Begitu besar dan megahnya masjid ini, dengan letaknya yang berada di tengah gurun pasir, membuatnya seperti bangunan megah seakan muncul dari tandusnya gurun pasir |
Fasilitas
Masjid Agung Sheikh Zayed
Masjid
Agung Sheikh Zayed dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan yang terletak di
sisi utara menara masjid. Perpustakaan ini dilengkapi dengan buku buku klasik
dan buku buku cetakan terkait dengan Islam termasuk tentang ilmu pengetahuan
dalam Islam, peradaban, kaligrafi, seni budaya, koin koin Islam hingga buku
buku kuno terbitan 200 tahun yang lalu. Sebagi perwujudan dari keanekaragaman
Islam perpustakaan ini menyediakan buku buku dan bahan terbitan dari berbagai
bahasa termask bahasa Arab, Inggris, Prancis, Italia, Jerman dan Korea.
Arsitektural
Masjid Agung Sheikh Zayed
Masjid
Sheikh Zayed di inspirasi oleh pengaruh arsitektural Mughal (India, Pakistan,
Bangladesh) dan Mooris (Maroko). Dibangun dengan 82 kubah bergaya Maroko dan
semuanya dihias dengan batu pualam putih. Lengkap dengan pelataran tengahnya
sebagaimana di masjid Badshahi di kota Lahore Pakistan yang bergaya Mughal. Kubah
utama masjid ini berdiameter 32.8 meter dan setinggi 55 meter dari dalam atau
sekitar 85 meter dari luar.
Merujuk kepada Turkey Research Centre for Islamic History
and Culture kubah ini merupakan kubah terbesar yang pernah dibuat dalam jenis
yang sama. Secara keseluruhan arsitektural masjid Agung Sheikh Zayed dapat
disebut sebagai fusi dari arsitektural Mughal, Moorish dan Arab.
Ukuran
masjid seluas 22.412 meter persegi itu setara dengan lima lapangan sepakbola
dan dapat menampung 40.960 jemaah sekaligus terdiri dari 7126 di ruang utama,
1960 di ruang sholat terbuka, 980 di ruang sholat wanita, 22.729 di area Sahan
(Courtyard / pelataran tengah), 682 di selasar ruang utama dan 784 di selasar
pintu masuk utama.
Masjid
Agung Sheikh Zayed memiliki lebih dari 1000 pilar di area luar yang dilapis
dengan lebih dari 20 ribu lembaran pualam dan batu alam polesan, termasuk lapis
Lazuli, red agate, amethyst, abalone shell dan mother of pearl. Di ruang utama terdapat 96 pilar bundar
berukuran besar yang kesemuanya di lapisi dengan mother of pearl. Serta fitur utama ekterior masjid ini selain
82 kubahnya adalah empat bangunan menara setinggi hamper 107 meter di empat penjuru
masjid.
Disekililing
masjid dibangun rangkaian kolam seluas 7.874 meter persegi yang dibangun
menggunakan bahan keramik lantai warna gelap, kolam kolam ini memantulkan
bentuk arkade masjid, memberikan pemandangan spektakuler dibawah siraman cahaya
lampu lampu di malam hari. Tata cahaya yang unik ini dirancang oleh Arsitek
tata cahaya, Jonathon Speirs dan Major untuk memantulkan fase fase bulan.
Pemandangan awan abu abu kebiruan di proyeksikan ke pada dinding luar masjid
dan menghasilkan pemandangan yang berebeda setiap hari.
Rancangan
impresif menghias sisi dalam masjid dengan menggunakan material pualam Italia
dipadu dengan rancangan ukiran floral di ruang sholat utama serta dinding sisi
luar yang dihias dengan mozaik kaca emas, sebagaimana tampak pada dinding
sebelah barat. Pintu utama masjid ini dibuat dengan bahan kaca setinggi 12.2
meter dan lebar 7 meter memiliki berat mencapai 2.2 ton.
Karpet
dan Lampu gantung Terbesar di Dunia
Pemandangan
ruang utama masjid ini di dominasi oleh lampu lampu gantung dengan ukuran
terbesar di dunia di gantung di bawah kubah utama. Lampu gantung ini
berdiameter 10 meter dan tinggi 15 meter dengan berat lebih dari 9 ton. Total
keseluruhan ada 7 lampu gantung di dalam masjid ini kesemuanya dalam warna emas
di buat di khusus di Jerman dengan hiasan Kristal Swarovski dari Austria dan hiasan
kaca dari italia. Lampu gantung ini tercatat sebagai lampu gantung terbesar di
dunia.
Ruang
utama masjid ini mampu menampung 7126 jemaah sekaligus dan keseluruhan
lantainya ditutup dengan karpet rajutan yang merupakan karpet rajutan dengan
ukuran terbesar di dunia. Karpet ini dirancang oleh seniman Iran, Ali Khaliqi.
Karpet ini terdiri dari 2.268.000 simpul rajutan, dibuat dengan tangan oleh
sekitar 1300 pengrajin professional di sebuah desa kecil dekat Mashhadin di
Iran, yang memang terkenal sebagai kawasan dengan para pengrajin karpet
berpengalaman.
Sisi mihrab Masjid Agung Sheikh Zayed Abu Dhabi - Uni Emirat Arab. dirancang dalam warna yang tidak mencolok. |
Sisi
kiblat masjid ini selebar setinggi 23 meter dan lebar 50 meter di hias dengan
hiasan yang tidak mencolok agar tidak mengganggu kekhusuan jemaah. Sedangkan
mozaik kaca emas hanya digunakan pada bagian mihrab. Dinding kiblat dihias
dengan ukiran kaligrafi 99 asma ul husna dalam sentuhan seni tradisional kufi
dirancan oleh kaligrafer ternama Uni Emirat Arab, Mohammed Mandi. Sisi kiblat
ini juga dihias dengan pencahayaan serat optic yang di integrasikan dengan
rancangan organic. Secar keseluruhan ukiran kaligrafi di masjid ini dibuat oleh
tiga kaligrafer sekaligus dalam tiga gaya kaligrafi yakni kaligrafi gaya Naskhi,
Thuloth dan Kufi. Keiga kaligrafer tersebut adalah Mohammed Mandi (UAE), Farouk
Haddad (Syria) dan Mohammed Allam (Jordan).
Selain
itu masjid ini juga dihias dengan 80 panel Iznik. Panel atau lembaran keramik
hias yang popular di abad ke 16 dan banyak digunakan dalam bangunan bangunan
kesultanan dan tempat ibadah di Istambul – Turki. Ditambah lagi dengan
kaligrafi yang dibuat secara tradisional dalam gaya kaligrafi ‘thuloth’ oleh Sheikh
Hasan Celebi, seorang kaligrafier dari Turki.
Diperkirakan
ada 30 lebih jenis batu pualam yang digunakan di seantero masjid Agung Sheikh
Zayed ini termasuk di dalamnya SIVEC dari Yunani dan Makedonia, dogunakan
sebagai penutup dinding luar seluas 115.119 meter persegi termasuk digunakan
juga untuk melapisisi permukaan empat menara nya. Jenis keramik yang lain
diantaranya adalah Lasa dari Italy, digunakan pada pembeda elevasi internal,
Makrana dari India digunakan untuk ruang kantor garis pemisah, Aquabiana dan
Biano dari Italia dan East White dan Ming Green dari China.
Falsafah
Pembangunan Masjid Agung Sheikh Zayed
Konsep
pembangunan masjid Agung Sheikh Zayed ini di inspirasi oleh Al-Qur’an surah
Al-Hujarat ayat 26 yang bahasa Indonesia-nya “Hai manusia, sesungguhnya
kuciptakan kalian dari jenis laki laki dan perempuan, bersuku suku dan
berbangsa bangsa, agar kalian saling mengenal satu dengan yang lainnya”
Terinspirasi
oleh ayat tersebut masjid ini dibangun untuk mempromosikan konsep konsep
toleransi, kasih saying dan saling pengertian antara budaya yang berbeda.
Masjid Agung Sheikh Zayed berupaya menemukan interkasi positif dengan budaya
budaya lain, memperkenalkan sebuah visi toleransi yang berakar dari tradisi era
ke emasan Islam. Sebuah tradisi yang berlandaskan saling menghargai dan
pertukaran ide guna memperkaya kehidupan dan sejarah manusia. Sebagai tambahan
masjid ini juga berupaya memberikan landasan bagi penguatan budaya dan ilmu
pengetahuan di Abu Dhabi dan sekitarnya melalui penyelenggaraan beragam
aktivitas promosi budaya toleransi, kasih saying, rasionalitas dan dialog.
Sheikh
Zayed bin Sultan Al Nahyan, The Founding Father
Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, adalah presiden Uni Emirat Arab
pertama sekaligus sebagai penguasa Abu Dhabi. Lahir tahun 1918, beliau diberi
nama sesuai dengan nama kakeknya Sheikh Zayed bin Khalifa Al Nahyan yang
merupakan penguasa Abu Dhabi dari tahun 1855 hingga 1909. Di masa mudanya
beliau tertarik pada sejarah semenanjung Arabia, Puisi Arabia. Semasa hidupnya
beliau juga dikenal sebagai “Hakim Al Arab” aau “Sage of the Arabs.
Karirnya
dimulai sebagai Gubernur di Alain tahun 1946, mendirikan Sekolah Al Nahyan tahun
1959. Membangun pasar dan amsjid pertama
di Al Ain. Juga membangun jaringan jalan dan sebuah keputusan sulit diambilnya
ketika harus mengalihkan sebagian sumber air minum warga Alain untuk keperluan
irigasi. Tanggal 6 Agustus 1966 Sheikh Zayed melanjutkan kekuasaan kakak laki
lakinya Sheikh Shakhbut bin Sultan Al Nahyan, sebagai Penguasa Abu Dhabi dengan
persetujuan dari seluruh anggota keluarga bangsawan Al-Nahyan.
Di
tahun 1971 Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan bersama Sheikh Rashid bin Saeed Al
Maktoum menandatangani persetujuan untuk membentuk sebuah Feberasi antara Abu
Dhabi dan Dubai. Segera setelah itu terbentuklah Uni Emirat Arab yang merupakan
federasi dari tujuh wilayah ke-Emir-an, dan Sheikh Zayed Sebagai Presiden
pertama-nya. Tak sampai disitu saja, bersama dengan Sheikh Jaber Al Ahmad Al
Sabbah, Emir Kuwait, Sheikh Zayed meletakkan landasan bagi terbentuknya Dewan
Kerjasama Negara Teluk (Gulf Countries Cooperation Council – GCC Council) pada
tanggal 25 Mei 1981.
Sheikh
Zayed wafat pada tanggal 2 November 2004 kekuasaannya diteruskan oleh putranya
Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan baik sebagai Presiden UEA maupun sebagai
Penguasa Abu Dhabi. Tanggal 3 November 2004 Jenazah Sheikh Zayed dimakamkan di
pelataran tengah Masjid Agung Sheikh Zayed.*** :::Kembali ke Bagian I:::
Bangunan utama masjid Agung Sheikh Zayed di malam hari |
exterior Masjid Agung Sheikh Zayed |
Keindahan Interior Masjid Sheikh Zayed di ruang utama |
Arcade Masjid Agung Sheikh Zayed dengan refleksi di permukaan kolam sekeliling masjid Agung Sheikh Zayed |
Masjid Agung Sheikh Zayed Saat dalam proses penyelesaian ahir, tampak depan adalah proses pengerjaan lanscaping di seputra masjid Agung Sheikh Zayed |
butuh ketelitian dan ketekunan luar biasa untuk merangkai batu batu alam olahan aneka warna menjadi rangkaian motif floral dinding dalam masjid Agung Sheikh Zayed |
Can I simply say what a comfort to uncover somebody who genuinely understands
BalasHapuswhat they are discussing over the internet.
You definitely realize how to bring a problem to light and make it important.
More and more people ought to check this out and understand this side of your story.
I was surprised you aren't more popular because you certainly have the gift.