Tak sebesar dan tak semegah masjid masjid di Indonesia dan negeri negeri muslim lainnya, Masjid Jami Vientiane menjadi simbol kehadiran Islam di Laos. |
Republik Demokratik Rakyat Laos atau Lao People’s Democratic
Republic (Lao PDR) dan orang Indonesia terbiasa menyebutnya dengan Laos saja,
merupakan salah satu dari 10 negara anggota Asean. Lokasinya terjepit ditengah
semenanjung Indochina, berada diantara Vietnam dan Thailand di timur dan Barat,
Republik Rakyat Cina dan Myanmar (Burma) di Utara dan Kamboja di selatan.
Seluruh negara negara ini dilalui oleh sungai Mekong yang membujur dari utara
ke selatan, dan sebagian besar badan sungai ini menjadi perbatasan alami antara
Laos dengan Thailand. Laos beri-ibukota di kota Vientiane (dibaca :
Viyentiyen).
Dalam urusan politik, Laos masuk dalam daftar negara yang
cukup tertutup. Komunisme masih menguasai perpolitikan di Laos, namun ada satu
hal yang cukup mencengangkan bahwa ada sekelompok kecil umat Islam di negara
ini hidup damai dan menikmati kebebasan beragama yang di tuangkan dalam dekrit
perdana menteri nomor 92 tanggal 5 Juli 2002, memberikan jaminan kebebasan
beragama di negara komunis tersebut.
Laos merupakan salah satu negara anggota Asean dengan luas
terkecil, dan dari sisi ekonomi merupakan negara termiskin di Asean. Sekitar 60
persen penduduk Laos ber-etnis Lao dan sebagian besar dari mereka memeluk agama
Budha. Dengan total penduduknya hampir tujuh juta jiwa ada sekitar 800 hingga
1000 jiwa saja penduduknya yang beragama Islam, menjadikan Laos sebagai negara
berpenduduk muslim paling sedikit di Asean dan seluruh Asia. Di seluruh Laos
hanya ada dua masjid dan dua duanya berada di kota Vientiane, yaitu Masjid
Al-Azhar Vientiane dan Masjid Jami Vientiane atau Vientine Jamia Masjid yang
akan kita ulas dalam artikel ini.
Lokasi dan Alamat Masjid
Jami Vientine
Vientiane
Jamia Masjid
Ban Xengyen near the Fountain (Namphu)
downtown District Chanthaburi Vientiane,
Vientiane, vientiane 01000
Lao People’s Democratic Republic
Lokasi masjid ini berada di jantung
kota Vientiane, tepatnya
berada di belakang Langxaneg Hotel dan Fathima Restaurant, tak jauh dari Nam
Phou Fountain yang merupakan air mancur kebanggaan kota Vientiane. Di kawasan
yang sama juga berdiri kantor pusat polisi lalu lintas kota Vientiane, Perpustakaan
Nasional Laos dan kantor Konsulat Prancis. Masjid ini terletak di jalur turis
dan tepat berada di tengah ibukota. Hanya perlu mencari air mancur yang menjadi
ikon kota, lalu menapaki jalan Setthathirath sepanjang 40 meter sampai
menemukan petunjuk jalan menuju masjid ini.
Lokasinya yang memang berada di pusat
kota menjadikan masjid Jami Vientiane ini menjadi tujuan utama bagi para atlet
muslim yang sedang berlaga dalam SEA Games di Laos tahun 2009 yang lalu. Dan,
baik imam masjid beserta jajaran pengurusnya begitu terbuka penuh keramah
tamahan dalam suasana persaudaraan tanpa basa basi dalam menyambut dan
mengundang muslim dan muslimah yang mengikuti ajang Sea Games di Laos tahun
2009 lalu.
Aktivitas Masjid Jami’
Vientiane
Meskipun ukurannya kecil dan tidak
berada di jalan utama kota Vientiane, masjid ini menyelenggarakan berbagai
program edukasi bagi komunitas muslim setempat yang kebanyakan merupakan muslim
Laos sendiri dan keturunan india. Diantara aktivitasnya termasuk pelajaran baca
tulis Al-Qur’an untuk anak anak termasuk pelajaran Aqidah Islam dan pelajaran
sholat yang diselenggarakan setiap hari Sabtu hingga hari Kamis pukul 19.00
hingga 20.30.
Sholat Jum’at diselenggarakan pada
pukul 13.10 – 13.40 waktu setempat. Dan setiap bulan Ramadhan tak ketinggalan
diselenggarakan buka puasa bersama dan acara Ramadhan lainnya. Sejak 1 Juni
2005 lalu pengurus masjid Jami Vientiane secara resmi memulai pendidikan
Madrasah bagi anak anak khusus mengajarkan Al-Qur’an dan Sholat.
Sejarah Masjid Jami’
Vientiane
Masjid Jami Vientiane, dibangun dalam
gaya arsitektur mughal, namun dengan menara yang kecil di atas atap masjid,
hampir sama dengan bentuk bentuk masjid di seantero Asia Tenggara. Di lantai
dasar masjid terdapat dapur umur sedangkan ruang sholat utamanya berada di
lantai atas. Papan nama penunjuk lokasi masjid ini cukup menarik dengan
menggunakan empat bahasa sekaligus masing masing bahasa Laos, Bahasa Arab,
Bahasa Inggris dan Bahasa Tamil.
Merujuk kepada Saudi
Aramco, Masjid Jami Vientiane merupakan masjid tertua di Vientiane dan Laos
secara keseluruhan, dibangun oleh muslim yang berasal dari kawasan India
selatan semasa pendudukan Prancis di Laos dipenghujung abad ke 19 saat Laos
masuk ke dalam wilayah protektorat Prancis sejak hingga tahun 1953. Disaat
bersamaan Prancis juga menguasai enclave Pondicherry yakni beberapa
wilayah yang terpisah pisah di sepanjang pantai barat India di Teluk Benggala.
Persamaan penguasa yang memungkinkan
penduduk di wilayah pendudukan tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan berbagai alasan baik atas keinginan sendiri maupun karena masuk
dalam pasukan legium asing bentukan Prancis. Diantara mereka terdapat warga
muslim Tamil dari enclave Pondicherry,
mereka masuk ke Vientiane melalui Saigon di Vietnam yang juga merupakan wilayah
kekuasaan Prancis saat itu.
Digunakannya aksara Tamil dalam papan
nama penunjuk arah ke Masjid Jami Vientiane ini mengingatkan pada sejarah
keberadaan masjid tersebut yang tak lepas dari peran muslim Tamil. Kini suasana
masjid ini tidak melulu bernuansa Tamil tapi lebih kental dengan nuansa muslim
asia tenggara terutama di hari Jum’at. Jejak kekuasaan Prancis sama sekali tak
berbekas di masjid.
Terlebih disuasana sholat Jum’at,
ketika jemaah masjid lebih di dominasi oleh muslim asia tenggara bersama dengan
jemaah muslim asli Laos sendiri yang mencapai sekitar 200 jiwa, mereka
berbicara dalam bahasa Laos, bahasa yang juga digunakan oleh para muslim
keturunan dari Legium Asing bentukan Prancis yang direkrut dari kawasan Afrika
Utara untuk ditempatkan di Vientiane.
Mereka kemudian mereka menikah dengan
muslimah lokal dan menetap disana. Turut hadir diantara para jemaah di
masjid ini adalah muslim dari kantor kedutaan negara negara muslim asia
tenggara termasuk Indonesia, Malaysia juga dari Palestina dan perwakilan dari
badan badan internasional yang berkantor di Vientiane.
sign board :: papan nama masjid jamie vientiane terpampang dalam empat bahasa dan aksara di depan sebuah rumah panggung khas melayu, di kota vientiane. |
Sejak tahun 2001 pemerintah Laos
memberikan “perhatian” lebih terhadap komunitas mungil Muslim di Laos tanpa
intervensi apapun terhadap aktivitas keagamaan. Muslim di Laos bersama pemeluk
agama minoritas lainnya menikmati kebebasan beragama yang dijamin oleh negara.
Muslim di Laos bebas melaksanakan
sholat berjamaah termasuk menyuarakan azan dari menara masjid dengan pengeras
suara tanpa ada keberatan dari penduduk setempat yang mayoritas beragama Budha
Theravada. Perayaan hari besar Islam juga dapat dilaksanakan dengan bebas
termasuk penyelenggaraan Ibadah Haji yang dikoordinir oleh Asosiasi Muslim
Laos. Kelompok Jemaah Tabligh dari Thailand saat ini disebut sebut aktif
menjalankan dakwah Islam di Vientiane.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA