masjid Agung Mataram Kotagede
|
Catatan sejarah kekuasaan Sultan Agung, Raja terbesar
Kesultanan Mataram terukir indah sebagai salah satu raja Jawa yang melakukan
peperangan sengit melawan penjajahan Belanda. Beliau melakukan dua kali
ekspedisi militer menyerang pusat kekuatan Belanda di Batavia. Meski dua
serangan tersebut mengalami kegagalan namun jejak yang ditinggalkan masih dapat
ditelusuri hingga kini terutama disekitar kota Batavia atau kini kita kenal
sebagai kota Jakarta.
Beberapa kawasan dan masjid masjid tua di kota Jakarta tak
dapat dilepaskan dari pasukan Kesultanan Mataram yang tergabung dalam ekspedisi
militer yang dilakukan oleh Sultan Agung ke Batavia. Diantaranya adalah Masjid
Jami’ Matraman, Masjid Jami al-Mansyur di Sawah lio – Jembatan lima, Masjid
Al-Ma’mur di Tanah Abang, dan bila membaca sejarah Masjid Jami Cikini Al-Ma’mur
kita akan menemukan fakta bahwa Raden Saleh yang mewakafkan tanahnya untuk
pembangunan masjid tersebut beristrikan seorang putrid dari keraton Mataram.
Tak hanya masjid masjid di Jakarta yang memiliki sentuhan
sejarah dengan kebesaran Kesultanan Mataram. Masjid Agung Karawang di pusat
kota Karawang pun pernah menjadi tempat persinggahan pasukan Mataram dalam
penyerbuan ke Batavia mengingat kala itu Karawang merupakan wilayah bawahan
Kesultanan Mataram dan turut membantu penyediaan logistik bagi pasukan
tersebut.
Perjanjian Giyanti tersebut membagi dua Kesultanan Mataram
menjadi Kesultanan Ngayogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi sebagai raja
pertama bergelar Sultan Hamengkubuwana-I dan Kasunanan Surakarta dengan Sunan
Pakubuwana III sebagai raja pertama. Dan Berakhirlah era Kesultanan Mataram
sebagai satu kesatuan politik dan wilayah.
Sejarah Masjid Agung Mataram Kotagede
Masjid Besar Mataram, atau Masjid Agung Mataram, semula
merupakan sebuah langgar yang di bangun Ki Ageng Pemanahan. Artinya Masjid ini
sudah eksis sejak masa Kesultanan Pajang, dan wilayah kotagede (Mataram/Alas
Mentaok) masih merupakan wilayah swatantra di bawah kekuasaan Kesultanan
Pajang, sebelum Kesultanan Mataram Bediri ditandainya dengan dilantiknya Sutawijaya
menjadi Panebahan Senapati (berkuasa 1588-1601), sebagai pertama raja
Kesultanan Mataram, di tahun 1588M.
Sutawijaya atau Panebahan Senapati mengembangkannya langgar yang dibangun ayahnya itu menjadi sebuah masjid dengan kerangka bangunan seluruhnya dari kayu jati, ditopang empat buah saka guru berukuran 0,3 x 0,3 x 5 m, serta membuat liwan (ruang utama masjid) dan mihrab. Disebutkan pula bahwa Sultan Agung (memerintah tahun 1613-1645) turut membangun bangunan inti masjid ini.
Paska Perjanjian Giyanti hingga tahun 1952 sebagian wilayah
Kotagede dan Imogiri menjadi ekslave Kasunanan Surakarta di dalam wilayah
Kesultanan Ngayokyakarta. Pada 1796, Kasunanan Surakarta melakukan perluasan
serambi Masjid Agung Mataram, dan pada 1867 dilakukan perbaikan lagi setelah
terjadi gempa hebat.
Di fasad depan masjid terukir angka tahun 1856 dan 1926,
merupakan tahun dilakukannya penambahan emperan dan tempat wudhu, serta
pengantian atap sirap dengan genteng. Sedangkan angka 1926 merupakan tahun
dibangunnya pagar masjid, serta tugu ketika Kasunanan Surakarta diperintah oleh
Paku Buwono X.
Pada 1997, dilakukan pemasangan teraso pada liwan. Kemudian
pada 2002 dilakukan renovasi besar dengan memasang marmer Italia di liwan dan
pawestren, pelapisan dinding jagang (kolam air yang mengelilingi serambi)
dengan terakota, penggantian dinding dan alas bak wudhu, serta perbaikan gapura
dan dinding pagar masjid. Sedangkan menara pengeras suara Masjid Besar Mataram
dibangun pada 2003.
Lanjutkan
membaca ke bagian 3
Kembali ke Bagian 1
wah bagus yah tempatnya..sangat menarik.
BalasHapusrental mobil jogja
Disampaikan terimakasih banyak untuk informasinya. Sangat membantu.
BalasHapusKebetulan sabtu kemarin (5/7/2022) saya ke lokasi.
Ada beberapa poin yang bikin saya bertanya-tanya, misalnya keberadaan pagar dan pintu yang serupa pura, kayu atap serambi yang sepertinya baru, ketiadaan menara, keberadaan monumen PB X di daerah administrasi Provinsi Yogyakarta dan yang beberapa hal lain (sempat saya ketik di nabrismuftia.medium.com )
Informasi ini menjawab sejumlah pertanyaan saya.
Sekali lagi, disampaikan terimakasih banyak.
Nabris Mufti A. a.k.a nobi, warga.
( instagram.com/poplilak)