri-ibukota di kota Vientiane (dibaca : Viyentiyen).
 
Dalam urusan politik, Laos masuk dalam daftar negara yang cukup tertutup. Komunisme masih menguasai perpolitikan di Laos, namun ada satu hal yang cukup mencengangkan bahwa ada sekelompok kecil umat Islam di negara ini hidup damai dan menikmati kebebasan beragama yang di tuangkan dalam dekrit perdana menteri nomor 92 tanggal 5 Juli 2002, memberikan jaminan kebebasan beragama di negara komunis tersebut.
 
Laos merupakan salah satu negara anggota Asean dengan luas terkecil, dan dari sisi ekonomi merupakan negara termiskin di Asean. Sekitar 60 persen penduduk Laos ber-etnis Lao dan sebagian besar dari mereka memeluk agama Budha. Dengan total penduduknya hampir tujuh juta jiwa ada sekitar 800 hingga 1000 jiwa saja penduduknya yang beragama Islam, menjadikan Laos sebagai negara berpenduduk muslim paling sedikit di Asean dan seluruh Asia. Di seluruh Laos hanya ada dua masjid dan dua duanya berada di kota Vientiane, yaitu Masjid Al-Azhar Vientiane dan Masjid Jami Vientiane atau Vientine Jamia Masjid yang akan kita ulas dalam artikel ini.

Lokasi dan Alamat Masjid Jami Vientine

Vientiane Jamia Masjid
Ban Xengyen near the Fountain (Namphu)
downtown District Chanthaburi Vientiane,
Vientiane, vientiane 01000
Lao People’s Democratic Republic

 

Lokasi masjid ini berada di jantung kota Vientiane, tepatnya berada di belakang Langxaneg Hotel dan Fathima Restaurant, tak jauh dari Nam Phou Fountain yang merupakan air mancur kebanggaan kota Vientiane. Di kawasan yang sama juga berdiri kantor pusat polisi lalu lintas kota Vientiane, Perpustakaan Nasional Laos dan kantor Konsulat Prancis. Masjid ini terletak di jalur turis dan tepat berada di tengah ibukota. Hanya perlu mencari air mancur yang menjadi ikon kota, lalu menapaki jalan Setthathirath sepanjang 40 meter sampai menemukan petunjuk jalan menuju masjid ini.

Lokasinya yang memang berada di pusat kota menjadikan masjid Jami Vientiane ini menjadi tujuan utama bagi para atlet muslim yang sedang berlaga dalam SEA Games di Laos tahun 2009 yang lalu. Dan, baik imam masjid beserta jajaran pengurusnya begitu terbuka penuh keramah tamahan dalam suasana persaudaraan tanpa basa basi dalam menyambut dan mengundang muslim dan muslimah yang mengikuti ajang Sea Games di Laos tahun 2009 lalu.

Aktivitas Masjid Jami’ Vientiane

Meskipun ukurannya kecil dan tidak berada di jalan utama kota Vientiane, masjid ini menyelenggarakan berbagai program edukasi bagi komunitas muslim setempat yang kebanyakan merupakan muslim Laos sendiri dan keturunan india. Diantara aktivitasnya termasuk pelajaran baca tulis Al-Qur’an untuk anak anak termasuk pelajaran Aqidah Islam dan pelajaran sholat yang diselenggarakan setiap hari Sabtu hingga hari Kamis pukul 19.00 hingga 20.30.

Masjid dengan kubah, dalam bentuk sebenar benarnya masjid memberikan indikasi jelas bahwa Islam diterima dengan baik oleh masyarakat dan penguasa Laos. Masjid ini juga bebas menyuarakan azan dari pengeras suara.

Sholat Jum’at diselenggarakan pada pukul 13.10 – 13.40 waktu setempat. Dan setiap bulan Ramadhan tak ketinggalan diselenggarakan buka puasa bersama dan acara Ramadhan lainnya. Sejak 1 Juni 2005 lalu pengurus masjid Jami Vientiane secara resmi memulai pendidikan Madrasah bagi anak anak khusus mengajarkan Al-Qur’an dan Sholat.

Sejarah Masjid Jami’ Vientiane

Masjid Jami Vientiane, dibangun dalam gaya arsitektur mughal, namun dengan menara yang kecil di atas atap masjid, hampir sama dengan bentuk bentuk masjid di seantero Asia Tenggara. Di lantai dasar masjid terdapat dapur umur sedangkan ruang sholat utamanya berada di lantai atas. Papan nama penunjuk lokasi masjid ini cukup menarik dengan menggunakan empat bahasa sekaligus masing masing bahasa Laos, Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Tamil.

Merujuk kepada Saudi Aramco, Masjid Jami Vientiane merupakan masjid tertua di Vientiane dan Laos secara keseluruhan, dibangun oleh muslim yang berasal dari kawasan India selatan semasa pendudukan Prancis di Laos dipenghujung abad ke 19 saat Laos masuk ke dalam wilayah protektorat Prancis sejak hingga tahun 1953. Disaat bersamaan Prancis juga menguasai enclave Pondicherry yakni beberapa wilayah yang terpisah pisah di sepanjang pantai barat India di Teluk Benggala.

Persamaan penguasa yang memungkinkan penduduk di wilayah pendudukan tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan berbagai alasan baik atas keinginan sendiri maupun karena masuk dalam pasukan legium asing bentukan Prancis. Diantara mereka terdapat warga muslim Tamil dari enclave Pondicherry, mereka masuk ke Vientiane melalui Saigon di Vietnam yang juga merupakan wilayah kekuasaan Prancis saat itu.

Ukuran masjid Jami Vientiane ini sebenarnya cukup luas, namun karena letaknya yang terjepit di dalam gang di pusat kota Vientiane, kelegaaannya hanya baru bisa dirasakan saat masuk ke dalam masjid ini. 

Digunakannya aksara Tamil dalam papan nama penunjuk arah ke Masjid Jami Vientiane ini mengingatkan pada sejarah keberadaan masjid tersebut yang tak lepas dari peran muslim Tamil. Kini suasana masjid ini tidak melulu bernuansa Tamil tapi lebih kental dengan nuansa muslim asia tenggara terutama di hari Jum’at. Jejak kekuasaan Prancis sama sekali tak berbekas di masjid.

Terlebih disuasana sholat Jum’at, ketika jemaah masjid lebih di dominasi oleh muslim asia tenggara bersama dengan jemaah muslim asli Laos sendiri yang mencapai sekitar 200 jiwa, mereka berbicara dalam bahasa Laos, bahasa yang juga digunakan oleh para muslim keturunan dari Legium Asing bentukan Prancis yang direkrut dari kawasan Afrika Utara untuk ditempatkan di Vientiane.

Mereka kemudian mereka menikah dengan muslimah lokal dan menetap disana. Turut hadir diantara para jemaah di masjid ini adalah muslim dari kantor kedutaan negara negara muslim asia tenggara termasuk Indonesia, Malaysia juga dari Palestina dan perwakilan dari badan badan internasional yang berkantor di Vientiane.

sign board :: papan nama masjid jamie vientiane terpampang dalam empat bahasa dan aksara di depan sebuah rumah panggung khas melayu, di kota vientiane.

Sejak tahun 2001 pemerintah Laos memberikan “perhatian” lebih terhadap komunitas mungil Muslim di Laos tanpa intervensi apapun terhadap aktivitas keagamaan. Muslim di Laos bersama pemeluk agama minoritas lainnya menikmati kebebasan beragama yang dijamin oleh negara.

Muslim di Laos bebas melaksanakan sholat berjamaah termasuk menyuarakan azan dari menara masjid dengan pengeras suara tanpa ada keberatan dari penduduk setempat yang mayoritas beragama Budha Theravada. Perayaan hari besar Islam juga dapat dilaksanakan dengan bebas termasuk penyelenggaraan Ibadah Haji yang dikoordinir oleh Asosiasi Muslim Laos. Kelompok Jemaah Tabligh dari Thailand saat ini disebut sebut aktif menjalankan dakwah Islam di Vientiane.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA