Kamboja diantara negara negara tetangganya di Indocina |
Kamboja atau Cambodia merupakan negara monarki konstitusional di Asia Tenggara,
penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh semenanjung Indochina
antara abad ke-11 dan 14. Kamboja memperoleh kemerdekannya dari Prancis pada
tanggal 9 November 1953. Prancis berkuasa di Kamboja sejak tahun 1863 dan
memasukkannya ke dalam bagian dari koloni Prancis di Indochina (French
Indochina) bersama dengan Laos dan Vietnam, sejak itu Kamboja menjadi sebuah
kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja pertamanya, Norodom Sihanouk.
Kamboja ber-ibukota di Phnom Penh, kepala negaranya saat ini
dipegang oleh Norodom Sihamoni yang merupakan putra dari Raja Norodom Sihanouk,
sedangkan jabatan perdana menteri dipegang oleh Hun Sen. Sejak tanggal 16 Desember 1998 Kamboja
bergabung menjadi anggota Asean ke sepuluh.
Secara geografis, Kamboja berbatasan langsung dengan Thailand di sebelah
barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan wilayah sisi selatannya menghadap
ke Teluk Siam. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini.
Tahun 2011 yang lalu Kamboja sempat terlibat pertikaian
bersenjata dengan Thailand di sekitar Kuil Preah Vihar. Perselisihan kedua
negara bertetangga ini memang sudah berlangsung sejak lama meski di tahun 1962
Mahkamah Internasional telah menetapkan Kuil Preah Vihar adalah milik Kamboja,
namun perselisihan tak berhenti disitu. Di tahun 2011 lalu baku tembak antara
militer dua negara tak terhindarkan, mengundang keprihatinan banyak pihak.
Pertempuran ahirnya berhenti namun Kamboja seringkali menutup akses dari
Thailand menuju kuil yang memang hanya terpaut beberapa puluh meter dari garis
perbatasan dua negara bertetangga tersebut.
Masjid An-Nikmah,
Potiin, di Kampong Cham
|
Thailand dan Kamboja memiliki akar yang sama, kedua negara
ini sama sama mengklaim diri sebagai pewaris kerajaan Khmer yang pada awal
mulanya didirkan di Laos Utara tahun 657 oleh Jayavarman I sampai kemudian
wilayahnya mencakup hampir keseluruhan kawasan Indochina hingga sebagian kecil
wilayah utara Malaysia. Kuil Preah Vihar yang disebutkan tadi merupakan salah
satu peninggalan masa kejayaan kerajaan Khmer. Sekitar 95% penduduk Kamboja
merupakan etnis Khmer dan secara tradisi turun temurun menganut Agama Budha
Theravada, sama seperti mayoritas penduduk Thailand, Laos dan Vietnam.
Agama Budha Theravada telah menjadi agama resmi Kamboja
sejak abad ke 13 Masehi kecuali semasa kekuasaan Khmer Merah. Agama Budha sudah di anut oleh sebagian besar
rakyat Kamboja sejak abad ke 5 Masehi bahkan beberapa sumber lain menyebut jauh
lebih tua dari itu. Namun diantara penduduk mayoritas Budha tersebut terdapat
komunitas muslim dengan jumlah mencapai setengah juta jiwa, beberapa sumber bahkan
menyebut angka yang jauh lebih besar dari itu.
Islam di Kamboja
Merujuk kepada situs CIA World Fact Book, tahun 1999
penduduk muslim di Kamboja mencapai 2.1% dari total penduduk Negara tersebut.
Dan di tahun 2008, diperkirakan Muslim di Kamboja mencapai 321.000 jiwa.
Mayoritas Muslim di Kamboja adalah muslim Sunni bermadzhab Syafi’i yang
kebanyakan tinggal di provinsi Kampong Cham, provinsi seluas 9.799 km2 dan
didiami 1.680.694 jiwa (data tahun 2008).
Menurut data Pew Research Center tahun 2009, jumlah Muslim
di Cambodia mencapai 236 ribu atau 1,6% dari populasi Negara itu. Namun,
menurut Ketua Senat Mahasiswa Muslim Kamboja, Sles Alfin (Saleh Arifin),
populasi Muslim di negaranya diperkirakan mencapai 5%. Kebanyakan dari mereka
ber-etnis Champa dan Melayu yang merupakan etnis minoritas di Kamboja.
Sedangkan situs internet voa-islam menyebut angka yang jauh lebih tinggi,
menurut mereka muslim Kamboja mencapai 6% dari total 11,4 juta jiwa penduduk
Kamboja atau setara dengan 680.000 jiwa.
Sejarah Islam di Kamboja
Kamboja seringkali di identikkan dengan Kerajaan Islam
Champa, meskipun fakta sejarah menunjukkan bahwa Kerajaan Champa berkuasa di
wilayah yang kini kita kenal sebagai Vietnam, di sebelah timur Kamboja. Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai dua kerajaan yang bertetangga interaksi
antara penduduk dua negara ini terjadi sangat intensif dan sejarah Islam di
Kamboja memang tak bisa dilepaskan dengan sejarah kebesaran Kerajaan Islam
Champa yang berpusat di Vietnam tersebut.
Interaksi antara dua kerajaan ini memang terjalin dengan
baik. Manakala kerajaan Champa mengalami kemunduran di penghujung abad ke 17 akibat serangan kerajaan Vietnam dari
dinasti Nguyen, banyak muslim Champa yang mengungsi ke Kamboja. Terlebih lagi setelah
status Champa sebagai sebuah wilayah otonom bawahan Vietnam dibubarkan paksa di
awal abad ke 19.
Muslim Champa diterima dengan baik di Kamboja, beberapa
sumber bahkan menyebutkan beberapa petinggi kerajaan Champa yang turut
mengungsi kemudian juga mendapatkan jabatan terhormat di kerajaan Kamboja.
Selain muslim Champa, Muslim Melayu dari kepulauan Indonesia dan semenanjung
Malaysia juga memasuki Kamboja sejak masa kejayaan Champa disekitar abad ke 15
masehi. Muslim Arab, imigran dan Anak
Benua India, dan pribumi yang masuk Islam juga menjadi bagian dari komunitas
Muslim di Kamboja saat ini. Mereka tersebar di seluruh wilayah Kamboja,
terutama di sepanjang sungai Mekong. Muslim Kamboja rata-rata bekerja di bidang
perdagangan, pertanian, dan perikanan.
Masjid
Nurul Ikhsan atau Lebih dikenal sebagai International Dubai Phnom Penh Mosque
di tepian Danau Boeng Kak, kota Phnom Penh.
|
Sebelum terjadinya tragedi pembantaian oleh Khmer Merah di
tahun 1975 di perkirakan terdapat 150 ribu hingga 200 ribu muslim di Kamboja
beberapa sumber lain bahkan menyebut angka hingga 700 ribu jiwa. Di sekitar
tahun 1962 di terdapat sekitar 100 masjid di Kamboja dan meningkat di tahun
1975 terdapat 120 masjid, 200 musholla dan 300 madrasah serta satu sekolah
penhafal Al’qur’an serta ratusan guru agama dan 300 khatib. Banyak di antara
guru-guru tersebut yang belajar di Malaysia dan universitas-universitas Islam
di Kairo, India atau Madinah.
Mereka membentuk komunitas muslim Kamboja dibawah kendali
empat jabatan tokoh masyarakat muslim yang terdiri dari mupti, tuk kalih, raja
kalik, dan tvan pake. Sementara tokoh di tiap kampung muslim di kepalai oleh
hakim dan beberapa khatib, bilal, dan labi. Ke empat jabatan tokoh masyarakat
tersebut termasuk Hakim turut menjadi bagian kerajaan Kamboja dan senantiasa
turut serta sebagai undangan Negara dalam setiap perhelatan resmi kerajaan.
Ketika Kamboja Merdeka dari Prancis di tahun 1953, komunitas
muslim berada dibawah kendali lima anggota majelis yang berisikan perwakilan
dari masing masing komunitas muslim dengan fungsi yang resmi serta keterikatan
dengan komunitas muslim yang lain. Masing masing komunitas muslim memiliki
seorang Hakim yang memimpin Masjid masing masing komunitas, beliau juga
bertindak sebagai Imam di masjid komunitasnya masing masing. Kegiatan ke-Islam
muslim Kamboja berpusat di semenanjung Chrouy Changvar di dekat kota Phnom Penh
yang sekaligus menjadi tempat tinggal beberapa petinggi muslim Kamboja.
Setiap tahun beberapa muslim Champa ini berangkat ke
Kelantan di Malaysia untuk melanjutkan pendidikan Al-Qur’an. beberapa diantara
mereka setiap tahun juga melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekah. Hingga
penghujung tahun 1950-an diperkirakan 7 persen dari Muslim Champa di Kamboja
ini telah menunaikan ibadah Haji. Dan dalam kehidupan kesehariannya mereka
biasa menggunakan sorban ataupun semacam kopiah berwarna putih sebagai penanda
bahwa mereka telah ber-haji.***
Bersambung
ke bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA