Memang
terlalu sulit untuk membayangkan dan mengirangira bagaimana mungkin masjid satu
ini bisa selamat dari terjangan dasyatnya tsunami yang menyapu daratan Aceh dan
kawasan Samudera Hindia 26 Desember 2004 silam padahal lokasinya hanya terpaut
sekitar 500 meter dari bibir pantai, sementara seluruh bangunan disekitarnya
luluh lantak menyisakan puing puing berserakan. Lampu’uk dan seluruh kota
Lhoknga rata dengan tanah, tak hanya meluluhlantakkan Lhoknga tanpa sisa,
dahsyatnya tsunami itu telah merenggut ribuan jiwa penduduk Lhoknga dari
awalnya lebih dari 6000 jiwa, paska tsunami tersisa hanya sekitar 700 jiwa
saja. 250 ribu orang meninggal dunia dengan sekejap di seluruh Aceh dan Nias.
Infrastruktur yang berada 3-4 km dari garis pantai hancur total dilanda tsunami
yang datang dengan kecepatan mencapai 600 km/per jam itu.
Tak
mengherankan bila kemudian para penulis, jurnalis, reporter, relawan hingga
masyarakat dalam dan luar negeri menyebut masjid ini dan masjid masjid lainnya
yang selamat dari tsunami Aceh sebagai masjid Ajaib. Siapapun yang melintas di
daratan, lautan ataupun wilayah udara Lhoknga paska tsunami hanya dapat
menyaksikan bangunan masjid ini sebagai satu satunya bangunan yang masih
berdiri di hamparan puing puing kota Lhoknga yang terdiam dalam sunyi selama
berbulan bulan sampai kemudian proses pemulihan kawasan tersebut dimulai dan
denyut kehidupanpun kembali berdetak di kawasan itu. Nyatanya nama masjid ini nyatanya tak sekedar
nama tapi benar benar sebuah doa yang di ijabah sebagai masjid yang dirahmati
Allah.
Masjid
Rahmatullah bukanlah satu satunya masjid yang masih berdiri sendirian diantara
puing puing kehancuran tsunami Aceh, selain Masjid Rahmatullah ada sekitar 25
masjid lainnya di seantero Aceh yang mengalami keajaiban serupa termasuk
diantaranya adalah Masjid Raya Baiturrahman di Kutaraja Banda Aceh, Masjid
Baiturrahim di Ulee Lheue, Masjid Raya Teuku Cik Maharaja Ghurah di Peukan
Bada, Masjid dekat makam Syah Kuala, Masjid di Ujung Karang, Meulaboh, dan
beberapa masjid lain di sejumlah tempat di Nangroe Aceh Darussalam.
Alamat
dan Lokasi Masjid Rahmatullah
Mesjid Rahmatullah Lampu’uk
Jalan
Banda Aceh – Meulaboh, Desa Lhonga km 2.1
Kecamatan
Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar
Propinsi
Nangroe Aceh Darussalam - Indonesia
Catatan Sejarah Masjid Rahmatullah Lampu’uk
Bila
berkunjung ke Masjid Rahmatullah kita akan menemukan tiga prasati pembangunan
sekaligus yang menorehkan sejarah masjid Rahmatullah sejak pertama kali
dibangun hingga kemudian mengalami proses renovasi besar besaran paska tsunami
oleh Bulan Sabit Merah Turki yang tidak saja melakukan renovasi masjid ini
tetapi juga membangun kota baru di sekitar Masjid Rahmatullah lengkap dengan
fasilitas pendukungnya bagi penduduk Lhoknga yang selamat. Kawasan baru
tersebut dinamai dengan “perkampungan Bulan Sabit Merah Turki - Turkish Red
Crescent Village”
Sebagaimana
dijelaskan dalam prasasti pertama
bahwa Masjid Rahmatullah Lampu’uk pertama kali dibangun pada tahun 1990M
(1410H), ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan masjid oleh Bupati
Kepala Daerah Tingkat II Aceh Besar, Drs. H. Sanusi Wahab, pada tanggal 21
Sya'ban 1410H bertepatan dengan tanggal 19 Maret 1990.
Empat prasasti peringatan pembangunan masjid Rahmatullah. |
Proses
pembangunan masjid selesai dilaksanakan dan diresmikan oleh Gubernur Kepala
Daerah Istimewa Aceh, Prof. DR. H. Syamsuddin Mahmud Pada tanggal 10 Jumadil
Awal 1818H bertepatan dengan tanggal 12 September 1997M. sebagaimana dijelaskan
dalam prasasti kedua.
Prasasti ketiga dibuat dalam tiga bahasa yakni Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Turki, menjelaskan pembangunan masjid ini
paska tsunami 2004. Teks lengkapnya berbunyi sebagai berikut :
“Pekerjaan perbaikan mesjid
Rahmatullah yang rusak akibat gempa dan tsunami pembangunan dua unit menara dan
pagar keliling oleh Bulan Sabit Merah Turki”
“Rahmatullah Caminin Tsunamide hasar
gormus kisimlari, minateleti ve cevre duvarlari Turkiye Kizilay Dernegi Tarafindan
Yapilmistir”
“The parts damaged by tsunami, the
minarets and the sorounding walls of Rahmatullah Mosque mosque were constructed
by Turkish Red Crescent Society”
Sedangkan
prasasti ke empat menjelaskan
perjalanan singkat sejarah masjid Rahmatullah dalam Bahasa Aceh, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
“Meuseujid Rahmatullah Lampu'uk
geupeudong bak uroe 19 Maret 1990. Bak waree tsunami 26 Desember 2004, cit
meung Mesuseujid nyoe sagai bangonan nyang seulamat di dairah Lampu'uk.”
“Masjid ini pertama kali dibuka untuk
umum pada 19 Maret 1990. Ketika tsunami 26 Desember 2004 terjadi mesjid ini
merupakan satu satunya bangunan yang tetap berdiri dari daerah Lampu'uk.”
“This Mosque was first opened to the
publik in 19 March 1990. at the time of tsunami on 26 December 2004, this
mosque was the only building left standing in the Lampu'uk area.”
Bantuan dan Jejak Turki di Tanah Rencong, Serambi Mekah
Pemerintah
Turki melalui Bulan Sabit Merah Turki memberikan dukungan luar biasa bagi
pemulihan Aceh paska tsunami. Hubungan sejarah yang begitu erat di masa lalu
memang membangkitkan semangat persaudaraan sesama muslim di Turki untuk
memberikan segala bantuan yang diperlukan bagi muslim Aceh Korban tsunami. Hari
Selasa 26 Desember 2006, dua tahun paska bencana tsunami Wakil Perdana Menteri
Turki, Mehmet Ali Sahin datang langsung ke Lampu’uk mewakili pemerintah dan
rakyat Turki untuk meresmikan berbagai fasilitas yang dibangun oleh Bulan Sabit
Merah Turki di Aceh dalam sebuah acara yang dipusatkan di halaman Masjid
Rahmatullah Lampu’uk.
Berbagai
pejabat negara datang ke tempat acara yang dipusatkan di halaman Masjid
Rahmatullah Lhok Nga itu. Termasuk (ketika itu masih calon gubernur NAD) Muhammad
Nazar yang hadir duduk membaur diantara para tamu sampai kemudian panitia
menyadari kehadirannya dan meminta beliau duduk bersama para tamu kehormatan di
acara tersebut. Termasuk juga Irawadi Yusuf (pasangan M. Nazar dalam Pilkada
Aceh Pertama).
Dua
tahun paska tsunami memang bukan waktu yang lama. Tapi perubahan dratis kini
'me 'menyulap' Serambi Makkah termasuk desa Lampu’uk di Lhoknga. Kawasan Lhoknga
yang dahulu rata dengan tanah, pun mulai hidup kembali. Jalanan sudah teraspal
rapi. Masjid Rahmatullah megah berdiri setelah direnovasi. 1.052 rumah dengan
tipe 45 yang dibangun dengan biaya Rp 92 juta per unit, fasilitas umum, dan
empat gedung sekolah. serta perbaikan pemakaman prajurit Turki di kampung
Bitai, dan sebuah masjid di dirikan di depannya. Pemakaman tersebut merupakan
komplek pemakaman prajurit Turki yang dikirim ke Aceh untuk membela Aceh dari
serbuan Kolonial Portugis empat ratus tahun silam.
Kedahsyatan
bencana tsunami Aceh, menurut Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Ali Sahin,
langsung mengusik rakyat Turki dengan segera membuka rekening dompet bencana
`Asia Menangis'. Hasilnya, lebih dari dua juta warga negara yang mayoritas
Muslim di daratan Eropa itu, terketuk hatinya. Sebesar 260 juta dolar AS
kemudian disumbangkan ke Aceh. Empat ratus tahun silam Turki pernah mengirimkan
bantuan untuk mengusir penjajah Portugis dari Aceh. Sultan Selim dari Mesir
memberangkatkan 15 kapal perang ke Aceh. Bahkan sebagian dari prajurit Turki
itu kemudian menjadi warga Aceh dan dimakamkan di Kampung Bitai, Sebagai bukti
dari hangatnya hubungan Aceh-Turki.
Gerbang Masjid Rahmatullah ::: Rahmatullah Camii ::: Rahmatullah Mosque |
Dari
cerita orang kampung, jasad yang dimakamkan itu adalah para ahli meriam dan
strategi perang. Salah satu murid asuhannya adalah Laksamana Malahayati. Tentara
Turki ini yang mengajari Aceh bagaimana membangun sebuah angkatan laut yang
baik. 'Jasa mereka memang besar. Bahkan, sebelum bencana ada dua meriam
peninggalan mereka yang dipajang di depan kompleks makam, namun ikut hilang
dibawa tsunami. Pakar sejarah Islam Universitas Indonesia, Dr Muhammad Zafar
Iqbal, menyatakan beberapa ratus tahun lalu 300 orang prajurit Turki
didatangkan ke Aceh. 'Sultan Al Kohar yang berkuasa di Aceh memang meminta
bantuan Sultan Turki untuk melawan Portugis.
Masjid
Rahmatullah Kini
Hampir
6 bulan, kesan kehancuran masih tampak kental di kawasan ini. Hanya sekitar 700
orang yang selamat dari enam ribu lebih penduduknya yang terdiri dari
kebanyakannya pekerja PT Semen Andalas Indonesia (SAI) Lampu’uk, guru, doktor,
petani dan nelayan. Sebelum tsunami Lampu’uk mempunyai pantai yang indah
sehingga merupakan salah satu tempat rekreasi bagi masyarakat Banda Aceh dan daerah
sekitarnya. Paska tsunami seluruh kawasan rata dengan tanah, termasuk pabrik
PT. SAI. Sedimen pasir dan tanah telah menutup kawasan itu berpuluh puluh
sentimeter dari permukaan aslinya.
Salah satu sudut Masjid Rahmatullah |
Meski
masih berdiri kokoh sebagai satu satunya bangunan yang tersisa di Lampu’uk dan
Lhoknga, Masjid Rahmatullah memang tidak benar benar utuh dari terjangan
tsunami tersebut, kerusakan cukup parah menerpa beberapa bagian masjid ini.
setelah mengalami proses renovasi total dan penambahan berbagai fasilitas
penunjang masjid Rahmatullah kini kembali pulih dan siap melayani muslim Lampu’uk
dan muslim manapun yang sedang melawat ke masjid ini. satu sudut ruang dalam
masjid sengaja dibiarkan tak diperbaiki dari kerusakan sebagai pengingat
bencana kemanusiaan itu. Sekeliling area tersebut dipagar kaca tembus pandang
lengkap dengan berbagai koleksi foto foto bencana tsunami. Dan selembar tulisan
berbahasa Turki, Indonesia dan Inggris “Tsunami Yi Unitma - Jangan Lupakan
Tsunami – Don’t Forget Tsunami”.
Kawasan
Pantai Lampu’uk telah populer sejak tahun 90-an. Tiap akhir pekan atau pada
masa liburan, pantai ini selalu padat dikunjungi wisatawan. Sekitar lokasi
pantai merupakan tempat hunian bagi ribuan warga yang lengkap dengan fasilitas
pemukiman kelas menengah atas. Tahun
2012 ini, delapan tahun sejak terjadinya tsunami, Pantai Lampu’uk telah
berbenah. Berbagai fasilitas pelengkap seperti banana boat dan cottage telah
tersedia seiring makin banyaknya wisatawan yang berkunjung. Masjid Rahmatullah
yang populer karena keutuhan bangunannya setelah diterjang tsunami akhirnya
juga menjadi salah satu tujuan wisata orang-orang yang berkunjung ke Pantai Lampu’uk.
Salah satu sudut interior Masjid Rahmatullah ini dengan sengaja tidak direnovasi sebagai pengingat bagi peristiwa besar yang mengguncang Aceh tersebut. |
Pemandangan kawasan Lampu'uk dari menara masjid Rahmatullah, pandangan jauh hingga ke garis langit. Disebelah kiri foto adalah Perkampungan Bulan Sabit Merah Turki untuk masyarakat Lampu'uk |
Khas Aceh ::: Kubah dan fasad masjid Rahmatullah ini serupa dengan kubah dan fasad masjid masjid lainnya di Aceh, seperti juga pada Masjid Raya Baiturrahman, kutaraja - Banda Aceh. |
Interior Masjid Rahmatullah, lampu'uk |
Mimbar dan Mihrab Masjid Rahmatullah, Lampu'uk |
Masjid Rahmatullah Lampu'uk ini dibangun dengan kubah lebih dari satu menghasilkan suasana interior yang lega berikut ventilasi cahaya alami di jendela jendela kecil di bawah kubahnya. |
------------------------------------------------------------------
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara
dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
https://radiomaya.blogspot.com/2015/09/radio-serambi-fm-902-mhz-banda-aceh.html?sc=1661760699554&m=1#c394260446996422718
BalasHapus