Masjid Agung Islamic Centre Lhokseumawe – Nangroe Aceh Darussalam |
Kemunduran Kerajaan-kerajaan Islam dan
Jauhnya pengaruh Masjid tehadap Ummat Islam
Setelah
Eropa Nasrani (Spanyol, Portugis & Belanda) berdatangan dan dengan rakusnya
ingin menguasai daerah Aceh, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan
terputus.Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena
Kerajaan-Kerajaan Islam Aceh dan Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang
penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum
kolonialis.
Setiap
kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Aceh dan
Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan
tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka dan
membatasi fungsi Masjid hanya sebagai tempat beribadah. Sehingga terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari negara lain yang telah
terjalin ratusan tahun dan terbatasnya masjid sabagai tempat syiar Islam.
Hal
ini yang membuat Ummat Islam semakin Jauh dari ajaran-ajaran yang telah
ditanamkan oleh para Ulama, apalagi dengan strategi politik Snouck Hurgronye, penasehat
urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda menjadi lebih berani membuat
kebijaksanaan mengenai masalah Islam, karena Snouck mempunyai pengalaman dalam
penelitian lapangan di negeri Arab (Mekkah), Jawa, dan Aceh. Ia mengemukakan
gagasannya yang dikenal dengan politik islamnya yang menyesatkan dengan memisahkan
Agama dari Negara atau yang dikenal dengan Teori Sekulerime.
Orang
islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketatanegaraan. Terdapat asumsi yang
senantiasa melekat dalam setiap penelitian sejarah bahwa masa kini sebagian
dibentuk oleh masa lalu dan sebagian masa depan dibentuk hari ini. Demikian
pula halnya dengan kenyataan umat Islam Aceh dan Indonesia saat ini, tentu
sangat dipengaruhi oleh masa lalunya. Islam yang telah diakui sebagai kekuatan
Kultural, tetapi dicegah untuk merumuskan sebuah bangsa menurut versi Islam.
Sebagai kekuatan moral dan budaya, Islam diakui keberadaannya, tetapi tidak
pada kekuatan politik secara riil (nyata) di negeri ini.
Komplek Makam Malikussaleh di Geudong Aceh Utara, 20
km arah Timur Lhokseumawe.
|
Perkembangan
selanjutnya pada masa Orde Lama, islam telah diberi tempat tertentu dalam
konfigurasi (bentuk/wujud) yang paradoks, terutama dalam dunia politik.
Sedangkan pada masa Orde Baru, tampaknya islam diakui hanya sebatas sebagai
landasan moral bagi pembangunan bangsa dan negara.
Mengembalikan Fungsi Totalitas Sebuah
Masjid
Jika
kita kembali pada masa keemasan Islam, ketika Nabi Muhammad Saw. hijrah ke
Madinah, bangunan yang pertama kali dibangun adalah Masjid. Sebuah negeri dapat
dikategorikan sebagai negeri kaum muslimin jika memenuhi tiga syarat; (1). mayoritas
penduduknya muslim; (2). pemimpin atau presidennya seorang muslim; serta (3). bebasnya
syiar Islam di negeri tersebut dan masjid adalah pusat Syiar Islam.
Batu nisan dan prasasti peninggalan zaman Kerajaan Samudera Pasai di kompleks pemakaman Tengku Batee Balee, Desa Meucat, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
|
Setidaknya
ada sepuluh fungsi atau peranan yang dimainkan oleh Masjid Nabawi di zaman
kenabian; (1). tempat ibadah (salat, zikir), (2) tempat untuk berkonsultasi dan
komunikasi (masalah ekonomi, sosial, dan budaya), tempat pendidikan, tempat
pemberdayaan ekonomi dan santunan sosial (baitul maal), tempat pelatihan
militer dan penyimpanan alat-alat perang, tempat pengobatan para korban perang,
tempat pengadilan dan pendamaian sengketa, tempat menerima tamu, tempat menahan
tawanan, dan tempat penerangan dan informasi serta pembelaan agama.
Fungsi
masjid seperti inilah yang diteruskan dan dilestarikan oleh para salafusshalih,
para sahabat radhiyallahu ‘anhum, tabi’in, dan tabi’uttabi’in rahimahmuullah
sehingga kejayaan Islam berhasil mereka raih dengan gemilang dan mampu mencapai
puncak peradaban.
meski belum selesai seluruhnya Masjid Islamic Centre Lhokseumawe ini sudah menunjukkan keindahannya di malam hari |
Sejarah Awal Pembangunan
Islamic Center Lhokseumawe
Atas
dasar goresan sejarah, untuk mengembalikan kejayaan Islam Samudra Pasai dan
mengembalikan fungsi totalitas sebuah Masjid serta menyatukan Perpecahan Ummat
Islam didalam sebuah wadah utama yaitu masjid yang di kenal dengan Al-Markazul
Islami Kota Lhokseumawe di rancang, bangunan mega ini digagas oleh Tokoh-tokoh
Ulama dan Cendikiawan yang berada diwilayah Aceh Utara dibawah Pimpinan mantan
Bupati Aceh Utara, Ir. H. Tarmizi A Karim, M.Sc.
Pada
masa konflik Aceh dulu. Dalam Program jangka pendek Islamic Center dimulai
dengan pembangunan Masjid Agung (induk) seluas 16.475,80 Meter persegi dan
diperkirakan akan dapat menampung 20.000 Jama’ah. Untuk mengembalikan fungsi
totalitas sebuah masjid ikut dirancang pembangunan gedung serba guna (Multy
Purpose Building), perpustakaan umum, Dirasah khassah (Islamic Studies), Museum
/ Art Gallery dan Play Grup, wisma tamu (Guest House), Gerai-gerai (kios-kios),
Rumah Imam Besar, Menara dan Tugu yang semuanya membutuhkan biaya sebesar Rp.
150 Miliar.
Pembentukan Kota Lhokseumawe
Dalam
rentang waktu beberapa tahun pembangunan berjalan, sharing dana anggaran
pembangunan dan belanja kabupaten (APBK) Aceh Utara, sudah mencapai sekitar Rp.
100 miliar. Asupan dana terhenti seiring pemekaran daerah kota lhokseumawe dari
kabupaten Aceh Utara pada Tahun 2001 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2001 tentang pembentukan Kota Lhokseumawe yang dilaksanakan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2002 tentang pemberlakuan secara efektif
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2001.
Setelah
terhenti sekian lama, penyerahan Islamic Center seutuhnya kepada Pemkot
Lhokseumawe dilaksanakan pada Tanggal 6 Mei 2009 diserahkan langsung oleh
bupati Aceh Utara Ilyas Pase dan diterima Oleh Walikota Lhokseumawe Munir
Usman. Pembangunan gedung yang sempat terhenti itu mulai dilanjutkan kembali. Dana
yang tersedia baru Rp. 4 Miliar yang bersumber dari APBK Kota Lhokseumawe dan
APBA 2008 serta bantuan dari PT. Arun sebesar 500 juta. Sementara kebutuhan
dana untuk merampungkan bangunan ini adalah sekitar Rp. 70 Miliar lagi. Dengan dana
yang telah tersedia tersebut Pemko Lhokseumawe melanjutkan Pembangunan yang
mencakup tempat wudhu, jaringan listrik, pembersihan lantai serta sound system
yang kini proses pengerjaannya telah mencapai 80%.
Begini bentuk utuh masjid Islamic Centre Lhokseumawe ketika selesai nanti |
Pemko
Lhokseumawe membentuk Badan Panitia pembangunan yang diketuai Oleh Drs. Arifin
Abdullah dan Badan Panitia Pengelolaan dan ta’mir Masjid pada hari Selasa
tanggal 20 Juni 2010 yang diketuai Oleh Tgk. H. Ramli Amin, S.Ag. dengan adanya
panitia khusus ini diharapkan kelanjutan proses pembangunan gedung Islamic Center
akan lebih fokus. Dan dengan struktural dan manajemen yang berkompeten
diharapkan fungsi totalitas sebuah Islamic center baik bidang peribadatan
maupun bidang pendidikan serta pelatihan bisa dinikmati seceptanya oleh warga
Kota Lhokseumawe, Aceh Utara dan sekitarnya.
Hasil
silaturrahim pengurus Islamic center kepada para ulama di wilayah pase dan
sekitarnya mendapatkan respon positif, untuk berbagai program ataupun kegiatan yang telah dicanangkan oleh
pengurus Islamic center. Dan hasil dari kunjungan tersebut memberikan ide-ide
serta motivasi yang kreatif untuk membantu pengurus Islamic Center Kota
Lhokseumawe.
detil kubah yang indah di Masjid Islamic Centre Lhokseumawe |
Meskipun
Bangunan yang belum rampung 100% serta falisiltas yang sangat memadai pengurus
Islamic Center telah menjalankan program program di Islamic center ini dengan
baik. Kehadiran Islamic center ditengah-tengah Ummat Muslim Kota lhokseumawe
dan Aceh secara Umum, tidak hanya sekedar untuk menggali kembali peradaban
Islam yang pernah bergemilang ditanah Rencong tetapi sebagai wilayah
konsentrasi baru kebangkitan Islam di dunia sehingga keberadaannya
ditengah-tengah kota Lhokseumawe dapat menunjukkan peran strategisnya sebagai
pusat pembaharuan menuju tata nilai kehidupan yang lebih Islami.
Tradisi Kanji Rumbi Selama Ramadhan
Kanji
Rumbi jadi penganan khas berbuka di hari pertama bagi warga Lhokseumawe. Bubur
yang mempunyai rasa ciri khas rasa itu ramai diserbu masyarakat,terlebih lagi
tanpa perlu membeli, kerena disediakan gratis oleh pengurus Islamic center
Lhokseumawe. Seperti yang terjadi pada hari pertama Ramadhan 1433H, yang jatuh
pada tanggal 21 Juli 2012 yang lalu.
Exterior Masjid Islamic Centre Lhokseumawe |
Badan
Kenaziran Mesjid (BKM) Islamic Center Kota Lhokseumawe, bekerjasama dengan
pemerintah setempat membagikan Kanji Rumbi secara gratis kepada dua ratusan
masyarakat Islam kota kota Lhokseumawe, pembagian panganan khas Aceh ini
dilakukan di halaman Mesjid Islamic Center. pembagian kanji rumbi secara gratis
merupakan salah satu agenda rutin BKM dan pemerintah kota di bulan suci
Ramadhan.
Selain
pembagian kanji rumbi juga dilaksanakan kegiatan lainnya seperti buka puasa
bersama dan pesantren Ramadhan 1433 Hijriah. Walikota Lhokseumawe, Suaidi Yahya
ikut turun langsung membagikan kanji rumbi gratis kepada masyarakat
menyebutkan, kanji rumbi tersebut merupakan hasil sumbangan bersama oleh
masyarakat.
dibawah kibaran merah putih |
Seperti
di masjid masjid seluruh dunia, acara buka puasa di bulan Ramadhan dilanjutkan
dengan sholat Tarawih berjamaah. Di Islamic Center Lhokseumawe, ribuan warga
dari empat kecamatan dalam kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Jumat 20 Juli 2012
malam memadati Mesjid Islamic Center untuk melaksanakan Sholat Tarawih perdana
masuknya bulan Suci Ramadhan 1433 Hijriah. Tarawih perdana itu juga turut
diramaikan oleh pejabat teras Pemerintah Kota Lhoskeumawe dan Pemkab Aceh
Utara. Tradisi Tarawih di Masjid Islamic Center Lhokseumawe dimulai dengan
ceramah agama dan dilaksanakan sebanyak 20 rekaat ditambah dengan witir 3
rekaat.
Selain
Sholat Tarawih berjamaah diserta ceramah agama, juga digelar i’tiqaf bersama
pada 10 hari terakhir Ramadhan yang diisi dengan shalat malam dan zikir sampai
menjelang sahur. Selain itu juga ada tadarus dengan menghadirkan qori-qori
pilihan di Lhokseumawe, serta program pesantren kilat bagi pelajar.
Menyambut
Ramadhan, pengurus Masjid Agung Islamic Center Lhokseumawe juga mengadakan
Ramadhan Fair di halaman masjid setempat selama puasa berlangsung. Kegiatannya
dibuka menjelang shalat Ashar dan tutup sementara menjelang Magrib. Kemudian
dibuka kembali usai shalat Tarawih. Di Ramadhan 1433 / 2012 disediakan 20 stand
yang menjual makanan dan minuman berbuka, serta berbagai pakaian muslim dan
barang-barang lainnya
Kembali ke bagian
I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA