Lokasi Republik Demokratik Rakyat Laos. |
Muslim Champa dari Kamboja
Muslim Kamboja yang kini menjadi bagian dari muslim Laos.
Memiliki perjalanan yang cukup panjang. Seiring dengan runtuhnya kerajaan Islam
Champa yang berkuasa di bagian selatan dan tengah Vietnam, akibat kekalahan
mereka melawan serbuan Kerajaan Vietnam dari dinasti Nguyen di penghujung abad
ke 17 hingga ahirnya dibubarkan pada paruh pertama abad ke-19, sebagian dari
muslim Champa mengungsi ke Kamboja, Thailand, Malaysia hingga ke Pulau Hainan
(China).
Namun perjalanan sejarah memaksa muslim Champa di Kamboja
mengungsi untuk kedua kalinya manakala rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pol
melakukan pembantaian massal terhadap rakyat Kamboja termasuk muslim disana.
Dalam masa kekuasaan Khmer Merah dari tahun 1975 hingga tahun 1979,
diperkirakan dua juta penduduk Kamboja menjadi korban pembantaian massal yang
dilakukan oleh Khmer Merah, dan diperkirakan lima ratus ribu diantaranya adalah
kaum muslimin Kamboja dari etnis Champa.
Arus pengungsi muslim Champa dari Kamboja ini tiba di Laos
pada tahun 1975, mereka diterima dengan baik dan kemudian menetap dan menjadi
bagian dari Laos. Sebagian besar mereka menetap di kawasan pemukiman kelas para
pekerja di Chantabouli, disebelah barat laut pusat kota Vientiane. Ditahun 1976
atau setahun setelah mereka tiba di Laos, Muslim Champa dari Kamboja ini
mendirikan sebuah masjid kecil bernama Masjid Azhar atau lebih terkenal dengan
sebutan Masjid Kamboja dengan imamnya, Imam Musa Abu Bakar, tokoh tertua muslim
Champa di Laos.
Masjid Kamboja ::: Masjid Azhar di Vientiane dibangun oleh muslim Champa dari Kamboja, karenanya masjid ini lebih dikenal dengannama sebagai masjid Kamboja. |
Masjid Azhar merupakan masjid kecil
dengan beberapa kubah di atapnya. Masjid ini terdiri dari dua ruangan besar,
satu ruang utama sebagai ruang sholat sementara satu ruangan lagi untuk ruang
belajar bagi sekitar 50 an anak anak belajar agama Islam. lembaga lembaga Islam
dari Malaysia cukup aktif membantu syiar Islam di Laos termasuk aktivitas yang
diselengarakan di Masjid Azhar ini.
Bagaimanapun muslim Champa yang tersebar di berbagai
negara memang memiliki pertalian yang cukup erat dengan muslim di wilayah utara
semenanjung Malaysia dan Kesultanan Aceh di Sumatera. Tak mengherankan bila
dalam rekaman video dibawah ini anda dapat mendengar imam Masjid Azhar
Vientiane ini berbicara dalam bahasa Melayu yang cukup fasih.
Saat ini komunitas Muslim Champa di Vientiane ada sekitar enam
puluh satu keluarga. Sebagian dari mereka merupakan para pekerja dan pedagang
obat obatan herbal tradisional yang mereka datangkan dari Kamboja. Kebanyakan
dari Muslim Champa dari
Kamboja ini menetap di tak jauh dari kawasan pecinanan di pusat kota Vientiane,
tempat berdirinya Masjid Azhar yang mereka bangun.
Huru Hara Paska Kemerdekaan
Di tahun 1953 Laos berhasil memperoleh kemerdekaan dari
Prancis melalui perjuangan dan pertumpahan darah yang termat panjang. Namun
tahun berikutnya justru tenggelam dalam perang saudara mematikan akibat pemberontakan
yang dilakukan oleh kelompok komunis Pathet Lao dukungan Vietnam, China dan Uni
Soviet terhadap Raja Savang Vatthana yang di dukung oleh Amerika dan Prancis di
tahun 1975.
Untuk kesekian kalinya muslim Champa yang sudah menjadi
bagian Laos harus mengungsi ke negara negara tetangga untuk menyelamatkan jiwa
mereka. Begitu pun dengan muslim dari etnis lainnya. Dipertengahan tahun 1960
diperkirakan terdapat sekitar tujuh ribu muslim di Laos namun seiring dengan
meletusnya perang memaksa mereka mengungsi ke berbagai negara. Dan yang tersisa
kebanyakan adalah rakyat miskin yang tidak mampu untuk pergi kemanapun.
Perang berahir ketika Amerika mendapat tekanan untuk
menghentikan perang di Laos, dan dua tahun setelah itu kekuatan komunis Pathet
Lao mengambil alih seluruh negara dan mendirikan negara Republik Demokratik
Rakyat Laos meng-ahiri era kerajaan Laos dan kekuasaan Raja Savang Vatthana
yang telah berkuasa sejak tahun 1959. Sejak itu Laos yang di abad ke-14 hingga
abad ke-18 disebut sebagai Lan Xang atau "Negeri Seribu Gajah" ini
menjadi negara komunis yang tersisa di Asia Tenggara.
Etnis Lao dari komunitas Hmong yang merupakan kaum loyalis
terhadap Raja Savang Vatthana, diam diam melakukan semacam pemberontakan
rahasia terhadap pemerintahan komunis Pathet Lao akibatnya komunitas ini
dikenakan retribusi, sehingga banyak yang mengungsi ke Thailand. Ribuan
pengungsi Hmong juga mengungsi ke Amerika dan berbagai negara lain nya. Yang
lainnya kembali ke Laos dengan program repatriasi dari PBB. Saat ini sekitar
8000 orang warga Hmong masih menjadi pengungsi di Thailand.
Hubungan Indonesia dan Laos
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Laos pertama kali
dimulai tahun 1957 melalui kantor perwakilan pemerintah Indonesia di Bangkok.
Hubungan tersebut kemudian ditingkatkan ke tahap kedutaan pada tahun 1962 dan
pada tahun 1965 secara resmi pemerintah Indonesia membuka kantor Kedutaan Besar
di Vientiane. Dalam dunia pendidikan, secara berkala pemerintah Indonesia
melalui KBRI Vientiane memberikan beasiswa bagi mahasiswa Laos berprestasi
untuk melanjutkan studi mereka di Indonesia.***
Kembali ke bagian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA