Halaman

Sabtu, 20 Oktober 2012

Islam & Masjid di Kamboja (bagian 1)

Kamboja diantara negara negara tetangganya di Indocina

Kamboja atau Cambodia merupakan negara  monarki konstitusional di Asia Tenggara, penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh semenanjung Indochina antara abad ke-11 dan 14. Kamboja memperoleh kemerdekannya dari Prancis pada tanggal 9 November 1953. Prancis berkuasa di Kamboja sejak tahun 1863 dan memasukkannya ke dalam bagian dari koloni Prancis di Indochina (French Indochina) bersama dengan Laos dan Vietnam, sejak itu Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja pertamanya, Norodom Sihanouk.
 
Kamboja ber-ibukota di Phnom Penh, kepala negaranya saat ini dipegang oleh Norodom Sihamoni yang merupakan putra dari Raja Norodom Sihanouk, sedangkan jabatan perdana menteri dipegang oleh Hun Sen.  Sejak tanggal 16 Desember 1998 Kamboja bergabung menjadi anggota Asean ke sepuluh.  Secara geografis, Kamboja berbatasan langsung dengan Thailand di sebelah barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan wilayah sisi selatannya menghadap ke Teluk Siam. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini.
 
Tahun 2011 yang lalu Kamboja sempat terlibat pertikaian bersenjata dengan Thailand di sekitar Kuil Preah Vihar. Perselisihan kedua negara bertetangga ini memang sudah berlangsung sejak lama meski di tahun 1962 Mahkamah Internasional telah menetapkan Kuil Preah Vihar adalah milik Kamboja, namun perselisihan tak berhenti disitu. Di tahun 2011 lalu baku tembak antara militer dua negara tak terhindarkan, mengundang keprihatinan banyak pihak. Pertempuran ahirnya berhenti namun Kamboja seringkali menutup akses dari Thailand menuju kuil yang memang hanya terpaut beberapa puluh meter dari garis perbatasan dua negara bertetangga tersebut.


Masjid An-Nikmah, Potiin, di Kampong Cham

Thailand dan Kamboja memiliki akar yang sama, kedua negara ini sama sama mengklaim diri sebagai pewaris kerajaan Khmer yang pada awal mulanya didirkan di Laos Utara tahun 657 oleh Jayavarman I sampai kemudian wilayahnya mencakup hampir keseluruhan kawasan Indochina hingga sebagian kecil wilayah utara Malaysia. Kuil Preah Vihar yang disebutkan tadi merupakan salah satu peninggalan masa kejayaan kerajaan Khmer. Sekitar 95% penduduk Kamboja merupakan etnis Khmer dan secara tradisi turun temurun menganut Agama Budha Theravada, sama seperti mayoritas penduduk Thailand, Laos dan Vietnam.
 
Agama Budha Theravada telah menjadi agama resmi Kamboja sejak abad ke 13 Masehi kecuali semasa kekuasaan Khmer Merah.  Agama Budha sudah di anut oleh sebagian besar rakyat Kamboja sejak abad ke 5 Masehi bahkan beberapa sumber lain menyebut jauh lebih tua dari itu. Namun diantara penduduk mayoritas Budha tersebut terdapat komunitas muslim dengan jumlah mencapai setengah juta jiwa, beberapa sumber bahkan menyebut angka yang jauh lebih besar dari itu.
 
Islam di Kamboja
 
Merujuk kepada situs CIA World Fact Book, tahun 1999 penduduk muslim di Kamboja mencapai 2.1% dari total penduduk Negara tersebut. Dan di tahun 2008, diperkirakan Muslim di Kamboja mencapai 321.000 jiwa. Mayoritas Muslim di Kamboja adalah muslim Sunni bermadzhab Syafi’i yang kebanyakan tinggal di provinsi Kampong Cham, provinsi seluas 9.799 km2 dan didiami 1.680.694 jiwa (data tahun 2008).
 
Menurut data Pew Research Center tahun 2009, jumlah Muslim di Cambodia mencapai 236 ribu atau 1,6% dari populasi Negara itu. Namun, menurut Ketua Senat Mahasiswa Muslim Kamboja, Sles Alfin (Saleh Arifin), populasi Muslim di negaranya diperkirakan mencapai 5%. Kebanyakan dari mereka ber-etnis Champa dan Melayu yang merupakan etnis minoritas di Kamboja. Sedangkan situs internet voa-islam menyebut angka yang jauh lebih tinggi, menurut mereka muslim Kamboja mencapai 6% dari total 11,4 juta jiwa penduduk Kamboja atau setara dengan 680.000 jiwa.

Sejarah Islam di Kamboja

Kamboja seringkali di identikkan dengan Kerajaan Islam Champa, meskipun fakta sejarah menunjukkan bahwa Kerajaan Champa berkuasa di wilayah yang kini kita kenal sebagai Vietnam, di sebelah timur Kamboja. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai dua kerajaan yang bertetangga interaksi antara penduduk dua negara ini terjadi sangat intensif dan sejarah Islam di Kamboja memang tak bisa dilepaskan dengan sejarah kebesaran Kerajaan Islam Champa yang berpusat di Vietnam tersebut.
 
Interaksi antara dua kerajaan ini memang terjalin dengan baik. Manakala kerajaan Champa mengalami kemunduran di penghujung abad  ke 17 akibat serangan kerajaan Vietnam dari dinasti Nguyen, banyak muslim Champa yang mengungsi ke Kamboja. Terlebih lagi setelah status Champa sebagai sebuah wilayah otonom bawahan Vietnam dibubarkan paksa di awal abad ke 19.
 
Muslim Champa diterima dengan baik di Kamboja, beberapa sumber bahkan menyebutkan beberapa petinggi kerajaan Champa yang turut mengungsi kemudian juga mendapatkan jabatan terhormat di kerajaan Kamboja. Selain muslim Champa, Muslim Melayu dari kepulauan Indonesia dan semenanjung Malaysia juga memasuki Kamboja sejak masa kejayaan Champa disekitar abad ke 15 masehi.  Muslim Arab, imigran dan Anak Benua India, dan pribumi yang masuk Islam juga menjadi bagian dari komunitas Muslim di Kamboja saat ini. Mereka tersebar di seluruh wilayah Kamboja, terutama di sepanjang sungai Mekong. Muslim Kamboja rata-rata bekerja di bidang perdagangan, pertanian, dan perikanan.


Masjid Nurul Ikhsan atau Lebih dikenal sebagai International Dubai Phnom Penh Mosque di tepian Danau Boeng Kak, kota Phnom Penh.

Sebelum terjadinya tragedi pembantaian oleh Khmer Merah di tahun 1975 di perkirakan terdapat 150 ribu hingga 200 ribu muslim di Kamboja beberapa sumber lain bahkan menyebut angka hingga 700 ribu jiwa. Di sekitar tahun 1962 di terdapat sekitar 100 masjid di Kamboja dan meningkat di tahun 1975 terdapat 120 masjid, 200 musholla dan 300 madrasah serta satu sekolah penhafal Al’qur’an serta ratusan guru agama dan 300 khatib. Banyak di antara guru-guru tersebut yang belajar di Malaysia dan universitas-universitas Islam di Kairo, India atau Madinah.
 
Mereka membentuk komunitas muslim Kamboja dibawah kendali empat jabatan tokoh masyarakat muslim yang terdiri dari mupti, tuk kalih, raja kalik, dan tvan pake. Sementara tokoh di tiap kampung muslim di kepalai oleh hakim dan beberapa khatib, bilal, dan labi. Ke empat jabatan tokoh masyarakat tersebut termasuk Hakim turut menjadi bagian kerajaan Kamboja dan senantiasa turut serta sebagai undangan Negara dalam setiap perhelatan resmi kerajaan.
 
Ketika Kamboja Merdeka dari Prancis di tahun 1953, komunitas muslim berada dibawah kendali lima anggota majelis yang berisikan perwakilan dari masing masing komunitas muslim dengan fungsi yang resmi serta keterikatan dengan komunitas muslim yang lain. Masing masing komunitas muslim memiliki seorang Hakim yang memimpin Masjid masing masing komunitas, beliau juga bertindak sebagai Imam di masjid komunitasnya masing masing. Kegiatan ke-Islam muslim Kamboja berpusat di semenanjung Chrouy Changvar di dekat kota Phnom Penh yang sekaligus menjadi tempat tinggal beberapa petinggi muslim Kamboja.
 
Setiap tahun beberapa muslim Champa ini berangkat ke Kelantan di Malaysia untuk melanjutkan pendidikan Al-Qur’an. beberapa diantara mereka setiap tahun juga melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekah. Hingga penghujung tahun 1950-an diperkirakan 7 persen dari Muslim Champa di Kamboja ini telah menunaikan ibadah Haji. Dan dalam kehidupan kesehariannya mereka biasa menggunakan sorban ataupun semacam kopiah berwarna putih sebagai penanda bahwa mereka telah ber-haji.***

Bersambung ke bagian 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA