Lokasi Republik Demokratik Rakyat Laos. |
Diperkirakan peradaban manusia di Laos sudah eksis sejak
enam ribu tahun lalu, Islam menemukan jalan masuk ke negara ini melalui
berbagai arah di lintasan sejarah. Muslim di Laos merupakan minoritas dalam
jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Laos
ibukota di Vientiane (dibaca : Viyentiyen).
Jumlah muslim Laos tak lebih dari sekitar 800 hingga 1000
jiwa, 200 jiwa diantaranya adalah muslim asli Laos. Bila dibandingkan dengan
hampir 7 juta total penduduknya jumlah tersebut nyaris tak terlihat dan
menjadikan Laos sebagai negara Asean dengan penduduk muslim paling sedikit.
Laos hanya memiliki dua Masjid masing masing adalah Masjid Jami’ Vientiane dan
Masjid Azhar Vientiane.
Sekitar 60 persen penduduk Laos ber-etnis Lao dan sebagian
besar dari mereka memeluk agama Buddha Theravada. Sejumlah kecil etnis Lao dari
komunitas Hmong dan Khmu yang minoritas, masih mempertahankan kepercayaan
animisme. Komunitas Hmong merupakan komunitas yang loyal terhadap Raja Savang
Vatthana (raja Laos terahir), jumlah mereka menyusut drastis paska tergulingnya
sang raja dalam kudeta yang dilakukan kelompok komunis Pathet Lao di tahun
1975.
Kelompok komunis Pathet Lao kemudian mengubah kerajaan Laos
menjadi negara komunis dengan nama resminya Lao People’s Democratic Republic
(Lao PDR) dan menjadi salah satu negara di dunia yang masih menggunakan sistem
pemerintahan komunis, meskipun begitu kehidupan beragama di Laos dijamin oleh
negara secara resmi melalui dekrit perdana menteri nomor 92 tanggal 5 Juli
2002.
Dalam Bab 1 pasal 4 dari dekrit perdana menteri menyebutkan
bahwa “warga negara Laos, warga negara asing, orang orang tanpa kewarganegaraan
dan orang asing di Laos memiliki hak untuk menjalankan aktivitas keagamaan dan
berpartisifasi dalam ritual keagamaan di tempat ibadah mereka baik di kuil
ataupun di gereja atau di masjid mereka masing masing”.
Masuknya Islam Ke Laos
Sebagian besar sumber sejarah menyebutkan bahwa Agama Islam
pertama kali masuk Laos melalui para saudagar China yang melakukan perdagangan
lintas wilayah dari propinsi Yunnan di China selatan hingga ke Laos, Birma dan
Thailand. Saudagar China ini yang diyakini pertama kali memperkenalkan Islam
kepada rakyat Laos.
Di negara negara tersebut para saudagar muslim China ini
biasa disebut dengan sebutan Chin Haw. Etnis Chin Haw masih dapat ditemui di
kawasan pegunungan Laos dalam komunitas yang sangat kecil. Etnis Chin Haw kini
juga dapat di jumpai di Thailand, salah satu masjid tua mereka yang berdiri
megah Doi Mae Salong,Chiang Rai, di utara Thailand.
Semasa Laos menjadi wilayah jajahan Prancis di Indochina
(dikenal dengan sebutan French-Indochina), muslim dari berbagai wilayah
kekuasaan kolonial Prancis turut meramaikan komunitas muslim di Laos dan
kemudian juga menarik penduduk asli untuk turut ber-Islam. Sejarah Islam di
Laos juga tak bisa dilepaskan dari sejarah Islam di Indochina terutama dalam
keterkaitannya dengan sejarah kerajaan Islam Champa yang berpusat di Vietnam.
Muslim di Laos saat ini cukup multi etnis namun berbaur
menjadi satu sebagai komunitas muslim Laos. Berdasarkan latar belakang etnis,
muslim di Laos dapat di kelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang masing
masing memiliki latar belakang sejarahnya sendiri sendiri. Diantara mereka
adalah muslim dari anak bedua India bagian selatan, muslim Kamboja, anggota
pasukan legium asing Prancis dari Afrika utara dan tentu saja adalah muslim
asli Laos.
Muslim dari Anak Benua India
Diperkirakan Muslim dari anak benua India pertama tiba di
Laos pada awal abad ke 12 saat Laos menjadi wilayah kolonialisasi Prancis di
Indochina. Kebanyakan dari muslim Tamil di Laos pertama tersebut merupakan
etnis Tamil dari wilayah enclave Pondicherry, sebuah enclave jajahan Prancis
yang tersebar di sepanjang pantai tenggara Teluk Benggala, India Selatan.
Tertua di Laos :: Masjid Jami' Vientiane merupakan masjid pertama dan tertua di Laos dibangun oleh muslim dari India Selatan selama pendudukan Prancis di wilayah Indochina termasuk Laos. |
Mayoritas dari muslim Tamil ini merupakan para pria lajang,
oleh kolonial Prancis dipekerjakan sebagai pengawal dan pekerja di Vientiane,
Ibukota Laos. Kebanyakan dari mereka ini tadinya dipekerjakan sebagai tentara
Inggris dan ditempatkan di wilayah Burma (kini Myanmar) selama perang dunia
pertama.
Komunitas muslim Tamil dari anak benua India ini masuk ke
Laos melalui Vietnam. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan
disebut Chulia di Malaysia, Thailand dan Singapura. Selain dari muslim Tamil,
sekelompok kecil muslim lainnya merupakan anggota pasukan legium asing Prancis
yang di rekrut dari wilayah jajahannya di Afrika Utara.
Kelompok muslim Tamil ini yang kemudian mendirikan masjid
Jami Vientiane dan menjadi masjid pertama dan tertua di Laos dengan imamnya
Haji Moulavi Kamarudeen Noori, berasal dari Madras, India. Sementara muslim
Laos lainnya juga ada yang berasal dari berbagai wilayah yang kini menjadi
Pakistan dan Bangladesh.
Beberapa dari mereka menikah dengan wanita asli Laos yang
sudah masuk Islam. Ada selusin muslim Pakhtun ini yang kini bahkan sudah masuk
ke dalam jajaran pegawai tinggi pemerintah salah satunya menjadi petinggi di kepolisian
Laos. Sedangkan sebagian besar lainnya rata rata adalah para pedagang pakaian
dan hidup berkecukupan, sedangkan sisanya memiliki beberapa ladang pertanian.
Sejak di bangun masjid Jami Vientiane masih menjalankan
fungsinya dengan baik hingga kini. Jemaah dari berbagai latar belakang etnis
dan kewarganegaraan berbaur menjadi satu di masjid ini, termasuk muslim dari
Indonesia, Malaysia dan Palestina yang merupakan staff kedutaan negara masing
masing di Vientiane, juga muslim yang bertugas di kantor kantor perwakilan
lembaga lembaga dunia di Vientiane.
Muslim Vientiane kebanyakan berprofesi sebagai pedagang
tekstil, nelayan ataupun sebagai tukang jagal di rumah makan. Warisan etnis ini
sangat kental terasa di rumah rumah makan yang dikelola oleh muslim keturunan
India selatan serta rumah makan dan gerai makanan milik muslim keturunan Afrika
Utara yang menyediakan kuliner khas Afrika Utara berupa couscous dan kebab.***
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA